Kisah Guru Mengajar di Pedalaman
Mimpi Sang Pengajar Anak Suku Talang Mamak Diangkat Jadi PNS
Dulu anak-anak suku Talang Mamak hampir tidak terperhatikan pendidikannya, kini bisa merasakan nikmatnya ilmu pengetahuan.
Penulis: Bynton Simanungkalit | Editor: Sesri
Sebenarnya tidak hanya Desi saja mantan anak murid Mulyadi yang bisa menamatkan pendidikan sampai ke tingkat sekolah menengah atas dan bahkan sudah bekerja.
Sebagian anak muridnya menempuh pendidikan sampai ke Pulau Jawa atau bahkan mengajar di salah satu pesantren di sana.
"Mungkin karena mereka nyaman dengan suasana di luar, jadi mereka tidak mau kembali (pulang kampung)," tuturnya kepada TribunInhu.com, Selasa (1/5/2018).
Tidak banyak orang yang mau seperti Mulyadi yang harus meninggalkan keluarganya untuk mengabdikan diri menjadi pengajar bagi anak-anak pedalaman TNBT.
Tantangan lainnya adalah akses menuju lokasi sekolah, dimana hanya bisa dilalui dengan jalan kaki atau melewati sungai.
Bila ditempuh dengan jalan kaki, maka butuh waktu beberapa hari untuk bisa sampai ke lokasi sekolah.
Sementara bila naik perahu maka harus mengeluarkan uang Rp 900 ribu untuk sekali perjalanan.

Beruntung PKHS masih bersedia membayar biaya perjalanan Mulyadi ke sekolah tersebut.
Selain mendapat bantuan transportasi dari PKHS, Mulyadi juga mendapat uang makan sebesar Rp 500 ribu dan gaji sebesar Rp 1 juta dari PKHS.
Selain itu, Mulyadi juga menerima gaji sebagai guru bantu daerah (GBD) provinsi sebesar Rp 1,9 juta.
Maka bila ditotal dalam sebulan Mulyadi bisa mendapatkan penghasilan sebesar Rp 3 sampai Rp 3,5 juta per bulan.
Namun menurutnya jumlah itu masih kurang, karena dirinya harus mencukupkan kebutuhan pendidikan tiga orang anaknya.
"Dua dapur (karena ia tinggal terpisah dari keluarga) juga membutuhkan biaya yang besar," katan dia.
Mulyadi berkata istrinya tak jarang mengeluh dengan pekerjaannya sebagai guru honorer di pedalaman itu.
"Ngeluh sih ngeluh, namun rejekinya manusia memang begitu mau bagaimana lagi," katanya.