Kediaman Syafrudin Prawiranegara pun terancam Pembangunan Waduk Lompatan Harimau Rohul
Pembangunan Waduk Lompatan Harimau tersebut diharapkan mampu memenuhi kebutuhan debit air guna irigasi, air listrik dan pembangkit listrik tenaga air.
Penulis: | Editor: Afrizal
Laporan Wartawan Tribun Pekanbaru, Teddy Tarigan
TRIBUN PEKANBARU.COM, PEKANBARU- Ratusan massa yang tergabung dalam aliansi Penolakan Waduk Rokan menggelar aksi penolakan pembangunan Waduk Lompatan Harimau di Rokan Hulu bertempat di kantor gubernur Riau Senin (23/4/2018).
Alasan penolakan Waduk Lompatan Harimau di kabupaten Rokan Hulu adalah pengunjuk rasa menilai bahwa pembangunan waduk akan menghilangkan rumah tinggal bagi sekitar 8.000 jiwa yang terdiri dari empat desa yakni, Desa Cipang Kiri Hilir, Desa Cipang Kiri Hulu, Desa Tibawan dan Desa Cipang Kanan di Kecamatan Rokan IV koto kabupaten Rokan hulu, Riau.
Pembangunan Waduk Lompatan Harimau tersebut diharapkan mampu memenuhi kebutuhan debit air guna irigasi, air listrik dan pembangkit listrik tenaga air.
Baca: Selfi LIDA Dapat Standing Ovation Seluruh Dewan Dangdut, Ini Perolehan SMS Arif
Baca: Didukung Jadi Cawapres, Susi Pudjiastuti Belum Berijazah SMA, Relawan JOSS Tempuh Hal Ini
Namun olahan data yang dilakukan oleh WALHI Riau bersama masyarakat dan mahasiswa didapati bahwa debit yang dibutuhkan masyarakat hari ini jauh lebih kecil dari debit yang akan akan disediakan dengan dilaksanakannya proyek tersebut.
Selain itu disebutkan mereka bahwa pembangunan mega proyek waduk serbaguna di Rokan Hulu yang memakan dana 3 triliun dari dana APBD tersebut akan menenggelamkan sekitar 4.000-6.000 herktar lahan warga beserta kawasan pemukiman warga di empat desa di atas.
Pantauan tribunpekanbaru.com, Rian Wahyudi, koordinator aksi mengungkapkan bahwa pembangunan mega proyek ini cenderung terlihat dipaksakan, sebab dikatakannya listrik PLN telah masuk ke sana.
"Dengan begini, negara cenderung memaksakan proyek yang akan memusnahkan cagar budaya adat dan tradisi yang sudah dibangun oleh masyarakat setempat," ujarnya.
Ali Mahmuda, Staf Walhi Riau yang melakukan pendampingan terhadap empat desa di kecamatan Rokan IV Koto menyebutkan bahwa dengan dilakukannya pembangunan waduk Lompatan Harimau akan menghilangkan tradisi yang sudah berumur ratusan tahun, diantaranya iriak gonjai dan kehilangan ekowisata salah satunya adalah Goa Kelambu Kuning.
Baca: Didatangi Perwakilan Pemprov Riau Massa Aksi Justru Cueki Asisten 1 Setdaprov, Pilih Bubar
Baca: Kemenag RI Akan Periksa Kesiapan Embarkasi Haji Antara Riau, Pastikan Syarat Terpenuhi
Dilanjutkannya, bahwa tidak hanya menghilangkan rumah bagi 8.000 jiwa, waduk ini turut menenggelamkan kediaman Syafrudin Prawiranegara yang merupakan pemimpin Pemerintahan Darurat Republik Indonesia saat Yogyakarta dikuasai Belanda dan Soekarno-Hatta ditangkap Belanda.
"Dengan menolak pembangunan waduk ini artinya kita menjadi bagian besar membesarkan bangsa Indonesia, sebab bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawan dan tidak melupakan sejarah," ungkapnya.
Aksi penolakan ini dikatakan buka kali pertama, masyarakat sebelumnya pernah menggelar aksi dalam bentuk penolakan yang dilakukan oleh anak-anak yang tidak ingin sekolah baru serta memiliki mimpi untuk bisa terus tinggal di kampung halamannya.(*)