Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Usmar Ismail Jadi Google Doodle Hari Ini, Ini Fakta Maestro Film Indonesia, Lahir di Bukittinggi

Saat kursor diarahkan, pria itu bernama Usmar Ismail, seorang maestro Film Indonesia.

Penulis: Sesri | Editor: Sesri
Google Doodle
Usmar Ismail Jadi Google Doodle di Ulang tahun yang ke 97th 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Google kembali menampilkan Google Doodle yang berbeda pada Selasa (20/3/2018).

Kali ini tampak gambar seorang ptia berkacamata berdiri di belakang kamera lawa dan tiga perempuan sebagai latar belakangnya.

Saat kursor diarahkan, pria itu bernama Usmar Ismail, seorang maestro Film Indonesia.

Google menampilkan citra dari salah satu karyanya yang paling terkenal, Tiga Dara (1956).

Baca: Ghea Tersingkir dari Top 5 Indonesian Idol 2018

Baca: Kick Off Kompetisi Internal PSSI Pekanbaru 25 Maret 2018, Ini Klub yang Berpartisipasi

Film itu menceritakan kisah lucu tentang kehidupan terjerat dan cinta tiga perempuan bersaudara.

Tepat hari ini, Selasa 20 Maret 2018, adalah perayaan hari ulang tahun ke-97 Usmar Ismail.

Usmar Ismail dikenal sebagai Bapak Perfilman Nasional. Usmar lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat 20 Maret 1921.

Usmar Ismail Jadi Google Doodle di Ulang tahun yang ke 97th
Usmar Ismail Jadi Google Doodle di Ulang tahun yang ke 97th (Google Doodle)

Ia adalah seorang sutradara film Indonesia dan dianggap sebagai warga pribumi pelopor perfilman Indonesia.

Usmar Ismail wafat pada umur 49 tahun di Jakarta, tepatnya pada 2 Januari 1971.

Ia meraih fgelar BA (bachelor of arts) di bidang sinematografi dari Universitas California, Los Angeles, Amerika Serikat pada tahun 1952. Pada masa pendudukan Jepang dia tergabung dalam Pusat Kebudayaan.

Pada masa itu pula ia mendirikan dan menjadi ketua Sandiwara Penggemar "Maya" bersama El Hakim, Rosihan Anwar, Cornel Simanjuntak, Sudjojono, HB Jassin, dll.

Ketika Belanda kembali bersama tentara Sekutu, ia menjadi anggota TNI di Yogyakarta dengan pangkat mayor.

Seperti dikutip Wikipedia, Usmar Ismail aktif sebagai pengurus lembaga yang berkaitan dengan teater dan film. Ia pernah menjadi ketua Badan Permusyawaratan Kebudayaan Yogyakarta (1946-1948), ketua Serikat Artis Sandiwara Yogyakarta (1946-1948), ketua Akademi Teater Nasional Indonesia, Jakarta (1955-1965), dan ketua Badan Musyawarah Perfilman Nasional (BMPN).

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved