Eksklusif
Ratusan Hektare Kebun Sawit Hingga TPI di Desa Jangkang Bengkalis Hilang Ditelan Laut Akibat Abrasi
Ratusan Hektare Kebun Sawit Hingga Tempat Penampungan Ikan di Desa Jangkang Bengkalis Hilang Ditelan Laut
TRIBUNPEKANBARU.COM, BENGKALIS - Tiga daerah pesisir Riau, yakni Bengkalis, Meranti, dan Indragiri Hilir mengalami abrasi parah.
Puluhan hingga ratusan hektare sawah dan perkebunan masyarakat sudah ditelan laut dalam kurun waktu 10 tahun terakhir.
Suji adalah satu di antara warga Bengkalis yang merasakan dahsyatnya dampak abrasi yang terjadi di Pulau Bengkalis.
Baca: Tak Hanya Drama Korea, 6 Film Korea Romantis Ini Bikin Selalu Jatuh Cinta dan Baper Lho
Baca: Jadwal & Link Live Streaming PSSI Anniversary Cup 2018 - Timnas U-19 Indonesia Vs China
Baca: Sejarah G30S/PKI: Putri AH Nasution Jadi Korban, Ade Irma: Papa ,Apa Salah Adek?
Warga Desa Jangkang ini sudah kehilangan puluhan hektare kebun sawit miliknya.
Kini ia hanya bisa menatap sedih melihat kendaraan tetangganya membawa hasil panen sawit.
Sebab ia sudah tidak lagi menikmati hasil panen sawit seperti dulu.
Lebih parahnya lagi beberapa jalur kebun sawit yang dibelinya tahun 2004 lalu hasilnya sama sekali tidak pernah dirasakannya.
Hal itu terjadi saat Suji membeli kebun seluas empat jalur di daerah Penampar tidak jauh dari laut.
Lahan yang dibelinya ini ditanaminya sawit setinggi lututnya, namun belum sempat merasakan hasilnya sepuluh tahun kemudian sudah menjadi lautan.
“Kami rasanya sia-sia menaman sawit tersebut, belum sempat panen sudah telan di laut,” cerita Suji kepada tribun, Rabu (19/9/2018) siang.
Tidak hanya di Penampar, kebun sawit yang berada di Desa Jangkang mulai habis dimakan abrasi.
Dulunya Suji memiliki sekitar 20 jalur kebun sawit, namun saat ini hanya tersisa sekitar sepuluh jalur.
“Kalau kebun yang di Jangkang ini dulunya ada sekitar delapan ratus batang sawit, sekarang tinggal separuhnya lagi. Bisa jadi lama kelamaan akan hilang semua,” ungkapnya.
Hasil panennya juga merosot drastis.
“Dulu bisa sampai 100 ton dalam setahun panen sawit, sekarang maksimal setahun cuma bisa panen paling banyak sekitar 20 ton setahun,” ceritanya.
Melihat kondisi seperti inilah terkadang Suji merasa sedih, kalau ada mobil tetangganya melintas membawa hasil panen sawit.
“Kalau lihat mobil bawa sawit sedih rasanya, dulu sempat menikmati hasil panen seperti mereka, sekarang setiap tahun satu persatu batang kelapa sawit kami terjun ke laut,” ujarnya.
Suji mengaku tidak bisa berbuat banyak, karena hilangnya lahan sawit bukan karena ada yang merusak.
Melainkan karena abrasi terus mengerus tanahnya yang berada d ibibir pantai sebelah utara Pulau Bengkalis.
“Sekarang terasa betul lemahnya kondisi ekonomi yang semakin sulit, lahan sawit tempat saya mengantungkan hidup bersama keluarga pun pelan-pelan hilang,” terangnya.
Kepala Desa (Kades) Jangkang Edi Sutrisno mengatakan, kondisi abrasi di desa mereka memang cukup parah terjadi, terutama sekitar sepuluh tahun terakhir ini.
Dalam setahun saja warga yang memiliki kebun di dekat tepi laut bisa kehilangan kebun sepanjang tujuh puluh meter dari batas bibir pantai sebelumnya.
“Abrasi di Jangkang semakin parah ini. Masyarakat yang tinggal di pinggir laut khawatir lama kelamaan (abrasi) akan berdampak dengan rumah mereka. Laut yang dulunya cukup jauh sekarang sudah semakin dekat,” kata Edi.
Selain lahan, abrasi yang terjadi Desa Jangkang sudah meruntuhkan tempat penampungan ikan (TPI) yang berada di Dusun Parit Tiung.
“TPI ini sebelumnya berada sekitar dua puluh meter dari laut, namun dua tahun terakhir sudah terjun ke laut,” kata Kades Jangkang.
Menurut Kades, pemerintah desa sudah berupaya melakukan pencegahan abrasi yang terus meluas dengan cara penanaman bakau dan mangrove. Namun usaha ini belum membuahkan hasil.
“Mangrove yang kita tanam ini gagal tumbuh semua. Jumlahnya sekitaran seribuan bibit mangrove, gagal tumbuh dikarenakan ada kesalahan dalam teknik penanaman,” kata Edi.
Pemerintah desa akan kembali menganggarkan penanaman mangrove, seraya belajar teknis penanaman yang benar sehingga upaya yang dilakukan tidak lagi sia sia.
Pemerintah kabupaten ikut terjun menangani abrasi di Desa Jangkang pada 2017 lalu, dengan membangun pemecah gelombang. Belum begitu besar, sekitar 150 meter.
Pemerintah desa berharap Pemkab Bengkalis kembali menganggarkan pembangunan pemecah gelombang ini.
“Yang sudah dibangun tahun lalu baru sekitar 150 meter, belum begitu terasa hasilnya. Kita berharap pemerintah bisa membangun kembali paling tidak bisa sepanjang satu kilometer,” kata Edi. (TRIBUN PEKANBARU CETAK/sir/gbw/odi/fer/uha/rzk/dni)
Bagaimanakah solusi untuk mengatasi masalah abrasi di Kabupaten Bengkalis? Baca selengkapnya Harian Tribun Pekanbaru EDISI HARI INI.