Mau Kenal Sejarah Kereta Api di Riau, Kunjungi Tugu Kereta Api dan Camp Tawanan di Bangkinang

Ada camp tawanan perang di Bangkinang yang menjadi saksi sejarah kerasnya romusa

Penulis: Nolpitos Hendri | Editor: Ariestia
Tribun Pekanbaru/Nolpitos Hendri
Tugu Pahlawan Kerja Simpang Tiga 

Pada tahun 1943, penjajah Jepang membangun jalur kereta api sepanjang 200 kilomoter membelah bagian tengah Sumatera.

Jalur kereta api ini dibangun karena penjajah Jepang ingin membawa batu bara dari Sawahlunto Sumatera Barat, menuju Singapura melalui selat Malaka.

Tidak memungkinkan saat itu bagi kapal Jepang masuk dan keluar melalui Pelabuhan Teluk Bayur membawa logistik, karena kapal-kapal selam Sekutu patroli di Samudera Hindia.

Pada saat pembangunan jalur kereta api, lebih dari 10.000 romusha dan 5.000 POW dipekerjakan paksa oleh penjajah Jepang.

Dalam buku Henk Hovinga Sumatera Dead Rail Road disebutkan, pada tahun 1943 sampai 1944, ada lima kali pemindahan pekerja paksa dan tahanan dari Padang menuju Pekanbaru.

Pengiriman terbesar pekerja jalur kereta api terjadi pada tahun 1944, ada sebanyak 4.200 romusha dan 2.300 POW berasal dari Belanda, Inggris, Australia, Amerika, dan Selandia Baru diberangkatkan menuju Padang dari Batavia. Mereka menggunakan kapal Junyomaru.

Namun, kapal ini kena torpedo di perairan di depan Padang oleh kapal selam Inggris, HMS Trade Wind. Para korban yang selamat dibawa ke Pekanbaru bergabung dengan POW yang sudah dibawa sebelumnya.

Sebelum tiba di Pekanbaru, para POW dibawa dengan kereta api sampai Payakumbuh. Kemudian disambung dengan menggunakan truk.

Truk membawa mereka sampai Bangkinang. Mereka dikumpulkan di Camp Bangkinang. Dipisahkan antara perempuan, anak anak, dan laki-laki.

Kaum laki-laki dan remaja dibawa menuju Pekanbaru. Sedangkan yang perempuan tinggal.

Kehidupan di camp perempuan jauh dari layak.

Mereka tinggal dengan makanan yang ala kadarnya dibawah bayang-bayang perkosaan tentara Jepang dan Korea.

Pada buku Henk Hovinga juga disebutkan penjaga (penjajah) Camp Bangkinang ini menyerah pada tanggal 22 Agustus 1945.

Pada awal September 1945, terdapat 1.300 pria, anak-anak, dan perempuan serta 100 orang-orang yang sakit dievakuasi ke Padang.

Evakuasi para POW yang tersisa di Camp Bangkinang dimulai pada tanggal 27 September 1945.

Mereka dibawa ke Medan, Palembang, dan Singapura dari bandara Simpang Tiga (saat ini bernama Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru) menggunakan pesawat.

Pada tanggal 11 November 1945, proses evakuasi selesai. (*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved