Eksklusif
Kasus Anak Putus Sekolah Jadi Fenomena Gunung Es
KASUS anak putus sekolah sebenarnya bak fenomena gunung es. Kelihatan sedikit di permukaan, namun sebenarnya jumlahnya sangat banyak.
TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - KASUS anak putus sekolah sebenarnya bak fenomena gunung es. Kelihatan sedikit di permukaan, namun sebenarnya jumlahnya sangat banyak.
Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia Seto Mulyadi memaparkan penyebab banyaknya anak putus sekolah disebabkan beberapa faktor. Di antaranya masalah ekonomi, faktor sekolah yang tidak menyenangkan dan tidak menarik bagi anak.
Bahkan sekolah terkadang justru melakukan penelantaran, kekerasan, dan ketidakpedulian.
Jadi, jangankan anak-anak yang orangtuanya bermasalah dalam hal ekonomi, anak-anak yang orangtuanya ekonomi bagus pun, bahkan menempuh pendidikan di sekolah bertaraf internasional, juga tak luput dari masalah ini.
Baca: Banyak Anak Bergelut dengan Sampah Cari Nafkah, Malas Kami Sekolah Lagi
Baca: Sang Juara Kelas Mengemis Hidupi Keluarga, Ungkap Rindu Masa-masa Sekolah
Hal ini lah yang menyebabkan anak-anak jadi bosan sekolah. Ini hendaknya jadi perhatian Kementerian Pendidikan Nasional. Para guru semua diwajibkan harus bisa menciptakan sekolah yang ramah anak, kreatif, dan menyenangkan.
Para guru harus dilatih bukan hanya untuk menguasai materi pelajaran, tapi juga dilatih untuk bisa menguasai bagaimana membawakan pelajaran secara menarik dan menyenangkan.
Atau untuk kasus anak-anak pekerja, bisa diikutsertakan dalam terobosan program pendidikan nonformal atau home schooling.
Seperti di Kak Seto Home Schooling juga ada kelas bagi anak jalanan. Anak sambil bekerja membantu orangtua, membantu mengupas bawang di pasar, mengamen, tapi bisa tetap sekolah dan dapat ijazah.
Baca: Laporkan Kalau Ada Anak Putus Sekolah, Ini Angka Putus Sekolah di Riau
Bentuk materi belajar yang diberikan pun sama dengan sekolah formal pada umumnya, sesuai dengan standar kompetensi lulusan.
Murid-murid Kak Seto Home Schooling yang sebelumnya juga harus membantu orangtua bekerja, bahkan ada yang diterima di fakultas kedokteran di UI, UGM, USU, Unhas, dan ITB. Bahkan hingga luar negeri.
Home schooling bukan sesuatu yang rendah, tapi mengajak anak belajar secara menyenangkan.
Home schooling adalah salah satu alternatif untuk anak, termasuk bagi anak yang bermasalah dalam hal ekonomi.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/pekanbaru/foto/bank/originals/kak-seto-ke-polda-riau_20160328_133406.jpg)