Umat Kristiani Bakal Rayakan Hari Rabu Abu, Begini Sejarahnya

Abu adalah tanda pertobatan. Pada saat menerima abu di gereja, kita mendengar ucapan dari Romo, “Bertobatlah, dan percayalah kepada Injil”

istimewa
Hari Rabu Abu 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Umat katolik bakal merayakan Hari Rabu Abu yang merupakan rangkaian dan proses menuju hari raya Paska nantinya.

Di 2018 ini, hari rabu abu jatuh pada tanggal 14 Februari.

Melansir katolisitas, Rabu Abu adalah hari pertama Masa Prapaska, yang menandai bahwa kita memasuki masa tobat 40 hari sebelum Paska.

Angka “40″ selalu mempunyai makna rohani sebagai lamanya persiapan.

Misalnya, Musa berpuasa 40 hari lamanya sebelum menerima Sepuluh Perintah Allah (lih. Kel 34:28), demikian pula Nabi Elia (lih. 1 raj 19:8).

Tuhan Yesus sendiri juga berpuasa selama 40 hari 40 malam di padang gurun sebelum memulai pewartaan-Nya (lih. Mat 4:2).

Baca: Valentines Day, Ini Ucapan untuk Ungkapkan Kasih Sayang ke Si Dia 

Baca: Kenapa Kecoak Selalu Ada dan Banyak? Studi Ini Sebut Daya Tahan Pejantan Rendah

1. Mengapa hari Rabu?

hari rabu abu
hari rabu abu ()

Nah, Gereja Katolik menerapkan puasa ini selama 6 hari dalam seminggu (hari Minggu tidak dihitung, karena hari Minggu dianggap sebagai peringatan Kebangkitan Yesus), maka masa Puasa berlangsung selama 6 minggu ditambah 4 hari, sehingga genap 40 hari.

Dengan demikian, hari pertama puasa jatuh pada hari Rabu. (Paskah terjadi hari Minggu, dikurangi 36 hari (6 minggu), lalu dikurangi lagi 4 hari, dihitung mundur, jatuh pada hari Rabu).

Jadi penentuan awal masa Prapaska pada hari Rabu disebabkan karena penghitungan 40 hari sebelum hari Minggu Paska, tanpa menghitung hari Minggu.

Baca: Gigit Tangan Majikan, Anjing Ini Siap-siap Akan Dibunuh, Namun Tiba-tiba Majikan Nangis Lihat Ini

2. Mengapa Rabu “Abu”?

Abu adalah tanda pertobatan. Kitab Suci mengisahkan abu sebagai tanda pertobatan, misalnya pada pertobatan Niniwe (lih. Yun 3:6).

Di atas semua itu, kita diingatkan bahwa kita ini diciptakan dari debu tanah (Lih. Kej 2:7), dan suatu saat nanti kita akan mati dan kembali menjadi debu.

Oleh karena itu, pada saat menerima abu di gereja, kita mendengar ucapan dari Romo, “Bertobatlah, dan percayalah kepada Injil” atau, “Kamu adalah debu dan akan kembali menjadi debu” (you are dust, and to dust you shall return).”

Dalam ibadat gereja-gereja di seluruh dunia, abu pembakaran daun palem dicampur dengan air atau minyak suci, lalu diberikan dalam bentuk tanda salib di dahi umat.

Baca: Foto Pelukan dengan Lucinta Luna Tersebar, Pengakuan Mike Lewis Mengejutkan! Ngaku Dimanfaatkan

Abu daun palem yang digunakan pada Rabu Abu berasal dari perayaan Minggu Palem tahun sebelumnya.

Minggu Palem merupakan perayaan kembalinya Yesus ke Jerusalem saat Ia disambut kerumunan orang yang melambaikan daun palem atau palma.

Daun Palma
Daun Palma ()

Baca: Catat, Ini Hal Spesial yang Kamu Alami di Hari Valentine 2018 Berdasarkan Zodiak

Baca: Unik! Seluruh Anggota Keluarga di India Terlahir dalam Kondisi yang Sama, Begini Kisahnya

Pemberian tanda salib dengan abu itu disertai kata-kata, "Bertobatlah, dan percaya pada Injil" (Markus 1:15) atau "Ingat bahwa kamu berasal dari debu, dan kamu akan kembali menjadi debu" (Kejadian 3:19).

Rabu Abu merupakan awal masa Pra-Paskah, periode pertobatan dan refleksi selama 40 hari yang memperingati pencobaan dan pergumulan yang dihadapi Yesus selama periode yang sama di padang pasir.

Praktik menandai dahi dengan simbol tobat, berkabung, dan kematian pada awalnya dijalankan Gereja Katolik Roma.

Namun, Christian Today mencatat bahwa Gereja Metodis, Episkopal, Presbiterian, Lutheran, dan denominasi Protestan lainnya kini juga mempraktikkannya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved