Berita Riau

Kisah Sedih Orangtua Anak Penderita Campak dan Rubella, Ketua MUI Riau Teteskan Airmata Mendegarnya

Suasana ruangan menjadi lautan air mata menyaksikan langsung tangisan dan derita para anak penderita Congenital rubella syndrome.

Penulis: Nasuha Nasution | Editor: Ariestia
Tribun Pekanbaru/Nasuha Nasution
Diskusi publik situasi dan ancaman penyakit campak dan rubella di Pekanbaru Senin (10/9/2018). 

Laporan Wartawan Tribunpekanbaru.com, Nasuha Nasution

TRIBUNPEKANBARU.COM - Suasana ruangan menjadi lautan air mata menyaksikan langsung tangisan dan derita para anak penderita Congenital rubella syndrome (CRS) yang merupakan dampak Campak dan Rubella.

Apalagi saat orangtua anak malang itu bercerita duka cita mereka mengurus dan mengobati anak mereka.

Satu persatu orangtua mereka berkisah tentang penderitaan yang mereka alami, meskipun sudah menjadi takdir dari tuhan namun butuh orangtua tangguh dan kuat menghadapi penyakit yang melanda anak mereka tersebut.

Mereka (anak penderita CRS) dihadirkan dalam diskusi publik situasi dan ancaman penyakit campak dan rubella di Pekanbaru Senin (10/9).

Baca: Hasil UEFA Nation League, Italia Kalah dari Portugal Selasa Dini Hari 

Mereka dihadirkan untuk mengajak masyarakat lain ikut berpartisipasi imunisasi measles rubella mengingat ancaman penyakit ini sangat besar.

Para anak yang rata-rata mengalami gangguan pendengaran dan gangguan lainnya ini didampingi para orangtua mereka yang tergabung dalam komunitas Anakku Sayang.

Cerita itu dimulai dari Popi Handayani warga Jalan ikhlas Pekanbaru yang juga merupakan ketua komunitas Anakku Sayang tempat berkumpulnya orangtua penderita CRS. Saat itu Popi masih menjadi seorang guru di satu sekolah, Ia tertular dari siswanya saat itu yang menderita penyakit campak. Akibatnya menular pada bayi yang Ia kandung.

Saat lahir anaknya mengalami kelainan pendengaran akibat tertular virus Rubella tersebut dari sang ibu, Popi menghadapi masalah ketika dihadapkan dengan kondisi tersebut.

"Memasuki usia enam bulan sudah pakai alat pendengar anak saya, kemudian pakai implan pada usia dua tahun, memang luar biasa dampaknya, "ujar Popi.

Baca: Pengakuan Caleg PSI Asal Sumbar, Febri Wahyuni: Putus dari Mantan Aku yang Beda Partai

Menurut Popi untuk berobat dan pemasangan alat saja keluarga Popi tidak bisa di Riau dan harus berangkat ke Jakarta dan untuk biaya yang dikeluarkan juga menurutnya sangat besar. Bahkan mencapai ratusan juta. Karena untuk pemasangan Implan saja satunya mencapai Rp80 juta ditambah alat bantu pendengar.

"Alat dengarnya itu harganya mahal tidak bisa operasi di Pekanbaru dan harus ke Jakarta. Pokoknya sangat mahal, "ujar Popi.

Saat ini usia anaknya sudah tujuh tahun namun akibat virus Rubella yang menimpa dirinya sampai saat ini Popi belum bisa hamil kembali.

Popi sendiri saat ini memiliki komunitas anak ku sayang yang mana komunitas ini diisi oleh ibu-ibu yang mana anaknya menderita campak dan rubella. Komunitas tersebut menjadi tempat mereka berbagi informasi.

Maka untuk cara yang tepat memutus mata rantai penularan ini tidak ada jalan lain kecuali memberikan imunisasi kepada anak. Ini disarankan Popi agar tidak ada lagi anak yang lain yang menderita sama dengan anaknya.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved