EKSKLUSIF
Jangan Kucilkan Orang dengan HIV/AIDS
"Lembaga kami bergerak dengan memberikan dukungan bagi yang sudah positif HIV/AIDS. Kami akan memberikan dukungan psikososial dengan pendampingan,"
TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Saat mendengar orang mengidap HIV/AID, kebanyakan masyarakat langsung bereaksi negatif. Itulah sebabnya kerap penderita penyakit ini dikucilkan dari lingkungan tempat tinggalnya.
Sehingga tidak sedikit dari mereka yang mengurung diri di rumah. Merasa tidak percaya diri untuk bersosialisasi.
"Tugas kita bersama untuk memberikan semangat, agar para Odha (orang dengan HIV/AIDS) ini bisa terus berjuang agar menjalani hidupnya dengan penuh rasa optimistis," ujar Rohayati, dosen Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Sultan (UIN) Syarif Kasim Pekanbaru, kepada Tribun, Senin (8/5/2017).
Lebih lanjut ia mengatakan, peran keluarga dan orang-orang terdekat sangat dibutuhkan. Agar para Odha bisa menjalankan hidupnya seperti masyarakat pada umumnya.
"Ini memang tidak mudah. Tapi orang-orang terdekatlah yang harus selalu mendukung," kata dia.
Abdurahmman Saleh, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Riau (Umri), mengatakan penderita HIV/AIDS jangan dikucilkan. "Kalau kita asingkan justru itu membuat mereka tidak bersemangat untuk bisa sembuh dari panyakitnya," kata Rahman.
Apalagi tidak semua dari mereka terkena penyakit itu karena seks bebas maupun penyalahgunaan narkoba. Ada sebagian yang justru jadi korban, tertular gara-gara karena penggunaan jarum suntik atau tertular dari pasangan hidupnya.
Yayasan Sebaya Lancang Kuning merupakan salah satu lembaga yang mendampingi penderita HIV/AIDS. "Lembaga kami bergerak dengan memberikan dukungan bagi yang sudah positif HIV/AIDS. Kami akan memberikan dukungan psikososial dengan pendampingan," kata Rijna M, Koordinator Yayasan Sebaya Lancang.
Dia mengungkapkan, pihaknya siaga dan aktif mencari temuan orang yang diduga mengidap HIV/AIDS.
Dalam melakukan pendampingan, Rijna mengatakan pihaknya selalu meminta penderita untuk jujur. "Kita terangkan dulu bayangan baik dan buruknya kepada orang tersebut. Baru kita minta kejujurannya untuk mengakui memang positif HIV/AIDS," jelas dia.
Rijna mengemukakan, kebanyakan yang mereka dampingi mengaku tertular HIV/AIDS karena sering melakukan hubungan badan dengan wanita penjaja seks.
Dalam melakukan pendampingan, yayasan ini juga memberikan pemahaman tentang pengetahuan HIV/AIDS kepada masing-masing pengidap. Menjelaskan pola hidup dan proses pengobatan yang harus dilakukan.
Selain itu, kerap melakukan pertemuan sesama penderita HIV/AIDS untuk membangun kebersamaan. Sehingga, satu sama lain bisa saling memberi dukungan.
Sayangnya, dukungan didapat dari masyarakat luas masih sangat rendah. Diskriminasi masih terus ada dan memang terjadi. Rijna menegaskan, setiap orang memiliki hak hidup yang sama. Penderita HIV/AIDS juga membutuhkan perlakuan yang sama dan berimbang.
"Dukungan itulah yang kita bangun,” kata dia. (TRIBUN PEKANBARU CETAK/smg/mad)
Dari kalangan mana korban terbanyak dalam kasus HIV/AIDS di Riau? Baca selengkapnya di Harian Tribun Pekanbaru EDISI HARI INI. Simak lanjutannya di www.tribunpekanbaru.com.
LIKE/SUKA Fanspage Facebook: Tribun Pekanbaru, FOLLOW Twitter & Instagram: @tribunpekanbaru, SUBSCRIBE Channel Youtube: Tribun Pekanbaru