EKSKLUSIF
Penderita HIV/AIDS Kerap Dianggap Kotor dan Pendosa
“Yang menjadi masalah bagi teman-teman ODHA bukan virusnya, tapi stigma dan diskriminasinya. Banyak orang yang menganggap mereka kotor dan pendosa,"
TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Mengidap HIV/AIDS bukanlah aib, namun ini lebih pada masalah kesehatan. Dengan artian, penyakit ini bisa saja menular kepada siapa pun. Karena itu tidak sedikit ibu rumah tangga dan anak-anak yang dinyatakan positif mengidap HIV/AIDS.
Umumnya ibu rumah tangga mengidap penyakit tersebut karena tertular dari pasangan hidupnya. Ironisnya lagi, tak jarang kemudian virus menular pada bayi di dalam kandungan.
"Sehingga masyarakat harus megubah pikiran mereka bahwa kalau seseorang sudah positif HIV/AIDS, itu pasti latar belakangnya jelek,” ujar Rizna M, Koordinator Yayasan Sebaya Lancang Kuning, kepada Tribun, Minggu (7/5/2017). Rizna bersama para aktivits di yayasan tersebut aktif mendampingi orang dengan HIV/AIDS (ODHA).
Rizna mengatakan, sesungguhnya banyak penyakit lain yang lebih menakutkan, seperti kanker. “Yang menjadi masalah bagi teman-teman ODHA bukan virusnya, tapi stigma dan diskriminasinya. Banyak orang yang menganggap mereka kotor dan pendosa. Itu sebenarnya yang membuat teman-teman ODHA berat," terang dia.
Rizna melanjutkan, banyak diskriminasi yang terjadi terhadap pengidap HIV/AIDS. Sehingga ini perlu menjadi catatan dan perhatian pihak-pihak terkait.
"Sampai-sampai ada pengusiran ODHA dan hal-hal seperti itu. Sangat kita sayangkan," ucapnya.
Yayasan Sebaya Lancang Kuning berdiri sejak tahun 2015 silam, yang fokus memberikan pendampingan-pendampingan kepada ODHA. "Kenapa kita pakai kata-kata sebaya, itu artinya senasib dan kelompok inimemang khusus memberikan pendampingan kepada orang-orang yang sudah positif HIV/AIDS," kata Rizna.
Selain 90 persen memberikan pendampingan kepada ODHA, Yayasan Sebaya Lancang Kuning juga memberikan pendampingan kepada 10 persen kepada orang-orang yang negatif HIV/AIDS. Mereka itu adalah orang-orang terdekat dari pengidap HIV/AIDS.
"Nah, yang sepuluh persen ini memang orang-orang yang memiliki keterkaitan langsung dengan teman-teman yang positif HIV. Misalnya, istrinya positif dan suaminya negatif maka kedua-duanya juga bergabung dalam kelompok atau ada anak yang positif maka, orangtuanya juga bergabung. Kenapa kita melibatkan yang negatif yang dekat dengan itu, karena mereka juga harus tahu dukungan yang seperti apa yang harus diberikan kepada teman-teman yang positif," paparnya.
Dengan demikian, orang-orang yang negatif juga harus memahami seperti apa tentang penularanya dan pencegahannya.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Riau, pada tahun 2016 lalu Riau masuk dalam daftar 10 besar jumlah penderita HIV/AIDS. Tepatnya di peringkat ke-9. Umumnya penderita berada di usia produktif, yakni di rentang 25-49 tahun.
Sementara dari status pekerjaan, tenaga non profesional atau karyawan menempati posisi teratas sebagai penderita HIV/AIDS di Riau. Kemudian disusul oleh ibu rumah tangga dan wiraswasta.
Sejak berdiri pada 2015, Yayasan Sebaya Lancang Kuning telah memberikan pendampingan bagi penderita HIV/AIDS dari berbagai daerah di Riau, seperti Pekanbaru, Indragiri Hilir, Dumai, Bengkalis, Pelalawan dan Rokan Hilir.
"Dukungan yang kami berikan itu adalah dukungan psikososial dan lebih kepada motivasi dan sharing pengalaman. Biasanya yang baru ketahuan positif (HIV/AIDS) itu pasti down, karena memang di masyarakat dianggap orang yang berdosa dan kotor, serta segala macam yang buruk-buruk," ucap dia.
Mereka juga melakukan kerja sama di pelayanan yang ada pemeriksaan HIV/AIDS, sehingga begitu ada yang positif mengidap virus tersebut, tim ini langsung bergerak memberikan pendampingan.