Siak
VIDEO: ''Setelah Hari Ganjil Itu'', Puisi Persembahan Iyut Fitra di HPI Siak
Kedua tangannya yang terbuka diangkat lebih di atas kepalanya, menjadi daya tarik bagi penonton untuk larut dalam puisi itu.
Penulis: Mayonal Putra | Editor: David Tobing
Laporan wartawan Tribun Pekanbaru, Mayonal Putra
TRIBUNPEKANBARU.COM, SIAK - Penyair Iyut Fitra tampil membaca puisi pada malam pembukaan Hari Puisi Indonesia (HPI) yang ditaja Komunitas Seni Rumah Sunting, 3 Agustus 2017, di gedung Tengku Mahratu, Siak, Riau. Kegiatan itu berlangsung hingga 6 Agustus 2017 di beberapa tempat di Riau.
Iyut Fitra, membacakan puisi karya dia sendiri, "Setelah Hari Ganjil Itu". Puisi itu terbit di Harian Kompas pada 8 Oktober 2016, dan menjadi bagian III dalam buku kumpulan puisinya, "Lelaki dan Tangkai Sapu" yang terbit pada 2017.
Dalam tampilan kali ini, pria yang suka dipanggil Kuyut itu, memulai dengan dendangan Minangkabau. Baru kemudian ia masuk pada kalimat pertama dalam puisi itu.
Kedua tangannya yang terbuka diangkat lebih di atas kepalanya, menjadi daya tarik bagi penonton untuk larut dalam puisi itu.
"Akulah jantan yang tumbuh dengan tubuh mengeliat dari jendela kulihat kanak-kanak berombongan meninggalkan rumah pergi mengejar kaji. Setelahnya bermain bernyanyi-nyanyi sudah berapakah usiaku?"
Itulah sepenggal bait dalam puisi yang dibacakannya, membuat penonton berdecak kagum. Apalagi ia membacakan puisi itu tanpa teks.
Presiden Penyair Indonesia, Sutardji Calzoum Bachri dan Bupati Siak Syamsuar tampak menikmati puisi yang dibacakan Kuyut.
Untuk diketahui, Iyut Fitra adalah seorang penyair Indonesiaa, lahir di Nagari Koto Nan Ompek, Kota Payakumbuh, Sumatra Barat, 16 Februari 1968.
Ia sudah melahirkan banyak puisi, dan tersebar di berbagai media dan buku antologi puisi.
Di antara bukunya yang sudah terbit adalah Musim Retak (kumpulan puisi/2006), Dongeng-dongeng Tua (kumpulan puisi /2009), Beri Aku Malam ( kumpulan puisi/2012), Orang-orang Berpayung Hitam (kumpulan cerpen/2014), Baromban (kumpulan puisi/2016), dan Lelaki dan Tangkai Sapu (kumpulan puisi/2017).
Ia juga termasuk sastrawan yang konsisten. Terbukti, ia hingga kini masih aktfi di komunitas INTRO Payakumbuh. Sebuah komunitas seni dan sastra yang diperhitungkan di Sumatra Barat.
Malam pembukaan HPI 2017 itu juga dihadiri Bupati Siak, Drs H Syamsuar MSi, Sekdakab Siak, Tengku Said Hamzah, serta pegiat seni budaya di Siak. Syamsuar juga ikut membaca puisi, begitupun penyair lain asal Vietnam, Brunei Darussalam, Malaysia dan Singapura.
Ini dia puisi yang dibacakan Iyut Fitra
Setelah hari ganjil itu. Tepian pun terlupakan
Orang-orang ke sawah. Orang-orang ke ladang yang mengaji mendatangi surau-surau. Yang bersilat berguru ke angku-angku di malam-malam bulan setengah maupun purnama
Sepak tekong pun dimainkan
"Akulah jantan yang tumbuh dengan tubuh yang menggeliat
dari jendela kulihat kanak-kanak berombongan meninggalkan rumah pergi mengejar kaji. Setelahnya bermain bernyanyi-nyanyi sudah berapakah usiaku?
Bayang didepa bertambah panjang
Seekor kambing pun dibantai. Tiga helai rambut dicukur
Menangislah kau untuk kata berikutnya
Maka berbondong handai taulan dunsanak sepihak ayah
Datang membawa jamba lengkap-lengkap
Seekor ayam tak lupa. Beranak pinaklah demi esok yang luas
Ia kelak akan mengarungi samudra. Memaknai kehidupan juga mungkin kepergian.
"Akukah jantan itu? Waktu berlingkupan
Gegas tak tertangkap tangan. Pagi siang malam lalu dalam irama tak tentu, setiap hari orang-orang berangkat. Mengangkat kopor-kopor, jinjingan, mimpi dan harapan. Siapa lagi yang tertinggal?"
Dari jendela ia dengar suara pedati berderak-derak dari jendela ia lihat kusir bendi melecutkan cemeti
Akan kemanakah mereka
Keratau madang di hulu
Berbuah berbunga belum
Merantau bujang dahulu
Di rumah berguna belum
Lelaki yang menangis untuk kata berikutnya
Pelan-pelan melambaikan tangan. Seolah-olah menitip pesan.
Tiba saatnya nanti, akupun akan pergi!
(Setelah Hari Ganjil Itu, karya Iyut Fitra).