Gerhana Bulan Total

Gerhana Bulan Total 2018, Ini 4 Mitos Terkait Gerhana, 'Wanita Hamil Tak Boleh Keluar Rumah'

Gerhana bulan total 28 Juli 2018 ini akan menjadi gerhana bulan terlama abad ini.Sekelumit mitos pun menyertai gerhana

Penulis: Sesri | Editor: Sesri
Tribun Pekanbaru/ Theo Rizky
Gerhana bulan total terlihat di langit Kota Pekanbaru, Rabu (31/1/2018) 

TRIBUNPEKANBARU.COM -  Setelah 31 Januari 2018 lalu, fenomena gerhana bulan total kembali akan terjadi pada Sabtu (28/7/2018).

Gerhana bulan total 28 Juli 2018 ini akan menjadi gerhana bulan terlama abad ini.

Gerhana bulan yang dapat disaksikan di seluruh wilayah Indonesia. 

Gerhana bulan adalah peristiwa ketika terhalanginya cahaya Matahari oleh Bumi sehingga tidak semuanya sampai ke bulan.

Fase totalitas Gerhana Bulan Total 28 Juli 2018, yang mencapai 103 menit.

Ini adalah yang terlama hingga lebih dari seratus tahun ke depan.

Berikut urutan waktu Gerhana Bulan Total 28 Juli 2018

Gerhana Mulai 00.13 WIB

Gerhana Sebagian mulai 01.24 WIB

Gerhana Total mulai 02.29 WIB

Puncak gerhana 03.21 WIB

Gerhana Total berakhir 04.13 WIB

Gerhana sebagian berakhir 05.19 WIB

Gerhana berakhir 06.30 WIB

Seperti yang dilansir dari laman website BMKG, proses gerhana dimulai ketika piringan Bulan mulai memasuki penumbra Bumi, yaitu pada pukul 00:13,0 WIB.

Baca: Sebelum Saksikan Gerhana Bulan Total Dini Hari Nanti, Ini Prakirakan Cuaca di Riau

Baca: Gerhana Bulan Total 28 Juli 2018, Ini Urutan Waktu Mulai Gerhana, Puncak hingga Akhir

Baca: Link Live Streaming Gerhana Bulan Total; BMKG Akan Pantau di Beberapa Titik

Baca: Malas Keluar Rumah, Saksikan Live Streaming Gerhana Bulan Total 28 Juli 2018 di Sini

Setelah itu, kecerlangan Bulan menjadi sedikit lebih redup dibandingkan dengan kecerlangannya sebelum gerhana terjadi.

Namun demikian, perubahan kecerlangan ini tidakakan dapat dideteksi oleh mata tanpa alat. Ia hanya dapat dideteksi dari hasil perbandingan perekaman antara sebelum gerhana terjadi dengan setelah fase gerhana mulai terjadi.

Ketika piringan Bulan mulai memasuki umbra Bumi, yang terjadi pada pukul 01:24,1 WIB, fase gerhana sebagian pun dimulai.

Hal ini ditandai dengan sedikit lebih gelapnya bagian Bulan yang mulai memasuki umbra Bumi.

Semakin lama bagian yang gelap ini menjadi semakin besar, hingga akhirnya seluruh piringan Bulan memasuki umbra Bumi pada pukul 02:29,9 WIB.

Sejak waktu tersebut, bagian Bulan menjadi memerah dan mencapai puncak kemerahannya pada saat puncak gerhana terjadi, yaitu pukul 03:21,7 WIB.

Memerahnya piringan Bulan ini terjadi karena adanya cahaya Matahari yang dihamburkan oleh atmosfer Bumi, untuk kemudian bagian cahaya kemerahannya yang diteruskan hingga sampai ke Bulan.

Karena itulah, fase totalitas dalam Gerhana Bulan Total akan berwarna kemerahan.

Peristiwa memerahnya piringan Bulan saat fase totalitas ini akan berakhir pada pukul 04:13,5 WIB, yaitu ketika piringan Bulan mulai memasuki kembali penumbra Bumi.

Sejak saat itu, piringan Bulan pun akan terlihat gelap kembali plus adanya ada bagian terang pada piringan Bulan, yang menandakan persitiwa gerhana Bulan sebagian kembaliterjadi.

Seiring waktu bagian yang terang itu akan semakin besar hingga akhirnya seluruh piringan Bulan meninggalkan umbra Bumi pada pukul 05:19,3 WIB.

Tak hanya soal fenomena alam yang bisa dijelaskan ilmiah, sekelumit mitos juga menyertai peristiwa alam ini.

Sedikitnya ada empat mitos yang sudah diketahui secara turun menurun terkait gerhana bulan total.

Seperti yang dilansir dari Tribun Jabar rangkum mitos-mitos tentang gerhana yang dilansir dari berbagai sumber:

1. Makanan Terpapar Racun

Mitos ini akan dilakukan oleh sejumlah warga di daerah India.

Banyak orang yang masih menolak makan selama gerhana muncul.

Hal ini lantaran mereka memiliki kepercayaan bahwa makanan yang dimasak saat gerhana sudah terpapar racun dan kotor.

Selain di India, mitos ini juga tumbuh di Jepang.

Masyarakat Jepang meyakini bulan purnama sebuah pertanda penyebaran racun.

Racun ini nantinya akan menyebar melalui air sumur.

Oleh karena itu, saat gerhana bulan terjadi, banyak masyarakat Jepang yang menutup sumur-sumur untuk mencegah air terkontaminasi racun.

2. Pertanda Kemarahan Tuhan

Gerhana bulan juga dianggap sebagai tanda dari kemarahan Tuhan.

Fenomena ini juga menjadi awal mula akan terjadinya bencana besar dan keburukan di muka bumi.

Mitos ini sangat berkembang di masa Yunani Kuno.

Masyarakat di zaman itu menganggap gerhana sebagai bencana karena berdasar pada arti kata tersebut.

Kata gerhana (eclipse) sebenarnya berasal dari bahasa Yunani Kuno 'ekleipsis' yang artinya 'ditinggalkan'.

3. Bulan Dimakan Makhluk Seram

Di beberapa belahan dunia, banyak orang yang meyakini gerhana itu terjadi karena bulan atau matahari dimakan oleh sesuatu.

Selain dimakan, matahari atau bulan ini pun pasti akan dicuri ke antah berantah.

Misal, pada mitologi kuno yang mengatakan matahari hilang karena dicuri atau dimakan serigala.

Agar serigala ketakutan dan memuntahkan kembali sang bulan, orang-orang harus membuat suara berbisik dengan memukul benda-benda yang ada di dalam rumah.

Mitos ini pun tumbuh di Tiongkok.

Masih banyak masyarakat Tiongkok percaya gerhana bulan terjadi lantaran ada seekor naga yang marah dan memakan bulan.

Untuk menghindari hal itu, biasanya masyarakat Tiongkok akan membunyikan petasan agar naga-nya ketakutan.

Selain di Tiongkok, ternyata mitos ini berkembang di Indonesia, tepatnya di Bali.

Namun yang membedakan hanyalah bentuk makhluk seram yang muncul.

Di Pulau Dewata banyak yang menyebut pada saat gerhana, matahari atau bulan tengah dimakan raksasa yang marah.

4. Orang Hamil Tak Boleh Keluar Rumah

Mitos ini menjadi salah satu mitos yang masih dipercaya hingga menjadi popular, termasuk di Indonesia.

Orang-orang yang percaya mitos ini meyakini wanita hamil harus berada di dalam rumah selama gerhana berlangsung.

Jika tidak, anak yang nantinya lahir akan mengalami kebutaan dan memiliki bibir sumbing.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved