Ditinggal Ortu, Nadia Safitri Hidupi 3 Adiknya, Rela Jadi Buruh Batu Bata Hingga Berjualan Goreng
Ayahnya Munriadi, sudah pergi meninggalkan Nadia sejak dia masih dalam kandungan. Sedangkan ibunya, Yuliarna, ikut pergi meninggalkannya sudah 6 tahun
Penulis: Rizky Armanda | Editor: CandraDani
Laporan Wartawan Tribun Pekanbaru: Rizky Armanda
TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU-Sejak usianya masih belia, gadis bernama Nadia Safitri ini sudah harus bertungkus lumus, berjuang untuk mencari nafkah bagi dirinya dan tiga orang adiknya.
Mulai dari menjadi buruh angkut batu bata, hingga kini membantu berjualan gorengan di lapak orang, dilakoni Nadia demi bisa bertahan hidup.
Hal ini terpaksa dilakukan Nadia, sejak kedua orangtuanya pergi meninggalkan dia dan adik-adiknya.
Ayahnya Munriadi, sudah pergi meninggalkan Nadia sejak dia masih dalam kandungan.
Sedangkan ibunya, Yuliarna, ikut pergi meninggalkannya sudah 6 tahun terakhir.
Alhasil, Nadia pun harus berjuang sendiri demi bisa memenuhi kebutuhan hidupnya, beserta 3 orang adiknya yang masih kecil-kecil. Dia menjadi tulang punggung keluarga.

Ia pun rela berhenti sekolah. Dia terakhir menyenyam pendidikan saat masih duduk dibangku kelas 1 SMP, sekitar 3 tahun lalu.
Kini usianya sudah 16 tahun. Nadia rela mengesampingkan kepentingannya sendiri. Saat ini dia hanya fokus agar bagaimana bisa memberi penghidupan bagi adik-adiknya.
Sudah 2 minggu belakangan, Nadia membantu berjualan usaha gorengan gerobak milik warga bernama Dedi, di Jalan Singgalang, samping Alam Mayang Pekanbaru.
Baca: 7 Fakta Terbaru Andini Gadis 14 Tahun Rawat 2 Adiknya yang Masih Balita Seorang Diri
Baca: Diduga Gizi Buruk, Adik Andini Dirawat di RSUD Selasih
Nadia bertugas memasak jajanan gorengan mulai dari goreng tahu, ubi, tempe, dan pisang. Perbuahnya dijual seribu rupiah. Dia bekerja dari pukul 13.00 WIB hingga paling lama pukul 20.00 WIB setiap harinya.
Saat ditemui Tribun, Sabtu (19/1/2019), tampak Nadia sedang sibuk menyiapkan gorengan untuk dijual. Tangannya terlihat cekatan, membolak-balik gorengan agar matangnya merata.
Selesai memasak, gorengan lantas ditiriskan oleh Nadia sebentar, kemudian ditaruh di gerobak jualan. Gorengan pun dionggok sejenis. Tahu goreng dengan tahu goreng, ubi goreng dengan ubi goreng, dan seterusnya.
Sehari, Nadia bisa mendapat upah sekitar Rp 20 ribu sampai Rp 30 ribu. Disesuaikan dengan penjualan, berapa jumlah gorengan yang habis.
Uang itulah yang digunakan Nadia untuk membeli makanan, untuk dia makan bersama para adiknya.