Pekanbaru

Orang Tua Semakin Khawatir, 66 Anak Usia Sembilan Tahun di Pekanbaru Diserang DBD

Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi momok menakutkan bagi warga Pekanbaru.

Penulis: Syaiful Misgio | Editor: Ariestia
TribunPekanbaru/DoddyVladimir
ILUSTRASI - Pasien demam berdarah sedang dirawat di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, Rabu (3/2/2016). Sampai 31 Januari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin Achmad sudah menangani 131 pasien deman berdarah, 74 diantaranya anak-anak dan angka tersebut cenderung meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. 

Laporan wartawan Tribun Pekanbaru, Syaiful Misgiono

TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi momok menakutkan bagi warga Pekanbaru.

Apalagi penyakit yang disebabkan akibat gigitan nyamuk aedes agypti ini menyerang kalangan anak-anak usia hingga sembilan tahun.

Data di Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru mencatat sebanyak 66 orang anak dengan usia hingga sembilan tahun dirawat karena gigitan nyamuk Aedes Aegypti tersebut.

Baca: Cerita Kanker Hingga Jadi Kado Ultah, Inilah 10 Momen Pertemuan Sutopo dengan Jokowi

Kondisi ini membuat orang tua semakin khawatir. Sebab kasus DBD tidak hanya menyebabkan korbannya menjadi tidak berdaya, namun jika tidak ditangani dengan segera DBD bisa berdampak fatal hingga berujung ke korban jiwa. Sejauh ini Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, bahkan sudah mencatat dua orang meninggal dunia akibat serangan penyakit DBD.

"Ngeri juga kita bang, apalagi kami kan tinggal diwilayah yang padat penduduk. Memang kalau hujan dimana-mana ada genangan air," kata Ismi warga Kecamatan Tampan Pekanbaru, Jumat (5/10/2018).

Berdasarkan data yang Tribun himpun di Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, Jumat (5/10/2018), hingga awal oktober kemarin total korban DBD sudah mencapai 266 orang. Terbanyak anak-anak usia hingga sembilan tahun dan mayoritas adalah laki-laki.

Selain usia anak-anak hingga sembilan tahun, usia 10 hingga 14 tahun juga sangat rentan terkena penyakit DBD di Pekanbaru.

Sebanyak 52 kasus DBD juga ditemukan pada anak usia 10 hingga 14 tahun di Kota Pekanbaru. Angka ini tercatat menjadi yang terbanyak nomor dua setelah jumlah DBD yang menyerang anak-anak pada usia hingga 9 tahun.

Baca: Uang Muka Rp 1 Juta Sampai Akad Kredit, Ini Beberapa Perumahan Bersubsidi di Pekanbaru

Plt Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, Zaini Rizaldi Jumat (5/10/2018) mengungkakan, dari 266 kasus hingga awal Oktober 2018 kemarin, sebanyak 146 kasus menyerang kaum adam. Sedangkan 120 kasus menimpa kalangan perempuan.

Sementara untuk wilayah yang paling banyak terdampak kasus DBD adalah kecamatan Tenayan Raya. Dari 266 jumlah total keseluruhan penderita di 12 kecamatan, untuk Tenayan Raya tercatat sebanyak 43 warganya terserang penyakit tersebut.

Selain Tenayan Raya, Kecamatan Tampan, hanya selisih satu angka, dengan jumlah warga penderita sebanyak 43 orang. Disusul Payung Sekaki 38 orang dan Marpoyan Damai, dengan jumlah penderita sebanyak 30 orang.

Kemudian, Kecamatan Bukit Raya, dengan jumlah penderita 20 orang, tiga kecamatan dengan jumlah sama 16 orang yakni, Rumbai, Rumbai Pesisir, dan Kecamatan Limapuluh. Selanjutnya, Kecamatan Sukajadi dan Senapelan dengan jumlah sama yakni 15 orang, Pekanbaru Kota 10 orang dan Kecamatan Sail dengan jumlah oenderita sebanyak 3 orang.

"Jumlah penderita bertambah 24 orang dibanding September 2018. Awal September lalu penderita DBD di Pekanbaru tercatat 242 orang," katanya pada Tribunpekanbaru.com.

Baca: Jadwal Siaran Langsung Liga Italia, Spanyol, Inggris dan Jerman Dini Hari, Kick Off Pukul 01.30 WIB

Meski terus bertambah, namun hingga kini tercatat hanya dua orang saja di Pekanbaru yang telah meninggal dunia.

"Hingga kini korban meninggal dunia karena DBD tidak ada lagi bertambah. Data terbaru tetap dua orang pada bulan April dan Mei lalu. Keduanya berdomisili di Kecamatan Pekanbaru Kota," jelasnya.

Angka 262 kasus DBD di Pekanbaru tersebar di 12 kecamatan yang ada di Kota Pekanbaru. Dimana dari 12 kecamatan yang ada di Pekanbaru, Kecamatan Tenayan Raya menjadi daerah yang paling banyak warganya terserang penyakit DBD.

"Jika awal September 2018 lalu terbanyak dari Kecamatan Tampan, kini terbanyak berasal dari Kecamatan Tenayan Raya," ujarnya.

Dia juga mengklaim jika dibanding tahun 2017 lalu, jumlah saat ini mengalami penurunan.

"Tahun lalu tercatat ada sebanyak 521 kasus DBD hingga awal Oktober. Sementara tahun ini saja baru ada 266 kasus DBD di Pekanbaru," katanya.

Baca: Mobnas Bupati Pelalawan Seharga Rp 2 Miliar Rusak di Jakarta, Biaya Perbaikan Rp 200 Juta

Zaini mengungkapkan, musim hujan yang mulai terjadi di Kota Pekanbaru beberapa waktu belakangan ini, harus mulai diwaspadai masyarakat. Pasalnya, biasanya musim hujan akan diikuti dengan peningkatan korban penyakit DBD.

"Tentu kami ingin menekan lagi jumlah kasus DBD di Pekanbaru. Tapi jika tidak ada partisipasi masyarakat, dunia usaha, pihak swasta dan lainnya untuk bersama-sama menekan kasus DBD ini, tentu tidak bisa," katanya.

Kerjasama yang dilakukan tersebut, demikian Zaini, dengan bersama-sama menjaga lingkungan tetap bersih serta melakukan 3 M. Yakni mengubur tempat-tempat kecil yang bisa menampung air seperti kaleng bekas atau wadah plastik.

Menguras tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi, akuarium, dan vas bunga satu hingga dua kali seminggu. Kemudian menutup tempat penambangan baik didalam maupun diluar rumah. Kemudian juga dapat menaburkan bubuk abate yang bisa didapatkan di dinas kesehatan ataupun puskesmas terdekat secara gratis.

"Kemudian kalau disekitar lokasi rumah ada ditemukan kasus DBD, segera laporkan ke Puskesmas agar bisa segera diambil tindakan seperti voging. Namun voging ini jangan dilakukan jika tidak ada kasus DBD ditemukan disekitar lokasi, karena voging ini mengandung zat berbahaya," sebutnya.

Baca: Drama Korea The Player Sudah Tayang, Ketahui 6 Fakta Ini Terlebih Dahulu

Untuk itu, Zaini juga mengimbau, jika ada pihak-pihak yang akan melakukan voging disekitar area perumahan, namun disana tidak ditemukan kasus DBD. Masyarakat diminta untuk menolaknya karena cukup membahayakan.

"Selain berbahaya bagi manusia, voging yang dilakukan dilokasi yang tidak didapati kasus DBD, akan membuat nyamuk menjadi kebal. Untuk itu, peran masyarakat juga penting disini untuk menolak, meskipun voging itu dilakukan secara gratis," ujarnya. (*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved