Pekanbaru

Orang Tua Semakin Khawatir, 66 Anak Usia Sembilan Tahun di Pekanbaru Diserang DBD

Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi momok menakutkan bagi warga Pekanbaru.

Penulis: Syaiful Misgio | Editor: Ariestia
TribunPekanbaru/DoddyVladimir
ILUSTRASI - Pasien demam berdarah sedang dirawat di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, Rabu (3/2/2016). Sampai 31 Januari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin Achmad sudah menangani 131 pasien deman berdarah, 74 diantaranya anak-anak dan angka tersebut cenderung meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. 

"Hingga kini korban meninggal dunia karena DBD tidak ada lagi bertambah. Data terbaru tetap dua orang pada bulan April dan Mei lalu. Keduanya berdomisili di Kecamatan Pekanbaru Kota," jelasnya.

Angka 262 kasus DBD di Pekanbaru tersebar di 12 kecamatan yang ada di Kota Pekanbaru. Dimana dari 12 kecamatan yang ada di Pekanbaru, Kecamatan Tenayan Raya menjadi daerah yang paling banyak warganya terserang penyakit DBD.

"Jika awal September 2018 lalu terbanyak dari Kecamatan Tampan, kini terbanyak berasal dari Kecamatan Tenayan Raya," ujarnya.

Dia juga mengklaim jika dibanding tahun 2017 lalu, jumlah saat ini mengalami penurunan.

"Tahun lalu tercatat ada sebanyak 521 kasus DBD hingga awal Oktober. Sementara tahun ini saja baru ada 266 kasus DBD di Pekanbaru," katanya.

Baca: Mobnas Bupati Pelalawan Seharga Rp 2 Miliar Rusak di Jakarta, Biaya Perbaikan Rp 200 Juta

Zaini mengungkapkan, musim hujan yang mulai terjadi di Kota Pekanbaru beberapa waktu belakangan ini, harus mulai diwaspadai masyarakat. Pasalnya, biasanya musim hujan akan diikuti dengan peningkatan korban penyakit DBD.

"Tentu kami ingin menekan lagi jumlah kasus DBD di Pekanbaru. Tapi jika tidak ada partisipasi masyarakat, dunia usaha, pihak swasta dan lainnya untuk bersama-sama menekan kasus DBD ini, tentu tidak bisa," katanya.

Kerjasama yang dilakukan tersebut, demikian Zaini, dengan bersama-sama menjaga lingkungan tetap bersih serta melakukan 3 M. Yakni mengubur tempat-tempat kecil yang bisa menampung air seperti kaleng bekas atau wadah plastik.

Menguras tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi, akuarium, dan vas bunga satu hingga dua kali seminggu. Kemudian menutup tempat penambangan baik didalam maupun diluar rumah. Kemudian juga dapat menaburkan bubuk abate yang bisa didapatkan di dinas kesehatan ataupun puskesmas terdekat secara gratis.

"Kemudian kalau disekitar lokasi rumah ada ditemukan kasus DBD, segera laporkan ke Puskesmas agar bisa segera diambil tindakan seperti voging. Namun voging ini jangan dilakukan jika tidak ada kasus DBD ditemukan disekitar lokasi, karena voging ini mengandung zat berbahaya," sebutnya.

Baca: Drama Korea The Player Sudah Tayang, Ketahui 6 Fakta Ini Terlebih Dahulu

Untuk itu, Zaini juga mengimbau, jika ada pihak-pihak yang akan melakukan voging disekitar area perumahan, namun disana tidak ditemukan kasus DBD. Masyarakat diminta untuk menolaknya karena cukup membahayakan.

"Selain berbahaya bagi manusia, voging yang dilakukan dilokasi yang tidak didapati kasus DBD, akan membuat nyamuk menjadi kebal. Untuk itu, peran masyarakat juga penting disini untuk menolak, meskipun voging itu dilakukan secara gratis," ujarnya. (*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved