Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Begini Sejarah Hadirnya THR, Wajib Ucapkan Terimakasih kepada Sosok Ini

Pemberian tunjangan ini merupakan sebuah strategi agar para PNS di masa itu memberikan dukungan kepada kabinet yang sedang berjalan.

Ist/Tribunnews.com
Ilustrasi. 

Tunjangan Hari Raya. Selain itu kewajiban pengusaha untuk memberi THR tidak hanya diperuntukan bagi karyawan tetap, melainkan juga untuk pegawai kontrak. Termasuk yang bekerja berdasarkan perjanjian kerja waktu tidak tertentu (PKWTT) maupun perjanjian kerja waktu tertentu, (PKWT).

Namun siapakah sebenarnya sosok Soekiman Wirjosandjojo?

Baca: Setelah Kepala Sekolah, Giliran Dosen USU Diciduk karena Unggahan Ini

Baca: Selamat, Chelsea Juara FA Cup 2018, Kalahkan MU Lewat Gol Edin Hazard

Baca: Densus 88 Tangkap Dua Terduga Teroris di Rokan Hilir   

Baca: Eksperimen Sosial Usai Tragedi Bom Surabaya, Perlakuan Orang ke Wanita Bercadar Bikin Air Mata Netes

Baca: Johann Zarco Tampil Luar Biasa, Ini Hasil Kualifikasi MotoGP Prancis 2018

, Soekiman Wirosandjojo adalah tokoh politik dan pejuang kemerdekaan Indonesia yang juga dikenal sebagai tokoh Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia).
, Soekiman Wirosandjojo adalah tokoh politik dan pejuang kemerdekaan Indonesia yang juga dikenal sebagai tokoh Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia). ()

Melansir dari Jakarta.go.id, Soekiman Wirosandjojo adalah tokoh politik dan pejuang kemerdekaan Indonesia yang juga dikenal sebagai tokoh Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia).

Ia adalah Perdana Menteri pada 27 April 1951-3 April 1952. Lahir di Sewu, Solo pada tahun 1898.

Ia mengenyam pendidikan di ELS yang kemudian dilanjutkan ke STOVIA (Sekolah Dokter) di Jakarta.

Saat usianya menginjak 29 tahun, ia lulus dari Universitas Amsterdam bagian kesehatan.

Selama menuntut ilmu di negeri Belanda, ia mendalami masalah sosial, politik dan juga kebudayaan. Karena kecakapannya, ia pun terpilih menjadi ketua Perhimpunan Indonesia pada tahun 1925.

Tahun 1926 ia pulang ke tanah air dan membuka praktik dokter di Yogyakarta.

Seiring dengan itu, ia terjun dalam perjuangan dengan memasuki Partai Sarekat Islam (PSI) pimpinan H O S Tjokroaminoto dan H Agus Salim, ia menjabat bendahara selama enam tahun.

Baca: Memilukan, Harus Tempuh Jarak 20 KM dan Akses Buruk, Ibu Ini Meninggal Saat Melahirkan 

Baca: Cara Mudah Hafal Alquran Ala Wirda Mansur, Cukup Baca 20-60 Kali

Baca: Sam Aliano Siap Maju Pilpres 2019, Ingin Jadi Donald Trump Indonesia

Baca: Nggak Nyangka Banget, 5 Orang ini Curi Perhatian di Pernikahan Pangeran Harry dan Meghan Markle

Bersama H Agus Salim, ia mengubah partai itu menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). Partai ini merupakan partai politik tertua di Indonesia.

Pada tahun 1930, setelah timbul perselisihan, dia keluar dari partai dan bersama Surjopranoto mendirikan Partai Islam Indonesia (Parii).

Partai baru ini tidak berumur panjang dan hanya bertahan hingga 1935

Meskipun demikian, cita-cita Soekiman untuk mendirikan partai politik Islam yang besar dan berpengaruh tetap menyala.

Usahanya tidak berhenti, pada tahun 1939, bersama Wiwoho, ia menghidupkan kembali Partai Islam Indonesia (disingkat PH) dengan mengambil haluan serupa dengan partai terdahulu.

Bersifat terbuka dalam keanggotaan, partai ini banyak menerima anggota dari organisasi lain, misalnya Muhammadiyah.

Sumber: Tribunnews
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved