Usmar Ismail Jadi Google Doodle Hari Ini, Ini Fakta Maestro Film Indonesia, Lahir di Bukittinggi
Saat kursor diarahkan, pria itu bernama Usmar Ismail, seorang maestro Film Indonesia.
BMPN mendorong pemerintah melahirkan "Pola Pembinaan Perfilman Nasional" pada tahun 1967. Ia dikenal sebagai pendiri Perusahaan Film Nasional Indonesia bersama Djamaluddin Malik dan para pengusaha film lainnya. Lalu, ia menjadi ketuanya sejak 1954 sampai 1965.
Salah satu karyanya yang begitu fenomenal di jagat sinema lokal adalah film dengan judul Darah dan Doa (The Long March of Siliwangi, 1950).
Darah dan Doa merupakan adaptasi dari cerita pendek karya Sitor Situmorang. Kisahnya sendiri menceritakan Sudarto, seorang guru yang terseret revolusi fisik dalam periode perpindahan TNI dari Yogayakarta ke Jawa Barat pada 1948. Film ini bahkan disebut sebagai tonggak hidupnya industri film Indonesia.
Berkat film itu juga, Presiden B.J. Habibie dengan Dewan Film Nasional menetapkan Hari Film Nasional berdasarkan hari pertama syuting Darah dan Doa.
Selain pembuat film, Usmar Ismail juga pernah jadi wartawan. Ia tercatat menjadi pendiri dan redaktur Patriot, redaktur majalah Arena, Yogyakarta (1948), "Gelanggang", Jakarta (1966-1967). Ia bahkan pernah menjadi ketua Persatuan Wartawan Indonesia (1946-1947).
Ia aktif sebagai pengurus lembaga yang berkaitan dengan teater dan film.
Ia pernah menjadi ketua Badan Permusyawaratan Kebudayaan Yogyakarta (1946-1948), ketua Serikat Artis Sandiwara Yogyakarta (1946-1948), ketua Akademi Teater Nasional Indonesia, Jakarta (1955-1965), dan ketua Badan Musyawarah Perfilman Nasional (BMPN). BMPN mendorong pemerintah melahirkan "Pola Pembinaan Perfilman Nasional" pada tahun 1967.
Ia dikenal sebagai pendiri Perusahaan Film Nasional Indonesia bersama Djamaluddin Malik dan para pengusaha film lainnya. Lalu, ia menjadi ketuanya sejak 1954 sampai 1965.
Penghargaan
Tahun 1962 ia mendapatkan Piagam Wijayakusuma dari Presiden Soekarno. Pada tahun 1969 ia menerima Anugerah Seni dari Pemerintah RI.
Setelah meninggal dia diangkat menjadi Warga Teladan DKI. Namanya diabadikan sebagai pusat perfilman Jakarta, yakni Pusat Perfilman H. Usmar Ismail.
Selain itu, sebuah ruang konser di Jakarta, yakni Usmar Ismail Hall, merupakan tempat pertunjukan opera, musik, dan teater, yang dinamai sesuai namanya. (*)