Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Kisah Ahli Reptil yang Tulis Detik-Detik Kematiannya setelah Digigit Ular Berbisa

Kisah seorang ahli ular yang mencatat detik-detik kematiannya sendiri setelah digigit ular berbisa. Tragis

Editor: Budi Rahmat
Tribunnews.com
Ilustrasi, seorang ahli ular menulis detik-detik kematiannya setelah digigit ular berbisa 

Catatan lengkap Schmidt bisa dibaca di buku hariannya, yang disiarkan oleh radio Amerika Serikat, PRI, dalam acara Science Friday.

Dirilis pula video catatan harian, yang diberi judul "Diary of a Snakebite Death". 16.30 - 17.30 Sangat mual, tapi tidak muntah. Ini terasa dalam perjalanan ke Homewood dengan menggunakan kereta api. 17.10 - 18.30 Sangat dingin dan gemetar, diikuti demam (suhu tubuh 38.7 derajat Celcius). Pendarahan di mulut mulai sekitar pukul 17.30, sebagian besar pada gusi.

20.30 Makan dua roti panggang. 21.00 - 12.20 Tidur nyenyak. 12.20 Buang air kencing, yang keluar sebagian besar adalah darah, namun jumlahnya tidak banyak. 04.30 Ambil minum, diikuti dengan mual dan muntah-muntah.

Merasa lebih enak dan tidur hingga pukul 06.00. Menolak Bantuan Medis Beberapa jam sebelum meninggal dunia, Schmidt ditanya apakah dirinya memerlukan bantuan medis.

Namun dia menolak. Alasannya, dia khawatir obat akan berpengaruh terhadap efek gigitan ular.

Schmidt lebih memilih untuk mencatat secara lengkap semua efek yang dia rasakan. Ini dia lakukan setelah sarapan. "Tanggal 26 September, pukul 06.23 pagi.

Kematian pakar ular yang mendokumentasikan kematiannya sendiri
Kematian pakar ular yang mendokumentasikan kematiannya sendiri (Kompas.com)

Suhu badan 98.2 (36.7 derajat Celcius). Sarapan sereal, telur, roti panggang, saus apel, dan kopi. Kencing setiap tiga jam, namun tidak ada darah. Pendarahan di mulut dan hidung, namun tidak banyak," tulis Schmidt dalam buku harian terakhirnya itu. Kata terakhir yang dia tulis di buku hariannya adalah, "Sangat banyak."

Baca: Kisah Joe Fernando, Tubuhnya Punya Antibodi Racun Ular Kobra Setelah Sering Digigit Ular

Pada 13.30, setelah makan siang, Schmidt muntah-muntah dan menelepon istrinya. Ketika bantuan datang, dia tidak sadar dan tubuhnya basah oleh keringat. Seorang dokter berusaha untuk menyadarkannya namun upaya ini tak berhasil.

Schmidt akhirnya dibawa ke rumah sakit. Pada 15.00 Schmidt dinyatakan meninggal dunia karena "tak bisa bernafas".

Hasil otopsi menunjukkan dia kesulitan bernafas karena pendarahan pada paru-paru. Disebutkan pula bahwa dia meninggal akibat pendarahan dalam di bagian mata, paru-paru, jantung, dan otak.

Ular Paling Mematikan Dua dekade setelah kematian Schmidt, sebuah eksperimen ilmiah menyimpulkan bahwa ular pohon adalah salah satu ular paling mematikan di Afrika.

Bisa ular ini sangat beracun. Gigitan ular ini menyebabkan apa yang disebut sebagai disseminated intravascular coagulation (DIC). Gejala ini ditandai dengan pembekuan darah pada pembuluh darah kecil di tubuh.

Pembekuan darah dapat menghambat aliran darah melalui pembuluh darah, yang dapat merusak organ tubuh. Kerusakan seperti ini dapat menyebabkan korban meninggal dunia.

Ular pohon banyak ditemukan di Afrika bagian tengah dan selatan. Ukuran panjang ular pohon dewasa rata-rata adalah 100-160 sentimeter, beberapa di antaranya bisa mencapai 180 sentimeter.

Ular pohon memangsa bunglon, kadal, katak, mamalia ukuran kecil, burung, dan telur yang mereka temukan di sarang burung.

Sumber: Kompas.com
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved