Gerhana Bulan Total

Gagal Melihat Gerhana Bulan Total 28 Juli Dini Hari Nanti? Silahkan Tunggu Tahun 2021

Selama gerhana bulan total, bumi bergerak di antara matahari dan bulan. Sehingga cahaya matahari terhalang sampai ke bulan.

Penulis: Afrizal | Editor: M Iqbal
Tribun Pekanbaru/ Theo Rizky
Gerhana bulan total terlihat di langit Kota Pekanbaru, Rabu (31/1/2018) 

TRIBUNPEKANBARU.COM- Gerhana Bulan total 28 Juli ini sangat layak ditunggu.

Selain memiliki durasi terpanjang di abad ini yaitu sampai 1 jam 43 menit, butuh penantian setidaknya tiga tahun lagi untuk bisa melihat gerhana bulan total lagi di Indonesia.

Melansir infoastronomy.org, gerhana bulan diperkirakan akan terjadi 26 Mei 2021 mendatang.

Selain durasi totalitas terlama abad ini, ada hal menarik lain dari gerhana Bulan Juli 2018.

Yaitu ukuran Bulan yang tampak lebih kecil dibanding gerhana sebelumnya, 31 Januari 2018.

Baca: Bhayangkara FC Pimpin Klasemen Liga 1 2018 Jika Berhasil Kejutkan Persija Jakarta

Kenapa ya?

Ternyata hal itu ada hubungan dengan posisi Bulan terhadap Bumi.

Gerhana pada 21 Juli dinamakan Micromoon atau dikenal juga sebagai Bulan Mini.

Micromoon terjadi ketika Bulan Purnama atau Bulan Baru berada pada titik terjauh dari Bumi, atau apogee.

Seperti diketahui Bulan mengorbit pada Bumi dengan garis edar elips.

Artinya, ada titik terdekat dan terjauh.

Lunar Perigee terjadi ketika Bulan berada pada titik terdekatnya dengan Bumi.

Posisi yang dekat membuat Bulan tampak lebih besar.

Baca: Cara Menangkap Warna Merah Darah dengan Ponsel Android dan iPhone Saat Gerhana Bulan Total  

Sedangkan Apogee adalah ketika Bulan pada titik terjauh dari Bumi, hingga membuat piringannya tampak lebih kecil.

Dilansir National Geographic, secara umum, fenomena Bulan Purmana Apogee membuat piringan Bulan tampak 14 persen lebih kecil dari Purnama saat di perigee atau Bulan Super (Super Moon)

Pada 31 Januari lalu, merupakan gerhana Super Moon karena posisi Bulan yang dekat.

Namun 27/28 Juli 2018 ini, Bulan menjauh sekitar 21.823 kilometer jika dibandingkan jarak rata-rata biasanya Bulan dari Bumi yang 384.400 kilometer.

Itulah sebabnya Bulan tampak lebih kecil dibanding hari biasa. Bahkan lebih mini lagi bila dibandingkan ketika berada di titik terdekat Bumi.

Tidak ada aturan universal tentang seberapa jauh Bulan harus memenuhi syarat sebagai Micromoon.

Namun Time and Date menggunakan definisi berikut ini.

Micromoon: Bulan Purnama atau Bulan Baru yang terjadi ketika pusat Bulan berada lebih jauh dari 405.000 kilometer (sekitar 251.655 mil) dari pusat Bumi.

Supermoon: A Full atau New Moon yang terjadi ketika pusat Bulan kurang dari 360.000 kilometer (sekitar 223.694 mil) dari pusat Bumi.

Mengapa berwarna merah?

Baca: Surati Partai, KPU Kampar Pastikan Hanya Satu Bacaleg Koruptor

Selain lebih kecil, Bulan pada gerhana Juli ini akan berwarna merah hingga dinamakan blood moon.

Hal itu terjadi sama seperti prinsip langit yang berwarna biru.

Ketika sinar Matahari melewati atmosfir, gas-gas di dalamnya menjebak dan menyebarkan cahaya biru dalam spektrum.

Inilah mengapa langit tampak biru.

Sedangkan Bulan tidak memiliki sinar. Ia bercahaya karena memantulkan sinar Matahari.

Selama gerhana bulan total, bumi bergerak di antara matahari dan bulan. Sehingga cahaya matahari terhalang sampai ke bulan.

Jadi fenomena blood moon panjang gelombang merah, oranye, dan kuning menembus bayangan Bumi dan diproyeksikan ke Bulan.

Baca: Laga Kandang PSPS Sebelumnya, Tiket Terjual Hanya 2.423 Lembar

Ketika hal itu terjadi, permukaan Bulan memantulkan cahaya merah.

Bagaimana? Memang layak ditunggu kan gerhana Bulan 28 Juli ini.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved