Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Pilpres 2019

Buka-bukaan, Jokowi Ungkap Penyebab Elektabilitasnya di Sumatera Turun

Jokowi pun buka-bukaan mengenai turunkan elektabilitasnya di Pulau Sumatera

Editor: Sesri
KOMPAS.com/Fabian Januarius Kuwado
Calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo saat berbincang dengan Tim Kampanye Nasional Jokowi-Maruf Amin Erick Thohir dan Ketua Tim Kampanye Daerah Jambi Agus S Roni di WTC Batanghari, Kota Jambi, Minggu (16/12/2018). 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Calon presiden nomor urut 01 Jokowi mengungkapkan elektabilitasnya di Pulau Sumatera cenderung turun, meskipun sedikit.

Jokowi pun buka-bukaan mengenai turunkan elektabilitasnya itu. 

"Kenapa di Sumatera ( elektabilitas) kami turun? Termasuk di Jambi, di Riau, ya meskipun sedikit," ujar Jokowi saat memberikan pengarahan kepada Tim Kampanye Daerah Provinsi Jambi, Minggu (16/12/2018).

"Problemnya adalah harga komoditas itu turun. Harga sawit turun, harga karet turun, dan harga kelapa juga," lanjut dia.

Kondisi itu menyebabkan petani sawit, karet, dan kelapa menyalahkan pemerintah.

Jokowi pun menegaskan, harga komoditas itu tak bisa diintervensi oleh negara.

Baca: Protes Terkait Gelar Adat Jokowi, Syarwan Hamid Akan Kembalikan Gelar Adatnya? Ini Jawaban LAM Riau

Baca: Jokowi Tulis Pantun Ini, Ucapan Terima Kasih Atas Gelar Adat Datuk Seri Setia Amanah Negara

Baca: Dari Pekanbaru Menuju Jambi, Ini Agenda Presiden Jokowi di Jambi Hari Ini

Baca: News Analisis: SBY dan Jokowi Datang ke Riau, Tak Ada Untung Bagi Warga, Riau Jadi Medan Pertarungan

Harga komoditas itu adalah bagian dari mekanisme harga yang diatur oleh pasar global.

"Pemerintah, kami tidak mungkin mempengaruhi harga global. Ya, karena itu adalah mekanisme pasar," ujar Jokowi. Harga sawit misalnya.

Jokowi menjelaskan bahwa Uni Eropa melaksanakan banned bagi komoditas sawit Indonesia.

Hal itu disebabkan Uni Eropa sedang mengembangkan minyak dari bunga matahari sebagai pengganti minyak sawit.

"Untuk melindungi bisnis mereka, maka sawit kita diblok. Jadi, ini urusan bisnis mereka," ujar Jokowi.

Pemerintah sebenarnya berupaya melindungi harga sawit dalam negeri, salah satunya dengan melobi China agar mengimpor lebih banyak sawit Indonesia sebanyak 500.000 ton.

Namun, rupanya kebijakan itu tidak berpengaruh banyak bagi perbaikan harga sawit dunia.

Jokowi menjelaskan, problem pertama adalah produksi sawit dalam negeri yang sangat besar.

Jumlah lahan sawit di Indonesia yakni sebesar 13 juta hektare, dengan produksi sebanyak 42 juta ton per tahunnya.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved