Siak
Tinggal di Perbatasan, Tukimin Rela Lakukan Ini Demi Nonton Film Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI
Tukimin hanyalah seorang dari ribuan orang yang ikut menonton pemutaran film penumpasan G30S/PKI itu.
Penulis: Mayonal Putra | Editor: Afrizal
Di bagian samping dan depan, juga banyak orangtua yang melongo dari awal film diputar hingga film selesai.
Sambil menghisap sebatang rokok, Tukimin terus mepelototi tayangan film yang dirilis pada 1984 itu.
Ia merasa kembali ke masa lalunya kala film itu booming kembali.
Baca: Bukan Siulan, Ternyata Cara Sederhana Ini Bisa Membuat Burung Mau Berkicau Panjang
Baca: Wajah Imut-imut Kayak Anak SD, Usia Sebenarnya Model Ini Mengejutkan!
Makanya ia rela mengayuh sepeda butut dari perbatasan Kecamatan Bungaraya-Siak ke lapangan Siak Bermadah.
"Sudah lama sekali film PKI tidak diputar. Dulu saya nonton di TV hitam putih, di rumah orang yang punya TV. Saya waktu tidak punya", kata dia kala berbincang dengan Tribun.
Ia melanjutkan, film Penumpasan G30S/PKI itu harusnya di putar setiap tahun.
Supaya anak-anak muda zaman sekarang tahu tentang kekejaman komunis.
Baca: Belum Pernah Menang, Nasib PSPS Ditentukan Hasil Dua Laga Tandang di Jawa
Sebab, kata dia, pada zaman Soeharto semua masyarakat menganggap PKI adalah musuh sejati anak bangsa.
"Jangan sampai PKI itu bangkit kembali. Karena bahaya. Kita hidup tidak akan aman", kata dia.
Ia hadir dalam acara nonton bareng itu karena mendapat informasi sehari sebelumnya dari cucunya yang sudah SMA.
Diam-diam, Tikimin pergi sejak habis magrib mengayuh sepeda ke Istana Siak.
"Tidak lama kok naik sepeda ke sini. Saya dekat, palingan tidak sampai setengah jam. Saya sudah biasa pakai sepeda. Dulu punya sepeda itu sudah kaya. Sekarang saja anak-anak muda pakai sepeda motor", kata dia.