Transgender di Indonesia: Kisah Dorce Gamalama, Mulai dari Operasi, Mengangkat Anak Hingga Menikah
Suatu kali pada 1989 Dorce pernah ‘ditantang’ untuk hadir dalam sebuah seminar yang dilakukan di sebuah pesantren.
Umur 10 tahun, katanya, ia sudah merasa dirinya lebih wanita ketimbang pria.
"Meski saat itu saya punya 'perkutut'," katanya disambut derai tawa hadirin.
Sepanjang pengetahuannya, katanya, "Semua waria berkelamin tunggal, yakni pria. Tak ada yang berkelamin ganda."
Begitulah, didorong rasa "bingung" siapa dirinya sebenarnya, menginjak usia 20, "Saya memikirkan kemungkinan operasi."
Dan tiga tahun kemudian, dengan uang tabungan dari kegiatannya sebagai artis, payudara Dorce dioperasi.
"Setahun 'kemudian saya mengangkat anak yang disahkan oleh Pengadilan Negeri -Surabaya."
Justru dengan adanya anak angkat itu, terbuka pikiran Dorce untuk berganti kelamin.
Baca: Jadi Model, Menteri Susi Keluar dari Belakang Panggung dan Pamer Tato
Soalnya, "Apa kata anak saya kalau ia dewasa nanti melihat ibunya berkelamin pria?"
Operasi ganti kelamin pun dilakukannya tahun 1987 saat umurnya 25 tahun, ditangani dr. Djohansyah Marzoeki setelah melewati proses pemeriksaan yang panjang.
Sebelum operasi pun, lanjutnya, ia berkonsultasi dengan seorang kyai.
Kata si' kyai waktu itu, "Kalau air senimu keluar dari lubang seperti halnya kaum wanita, maka kau sah sebagai wanita."
Namun Dorce tidak mau menjelaskan bagaimana keadaan dia sendiri.
Dorce pun menjelma menjadi wanita sungguhan.
"Rasanya lebih bahagia dan bebas kalau berdekatan dengan sesama wanita."
Apalagi kemudian ia menikah, "Meski tak di muka penghulu."