Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Ramadhan 1437 H

Kisah Warga Riau Berpuasa di Luar Negeri, Wilin Rindu Menu Berbuka di Kampung

Wilin bercerita banyak hal terkait suka duka dirinya menjalankan ibadah puasa di negeri Kanguru

Penulis: Syaiful Misgio | Editor: Ariestia
Istimewa
Wilin Julian Sari 

Laporan Wartawan Tribun Pekanbaru: Syaiful Misgiono

TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Menjalan ibadah puasa di negeri orang ternyata banyak tantangan yang harus dihadapi. Tidak hanya menahan lapar, dahaga dan hawa nafsu, namun selama menjalankan puasa, hingga berbuka, shalat tarawih dan makan sahur banyak suka duka yang harus dilewati. Setidaknya itulah yang dialami oleh Wilin Julian Sari. Warga Pekanbaru yang kuliah Pasca Sarjana di La Trobe University, Australia.

Saat berbincang bersama Tribun melalui sambungan Wathshap, Selasa (28/6) wanita yang mengambil jurusan Master of Chemical Sciences ini menceritakan banyak hal terkait suka duka dirinya menjalankan ibadah puasa di negeri Kanguru tersebut.

Wanita yang tinggal di Clunes Street, Kingsbury 3083, Melbourne, Australia ini mengaku sulit untuk mencari makanan untuk berbuka puasa selama menjalan ibadan puasa di negeri orang. Sebab di negera tersebut tidak ada pedagang yang menjual takjil seperti yang terjadi di tanah air, khususnya di Pekanbaru. Jika di Pekanbaru dapat dengan mudah mendapatkan beragam menu makanan dan minuman berbuka puasa dengan berbagai jenis rasa, jangan harap itu bisa ditemukan di Autralia.

"Makanya saya selalu bilang, kalau makanan Indonesia itu tidak ada lawanya. Makanan paling nikmat sedunia itu ya manakan Indonesia, kaya akan bumbumnya,"kata Wilin yang mengaku rindu dengan menu makanan berbuka puasa di Indonesia.

Menu makanan yang ada di restoran australia kebayakan adalah manakan khas China, India atau Timteng. Makanan tersebut bagi Wilin sangat tidak dengan lidah Indonesianya. Wilin pun terpaksa harus masak sendiri agar menu makanan berbuka dan makan sahur jadi selera.

"Paling kalau buka cuma goreng ikan, kentang sama tumis sayur saja. Coba kalau di Indonesia, bisa makan mie ayam, bakso," kata alumni Pendidikan Kimia Universitas Islam Negeri (UIN) Suska Riau.

Tidak hanya menu makanan buka puasa yang sulit didapatkan, namun tantangan lain menjalani ibadah puasa di negeri orang lain juga dirasakan Wilin saat akan melaksanakan ibadah shalat tarawih. Untuk bisa melaksanakan salat tarawih, Wilin mengaku harus menempuh jarak hingga 1 jam perjalan dengan menggunakan bus.

"Kalau mau salat tarawih harus ke daerah Preston. Karena di sana yang ada masjidnya. Dari tempat saya tinggal jaraknya satu jam perjalanan dengan bus. Saya pengen sekali mau salat tarawih di masjid, tapi sampai sekarang belum bisa, karena waktunya mepet,"kata gadis kelahiran 20 Juli 1992 ini.

Saat ini cuaca di Autralia kerap berubah-ubahn bahkan dalam satu hari bisa 4 kali musim.

"Tadi kami berdarma wisata ke kebun binatang di Melbourne. Pagi saat di perjalanan cuaca hujan, kemudian agak siang panas tapi tidak terik, kemudian berubah lagi angin kencang dan hujan," ujar wanita peraih beasiswa Australia Awards Scholarship (AAS) ini.

Matahari di wilayah tersebut sedikit lama keluar dan cepat tenggelan. Kondisi ini juga mempengaruhi lamanya waktu berpuasa di negeri kangguru tersebut.

"Kami disini imsak pukul 06.00 Wib dan buka puasa pukul 17.00 Wib. Jadi lebih kurang 11 jam kami berpuasa di sini,"sebutnya.

Baca selengkapnya di Harian Tribun Pekanbaru edisi BESOK. Simak lanjutannya di www.tribunpekanbaru.com. Ikuti Video Berita di www.tribunpekanbaru.com/video

FOLLOW Twitter @tribunpekanbaru dan LIKE Halaman Facebook: Tribun Pekanbaru

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved