Seminar TBP dan Perubahan Iklim, Seimbangkan Pertumbuhan Ekonomi, Sosial dan Lingkungan
Memiliki area hampir separuhnya gambut menjadi salah satu tantangan utama Riau untuk menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi, sosial, dan lingkungan.
TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU – Provinsi Riau mendapat tantangan yang besar dalam mengembangkan Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB), serta upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.
Memiliki area hampir separuhnya gambut menjadi salah satu tantangan utama daerah ini untuk menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Berbagai hal ini dibahas dalam seminar bertajuk Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dan Perubahan Iklim: Tantangan dan Peluang di Provinsi Riau, yg diselenggarakan Yayasan Dr Sjahrir di Hotel Pangeran, Pekanbaru, Kamis (10/8/2017).
Seminar yang dibuka Wakil Gubernur Riau, Wan Thamrin Hasyim mendatangkan pembicara Guru Besar FMIPA UI yang juga ketua RCCC UI, Prof Jatna Supriatna, Guru Besar FKIP UR Dr Surwondo MSi, pihak dari Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Riau, Ketua APHI dan sejumlah pemangku kepentingan lain, pelaku bisnis, lembaga swadaya masyarakat, dan media.
Pembina Yayasan Dr Sjahrir, Dr Kartini Sjahrir menjelaskan, emisi gas rumah kaca nasional sebagian besar berasal dari pengelolaan lahan dan hutan yang belum berkelanjutan. Karena itu, pemanfaatan dan pengelolaan lahan gambut yang tepat, dipandang sebagai solusi pertumbuhan yang memperhatikan keseimbangan, baik dari sisi lingkungan dan sosial.
”Jadi upaya pertumbuhan ekonomi, dan upaya pelestarian lingkungan itu harus bisa saling mendukung,” kata Dr Kartini Sjahrir, Kamis (10/8).
Ia mencontohkan pemanfatan tanaman sagu di Riau. Sagu dapat memberikan penghasilan yang signifikan bagi masyarakat Riau. Selain itu tanaman sagu dapat menjadi alat untuk mengurangi emisi karbon.
Ia juga mencontohkan lahan gambut yang bisa digunakan untuk tumpang sari. Misalnya untuk Nanas, Kelapa atau Kelapa Sawit. “Jadi lahan bisa dioptimalkan, sekaligus melakukan konservasi. Untuk itu dibutuhkan teknologi,” ujarnya.
Ditambahkan Direktur Eksekutif Yayasan Dr Sjahrir, Damianus Taufan, pertumbuhan ekonomi dan pelestarian lingkungan bukan hubungan yang saling menegasikan satu sama lain.
“Kata kunci yang bisa menjembatani itu adalah inovasi dan teknologi,” kata Taufan.
Wakil Gubernur Riau, Thamrin Hasyim menyambut baik atas penyelenggaraan seminar tersebut. Harapan dalam ajang tukar pendapat tersebut dapat memberikan manfaat yang bisa diterapkan atau dilakukan untuk masa yang akan datang.
“Untuk mencapai target pembangunan tersebut dibutuhkan kerjasama (partnership) antara semua pihak, baik pemerintah pusat, daerah, pelaku usaha, universitas, LSM dan masyarakat pada umumnya,” katanya.(*)