Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Indragiri Hilir

Komoditi Kelapa di Inhil Mulai Ditinggalkan Petani, Bahkan Ada Petani yang Pilih Jadi TKI

Komoditi kelapa di Inhil mulai ditinggalkan petani dan pekerja, bahkan ada petani yang pilih jadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke Malaysia

Penulis: T. Muhammad Fadhli | Editor: Nolpitos Hendri
Tribun Pekanbaru/T Muhammad Fadli
Komoditi Kelapa di Inhil Mulai Ditinggalkan Petani, Bahkan Ada Petani yang Pilih Jadi TKI. Sekitar 50 ribu kelapa di Desa Bekawan, Kabupaten Inhil kualitas kelapanya kode c paling rendah untuk jual bulat licin segar. Kondisi ini terjadi karena masyarakat sudah tidak berminat lagi bekerja mengurus kelapa karena tidak sesuainya biaya produksi dan pendapatan 

“Mereka yang punya kebun kalau sempat ditanami pinang sambil kerja pinang, kalau tidak sempat dibiarkannya aja. Kebunnya tidak ganti tapi ditanami dengan pinang, atau kerja pinang ngambil upah kerja ditempat orang yang punya pinang,” imbuh Rafik.

Kondisi lebih berat harus dihadapi oleh para pekerja kelapa yang tidak memiliki kebun sendiri untuk diolah, akan tetapi bagi yang memiliki keahlian masih bisa bertahan dengan beralih menjadi nelayan, mengambil upah kerja pinang, ada yang kerja di perusahaan sawit dan ada yang berencana keluar negeri menjadi TKI.

Namun bagi pekerja kelapa yang tidak memiliki keahlian lain, mereka terpaksa tetap menjadi buruh harian dan tetap bekerja kelapa apa adanya walaupun rugi gali lobang tutup lobang (berhutang).

“Kondisinya udah punya keluarga tidak bisa keluar negeri, jadi nelayan tidak ahli, jadi buruh perkebunan sawit nggak mungkin. Jadi dia tetap bekerja kelapa dengan apa adanya yang penting bisa makan, kalau kerja masih bisa ngutang kan gitu,” beber Rafik.

Baca: Korban Lakalantas di Dumai Masih Didominasi oleh Karyawan Swasta

Baca: RINCIAN Harga Komoditi Lokal di Riau Didominasi Penurunan, Harga TBS Kelapa Sawit, Karet dan Kelapa

Melihat kondisi perkelapaan Inhil yang miris pada saat ini, Rafik mewakili petani kelapa di Inhil, berharap keseriusan pemerintah daerah dalam menjalankan program-program terkait perkelapaan yang sudah dicanangkan untuk segera di terapkan pada 2019 ini.

“Kalau kita petani inikan, bagaimana buah kelapa harganya meningkat dan harganya bagus, itu saja sebenarnya. Sebenarnya solusi Sistem Resi Gudang (SRG) bagu tapi belun berjalan," katanya.

"Kalau home industri itu kalau nggak dikasih tau pun sebenarnya bisa, tapi pemerintah ndak tau juga kita serius apa ndak kan gitu, kalau serius langsung turun. Semoga apa yang sudah direncanakan berjalan lancar,” pungkas Rafik. (*)

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved