Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

G30S PKI

Kesaksian Penulis Film G30S PKI: Suara Tembakan di Rumah Jenderal Ahmad Yani

Nugroho adalah salah satu penulis film Penumpasan Penghianatan G30S/PKI.Nugroho juga dikenal sebagai sejarawan juga sastrawan.

Editor: M Iqbal
Ade Sulaeman
Suasana pada peringatan Hari Kesaktian Pancasila tahun 1989. Monumen Pancasila Sakti dibangun di kawasan Lubang Buaya, Jakarta Timur 

 

TRIBUNPEKANBARU.COM  – Malam berdarah pembantaian beberapa perwira tinggi Angkatan Darat pada peralihan 30 September ke 1 Oktober 1965 itu menyisakan banyak sekali cerita.

Tak hanya dari para pelaku, kisah-kisah juga meluncur dari mulut para saksi, salah satunya dari Nugroho Notosusanto.

Bagi mahasiswa sejarah, nama ini tentu bukan asing lagi. Tapi bagi mahasiswa non-sejarah, tentu bertanya-tanya, siapa dia?

Nugroho adalah salah satu penulis film paling diperdebatkan di Indonesia: Penumpasan Penghianatan G30S/PKI.

Nugroho juga dikenal sebagai sejarawan juga sastrawan. H.B. Yassin menggolongkannya sebagai Sastrawan Angkatan 66. Selain tentu saja sebagai seorang sejarawan kawakan.

Baca: Jenderal ke-8 Ini Lolos dari Penculikan G30S PKI, Padahal Sudah Diincar

Tak berhenti di situ, Nugroho Notosusanto juga pernah ditunjuk sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada Kabinet Pembangunan IV.

Nah seperti apa kesaksiannya tentang Gerakan 30 September? Intisari menyajikannya untuk Anda semua

***

Tidak banyak di antara penduduk kota Jakarta, kecuali mereka yang ikut dalam percobaan kup Gestapu/PKI, yang berada dalam keadaan bangun pada peralihan tanggal 30 September menjelang tanggal 1 Oktober 1965.

Karena sesuatu kebetulan, pada saat-saat yang mengguncangkan seluruh tanah air itu, saya dalam keadaan bangun dan sempat mendengar tembakan-tembakan yang mengenai almarhum Pahlawan Revolusi Jenderal Ahmad Yani serta kemudian menyaksikan jejak yang masih segar daripada hasil perbuatan para pembunuh Adik Irma Suryani Nasution dan penculik-penculik Kapten Anumerta Pierre Tendean.

Seskoad, Bandung, 29 – 30 September 1965

Pada sore hari tanggal 30 September 1965, saya mengemasi tas saya dalam salah satu rumah Kompleks Graha Wiyata Yuddha, Seskoad Bandung.

Saya bersiap-siap untuk pulang ke Jakarta setelah memberi pelajaran selama dua hari.

Sehelai jadwal pelajaran terjatuh ke lantai lalu saya pungut. Sebelum memasukkannya ke dalam tas, sebentar pandangan saya melintasi tulisan yang termaktub pada kertas itu.

Baca: Tregedi G30S PKI, Penculikan Tujuh Jenderal, Inikah yang Sesungguhnya yang Terjadi?

Halaman 1 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved