Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Usai Bajak Sawah,Cagub Andi Rachman Serap Aspirasi Warga di Bunga Raya

Andi Rachman diberi kesempatan menggunakan hand tracktor membajak sawah setengah jam. Awalnya ia tampak canggung karena harus adaptasi.

Penulis: Nasuha Nasution | Editor: Budi Rahmat
nasuha
cagub Andi Rachman 

Laporan Wartawan Tribun Pekanbaru, Nasuha Nasution

TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU- Cagub Riau nomor empat Arsyadjuliandi Rachman membajak sawah di Kecamatan Bunga Raya, Siak, Minggu, (18/3/2018).

Proses ini menandai dimulainya musim tanam padi di wilayah Bunga Raya pada tahun ini.

Baca: Ratusan Dus Tegahan BC Dumai Ada yang Akan Dikirim ke Mal di Jakarta

Baca: Sekdaprov Riau Apresiasi Keberadaan PPKL di Inhil

"Sebuah kehormatan bagi saya diberi kesempatan untuk melakukan hal berguna seperti ini. Saya jadi ingat masa masa saya kuliah di Solo dulu," ujar Andi Rachman, yang merupakan jebolan Sarjana Pertanian Universitas Sebelas Maret Solo.

Andi Rachman diberi kesempatan menggunakan hand tracktor membajak sawah setengah jam.

Awalnya ia tampak canggung karena harus adaptasi.

Namun begitu traktor berjalan lima meter, ia langsung mahir menjalankan trkator sendiri tanpa bantuan dari petani.

Usai membajak sawah, And Rachman berkesempatan makan siang bareng para petani Bunga Raya persis di pinggir sawah.

"Uenak tenan iki bapak ibu. Bar mbajak, mangan neng pinggir sawah. Angine semilir marai ngantuk," ujar Andi Rachman dalam bahasa Jawa yang langsung disambut derai tawa Petani.

Baca: Siap-siap Bagi OPD yang Lalai Menata Aset dan Keuangan, Ini Sanksi dari BPKAD

Arti percakapan Andi Rachman itu sendiri dalam bahasa Indonesianya yakni "Enak sekali ini bapak ibu.

Selesai membajak sawah, makan di pinggir sawah. Ada angin sepoi-sepoi yang bikin mata menjadi mengantuk,"

Usai makan, Andi Rachman melaksanakan dialog dan menyerap aspirasi para petani.

Menurut Andi, pihaknya akan menyediakan kebutuhan petani terutama dalam peningkatan produksi tanaman padi.

"Kita akan sinergikan antara pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten. Dana cetak sawah baru ada di APBN. Provinsi bantu sarana produksi pertanian," ujarnya.

Baca: 9 Atlet Senam Riau Berangkat ke Qatar Ikuti Kejuaraan Ini

Di lokasi ini, warga yang merupakan para petani berkeluh kesah dengan Andi Rachman.

Salah satunya soal Rice Milling Uniy atau Rice Processing Complex atau tempat pengolahan padi yang dilengkapi dengan pengering.

Poniman, salah satu petani mengatakan gara gara tidak ada rice Miling ini, gabah basah petani dijual ke Sumatera Utara. Karena harga jualnya lebih mahal di sana.

"Hanya 20 persen saja, gabah petani Bunga Raya yang diolah dan dipasarkan dalam bentuk beras di Siak ini. Sebanyak 80 persen gabah basah diolah di Sumut. Setelah jadi beras, baru dijual lagi ke Riau. Ada yang dijual di Pekanbaru, ada yang masuk lagi ke Siak sudah beda merek," ujarnya.

Baca: Trotoar Dipakai untuk Jualan, Dishub Pekanbaru Akan Ambil Tindakan Tegas Ini

Pihaknya sudah berkali kali meminta Pemerintah Kabupaten Siak terkait hal ini.

Namun tidak pernah ada respon. Padahal, Pemerintah Kabupaten Siak selalu membanggakan Bunga Raya sebagai lumbung padi.

"Tapi padinya tidak diolah di sini," ujarnya.

Ketika diolah di luar Siak, banyak sekali yang hilang mulai dari sekam hingga dedak.

"Dedaknya pun tak ada lagi di sini. Sudah di Sumut semua," ujarnya.

Kepada Andi Rachman ia lanjut berkeluh kesah. Saat ini, ujarnya luas lahan sawah di Bunga Raya mencapai 2.000 hektare lebih. Dengan hasil 7 ton per hektare.

Hasil ini diyakini melebihi produksi padi di daerah lain. Ada sekitar 14 ribu ton lebih produksi padi dari Bung Raya.

Baca: Bapenda Pekanbaru Optimis Sampai 31 Maret 2018 Capaian Pajak 120 Miliar

"Tapi, besarnya produksi ini tidak dibarengi dengan peningkatan prasarana produksi paska panen. Harusnya sudah dari dulu dipikirkan pemerintah Siak," ujarnya.

Menanggapi permintaan tersebut, Andi Rachman mengundang Ponimin ke kediamannya di Pekanbaru.

"Kita perlu bicara lebih serius lagi agar dapat gambaran yang lebih detail untuk pengembangan pengolahan padi paska panen. Intinya, jika memang memungkinkan, kenapa tidak kita bangun rice processing itu di Siak," ungkapnya.(rls/uha)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved