Rupiah Hari Ini
Rupiah Hari Ini Menguat Tipis Rp 14.925 Tapi Tekanan Eksternal Masih Besar
Meskipun rupiah hari ini menguat tipis 0,06% ke level Rp 14.925 per dollar AS, Rabu (5/9/2018) pagi, tapi tekanan eksternal rupiah masih besar.
TRIBUNPEKANBARU.COM, JAKARTA - Meskipun rupiah hari ini menguat tipis 0,06% ke level Rp 14.925 per dollar AS, Rabu (5/9/2018) pagi, tapi tekanan eksternal rupiah masih besar.
Hal ini didorong oleh peningkatan tensi perang dagang AS—China dan ekspektasi kenaikan suku bunga acuan AS.
Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia, Ahmad Mikail, seperti dikutip Tribunpekanbaru.com dari Kontan.co.id, mengatakan, indeks dollar diprediksi menguat di sekitar level 95,5—96,0.
Baca: Rupiah Hari Ini Menguat Tipis Rp 14.925. Ini Langkah yang Dilakukan Presiden Jokowi
Baca: Kabinda Riau Akhirnya Buka Suara Terkait Pemulangan Neno Warisman
Baca: Bupati Ini Bocorkan 3 Syarat Undang Ustaz Abdul Somad Ceramah, Tak Ada Soal Honor
Dollar AS pun berpotensi menguat terhadap hampir seluruh mata uang utama dunia.
Penguatan dollar AS masih disebabkan oleh meningkatkanya eskalasi perang dagang antara AS dan China pada pekan ini serta buntunya perjanjian perdagangan bebas antara AS—Kanada.
“Rencana pengenaan tarif terhadap US$ 200 miliar barang asal China kemungkinan besar akan diterapkan oleh AS pada Minggu ini,” kata Mikail dalam riset, hari ini.
Selain itu, suku bunga acuan AS yang kemungkinan besar dinaikan di bulan ini semakin memperkuat posisi dollar AS sekaligus memperburuk kinerja mata uang negara berkembang.
Dari dalam negeri, penurunan bid to cover ratio lelang sukuk dari 3,5 kali menjadi 2,5 kali dapat menjadi katalis negatif bagi rupiah.
Dikutip Tribunpekanbaru.com dari Bloomberg di pasar spot, Rabu (5/9/2018) pagi, rupiah menguat tipis dari perdagangan sehari sebelumnya yang ditutup di level Rp 14.935 per dollar AS, terlemah sejak 1998.
Namun diprediksi, penguatan itu tidak akan berlanjut hingga penutupan perdagangan hari ini.
Menanggapi hal ini, Presiden Joko Widodo, mengatakan, saat ini pemerintah terus melakukan koordinasi di sektor fiskal dan moneter untuk mengatasi pelemahan rupiah terhadap dollar AS.
Menurutnya hal itu merupakan kunci utama untuk menstabilkan nilai tukar.
"Kunci (koordinasi) itu ada dua, di investasi yang harus meningkat dan ekspor yang harus meningkat juga," katanya di Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (5/9/2018).
Keduanya dinilai bisa menyelesaikan defisit transaksi berjalan.
"Kalau ini selesai, itu akan menyelesaikan semuanya," tambah Presiden.
Bahkan untuk hal ini, dirinya telah memberikan target kepada para menterinya agar dalam satu tahun bisa menyelesaikan defisit transaksi berjalan.
Adapun langkah-langkah yang sudah dilakukan pemerintah untuk hal tersebut di antaranya penerapan B-20 yang sudah mulai berjalan per bulan ini.
Presiden berpendapat, hal ini bisa mengurangi impor minyak.
"Perkiraan kita bisa hemat US$ 5-6 miliar. Kemudian kalau CPO kita pakai sendiri untuk B-20 maka suplai ke pasar turun, sehingga kami harapkan harga CPO juga naik. Ini sudah merangkak naik," jelas dia.
Kedua, peningkatan muatan lokal (TKDN) di proyek-proyek pemerintah.
Bahkan, kata Presiden hal ini akan juga disampaikan kepada swasta agar lokal konten diperhatikan.
"Kalau kita bisa pakai semuanya komponen dalam negeri akan ada penghematan US$ 2-3 miliar," kata Presiden. (*)