Indragiri Hulu
Petani Sawit di Inhu Menjerit, Harga Sawit Rp 600 per Kilogram
Petani kelapa sawit di Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu) mengeluhkan soal harga sawit yang rendah.
Penulis: Bynton Simanungkalit | Editor: Ariestia
Laporan Wartawan Tribuninhu.com Bynton Simanungkalit
TRIBUNINHU.COM, RENGAT - Petani kelapa sawit di Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu) mengeluhkan soal harga sawit yang rendah.
Emy Rosyadi, salah satu petani kelapa sawit Inhu mengungkapkan saat ini harga kelapa sawit di Kabupaten Inhu mencapai kisaran Rp 600 sampai Rp 700 per kilogram. Harga tersebut sudah bertahan selama dua bulan belakangan.
"Harga sawit di pengumpul atau di ram sekarang kisaran Rp 600 sampai Rp 700, tapi kalau PKS masih Rp 930," kata Emi, Selasa (20/11/2018). Emi berkata sebelumnya harga sawit di Kabupaten Inhu sempat mencapai Rp 1300 pada tiga bulan lalu. Namun dua bulan belakangan harga itu menurun drastis hingga di bawah Rp 1000.
Baca: Jadwal Sholat Pekanbaru Hari Ini Selasa 20/11/2018, Magrib Pukul 18.06 WIB
Emi melanjutkan harga buah sawit yang terlalu rendah sangat merugikan petani. Menurut Emi, harga buah itu harus dipotong untuk upah panen sebesar Rp 250.
Sehingga petani sawit sering kali hanya menerima Rp 350 per kilogram dari sekali panen.
Selain itu, harga yang terlalu rendah membuat petani kesulitan untuk melakukan perawatan terhadap tanaman sawitnya.
"Ngak ada cerita pupuk perwatan kini, untuk makan aja petani kami banyak yang sudah susah banget," katanya.
Baca: Jadwal Bola PSS Sleman vs Persiraja Aceh Babak 8 Besar Liga 2 2018, Perebutan Tiket Semifinal
Pada kondisi yang sulit itu, petani merasa pemerintah tidak pernah perduli.
"Setahu yang saya tahu dan saya rasa dan sakit rasa belum ada dibantu (pemerintah red)," katanya. Bahkan dirinya merasa petani kelapa sawit diabaikan.
Kondisi saat ini juga diperparah dengan kampanye aktivis lingkungan hidup Greenpeace.
Emy yang juga ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Inhu itu menyesalkan adanya kampanye peralwanan dari aktivis Greenpeace.
"Kalau menurrut saya kampanye tersebut sangat biadab, diduga ada kepentibgan luar negri bermain di sini, karena komoditi bunga matahari dan kedelai yang jadi komoditi andalan Eropa kalah bersaing di pangsa pasar mereka dari CPO. Lalu mereka memperalat misalnya Greenpeace untuk membuat kampanye negatif," katanya.
Baca: Begini Sosok Sabrina Chairunnisa di Mata Kalina Ocktaranny Mantan Istri Deddy Corbuzier
Meski begitu Emi tidak bisa membantah bahwa pembukaan perkebunan kelapa sawit memiliki dampak terhadap pelestarian lingkungan dan satwa.
"Dampak tentu ada tapi kembali lagi tujuan bernegara adalah mensejahterakan masyarakat," ujarnya.
Untuk mengatasi kerusakan lingkungan, Emi menegaskan mestinya tata kelola lingkungan yang lebih ditingkatkan.
"Kalau sudah terlanjur gimana lagi," pungkasnya. (*)