G30S PKI

Duduk Termenung Memandang Laut Jawa, Sultan HB IX Sudah Meramalkan Bakal Adanya Peristiwa G30S/PKI

Sebagai salah satu tokoh yang berperan dalam penumpasan pemberontakan PKI di Madiun (1948), Sultan HB IX jelas-jelas menentang PKI.

wikipedia
Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Presiden Soeharto dalam Rapat Paripurna Pertama Kabinet Pembangunan I di Gedung Bina Graha, Jakarta pada 19 Juni 1968. 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Pada 23 Mei 1952, pada hari ulang ke-32 berdirinya PKI, DN Aidit yang telah menyerang “Republik Soekarno-Hatta” sejak peristiwa pemberontakan PKI Madiun pada tahun 1948, menciptakan slogan baru “Hidup Sukarno! Hidup PKI!” dalam upaya mempengaruhi agar Bung Karno mau bersekutu dengan PKI.

Sebagai Presiden RI yang harus menjalin kerja sama dengan semua partai, hubungan Bung Karno dan PKI memang tampak akrab.

Demikian pula relasi Bung Karno dengan negara-negara komunis seperti Rusia dan China, juga terkesan sangat dekat.

Apalagi pada 1960-an, Indonesia membutuhkan banyak senjata yang harus dibeli dari Rusia untuk misi tempur membebaskan Irian Barat dari tangan Belanda.

Mau tak mau hubungan diplomatik antara Rusia dan Indonesia harus dekat sehingga AS sampai mencurigai Indonesia lebih condong ngeblok ke negara-negara komunis.

Lima hari setelah peringatan hari jadi PKI yang ke-32, pasangan Soekarno-Hatta, dan Sultan HB IX yang saat itu menjabat sebagai Menteri Pertahanan, beserta sejumlah pimpinan Indonesia lainnya berada di kapal perusak ALRI Gadjah Mada dalam rangka menyaksikan latihan perang di Laut Jawa.

Baca: Peristiwa G30S PKI - Pierre Tendean Jadi Korban, Kakak dan Adik: Seandainya Pierre Masih Hidup

Baca: Peristiwa G30S PKI - Ade Irma Suryani Tertembak, Ini Kata-kata yang Diucapkan Sebelum Meninggal

Ikut juga dalam kapal perang Gadjah Mada wartawan kawakan asal AS dari kantor berita United Press, Arnold C Brackman, yang biasa meliput kondisi Indonesia dari masa revolusi hingga kemerdekaan.

Ketika kapal perang Gadjah Mada sedang mengarungi Laut Jawa, Brackman berjalan ke haluan kapal dan di ujung haluan itu tampak Sri Sultan HB IX sedang termenung-menung sambil menatap ke depan seakan sedang “mengadakan komunikasi dengan Nyai Lara Kidul”.

Brackman berani menduga Sultan HB IX sedang melakukan komunikasi dengan Nyai Lara Kidul, karena pada wawancara yang pernah dilakukan dengan Sultan HB IX, yang juga raja Keraton Yogyakarta itu, Sultan mengaku pernah berjumpa dengan Nyai Rara Kidul secara gaib.

Melihat kedatangan Brackman, Sultan HB IX menoleh dan berkata.

“Saat-saat yang penuh bahaya dan kesukaran berada di depan kita,” ujar Sultan HB IX seperti terulis dalam buku bertajuk Tahta Untuk Rakyat Celah-Celah Kehidupan Sultan Hamengku Buwono IX.

Baca: Terkait G30S PKI, Ini 4 Tahap Kudeta Mayjen Soeharto Terhadap Presiden Soekarno Versi Sukmawati

Baca: Pasca G30S/PKI Situasi Politik Memanas. Soekarno Terima Selembar Nota. Isinya Mencekam

Baca: Kronologi Perseteruan Youtuber Korea, Hari Jisun dengan Deddy Corbuzier: Ini 5 Faktanya

Yang dimaksud Sultan adalah tidak lama lagi akan terjadi “persekutuan” antara Soekarno dan PKI.

Persekutuan itu menurut Sultan merupakan pertanda bencana bagi Indonesia.

Sebagai salah satu tokoh yang berperan dalam penumpasan pemberontakan PKI di Madiun (1948), Sultan HB IX jelas-jelas menentang PKI.

Maka ketika Mayjen Soeharto sebagai Pangkostrad berinisiatif melakukan penumpasan G30S/PKI, Sultan HB IX termasuk yang turut memberi dukungan.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved