Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Natal dan Tahun Baru

Kaisar Romawi Julius Caesar, Pencetus Perayaan Tahun Baru, Penghormatan pada Dewa Berwajah Dua

Kaisar Romawi Julius Caesar dipsercaya sebagai pencetus perayaan tahun baru Masehi, sebagai penghormatan pada Dewa Berwajah Dua

Editor: Nolpitos Hendri
Tribun Pekanbaru/Ilustrasi
Selamat Tahun Baru 2019-Kaisar Romawi Julius Caesar, Pencetus Perayaan Tahun Baru, Penghormatan pada Dewa Berwajah Dua 

Diyakini, karena tiap 1 Januari ada Consul yang baru bertugas, maka rakyat pun merayakannya.

Romawi Runtuh

Menariknya, di abad pertengahan Eropa (Medieval) atau era setelah runtuhnya kekaisaran Romawi, hura-hura perayaan tahun baru tiap 1 Januari, dianggap sebagai perayaan yang bertentangan dengan agama Kristen.

Dewan agama Kristen di kota Tours, Perancis, menghapus perayaan tahun baru pada 1 Januari.

Karena keputusan ini, pada zaman itu, orang Eropa merayakan tahun baru pada 25 Desember, 1 Maret, 25 Maret, dan saat Paskah.

Kalender Gregorian

Pada 1582, kalender buatan Julius Caesar kembali disempurnakan, benar-benar menjadi kalender yang kita pakai sampai sekarang ini.

Namanya, kalender Gregorian.

Nama Gregorian ini didasarkan pada nama pemimpin umat Katolik ketika itu, Paus Gregory XIII, yang meresmikan penggunaan kalender ini pada Oktober 1582.

Kalender ini dibuat oleh Christopher Clavius, seorang matematikawan dan astronom asal Jerman.

Kalender ini kembali 'meluruskan' bahwa tahun baru dirayakan pada 1 Januari. 

Fakta menariknya, meski kalender Gregorian ini dipakai dan disetujui oleh banyak negara berbasis Katolik, tapi tidak semua negara berbasis Kristen menggunakannya.

Inggris misalnya, tidak menggunakan kalender ini sampai pada tahun 1752.

Makanya, sebelum tahun 1752, bangsa Inggris masih merayakan tahun baru pada bulan Maret.

Mengapa ada tradisi membuat harapan atau resolusi tiap tahun baru?

Diyakini, tradisi ini sudah ada sejak jaman bangsa Mesopotamia di kota Babylonia, lalu tradisi itu menyebar dari satu kerajaan ke kerajaan lain.

Orang-orang Eropa di jaman-jaman kuno (jaman dimana negara masih sangat tunduk dengan suara gereja), percaya bahwa di hari pertama tahun baru, harus diisi dengan mengenang kesalahan-kesalahan pada masa lalu, dan memikirkan bagaimana untuk bisa lebih baik di tahun yang akan datang. (*)

Sumber: Tribunnews
Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved