UPDATE Kondisi Gunung Anak Krakatau: Puncak Hilang Setengah Sebabkan Laut di Sekitar Berubah Warna
video kondisi terkini Gunung Anak Krakatau yang banyak beredar, terlihat warna air laut disekitar gunung tiba-tiba berubah warna menjadi oranye.
Penulis: Firmauli Sihaloho | Editor: Firmauli Sihaloho
Daya ledaknya diperkirakan mencapai 30.000 kali bom atom yang diledakkan di Hiroshima dan Nagasaki di akhir Perang Dunia II.
Baca: UPDATE Perusakan Baliho di Pekanbaru, Partai Demokrat Akan Beri Bantuan Hukum pada Pelaku
Baca: Ramalan Zodiak Hari Ini Minggu 13 Januari 2019, Leo Emosi Menumpuk, Taurus Bakal Kecewa
Baca: Hasil Liga Inggris Liverpool FC vs Brighton, Mohamed Salah Jadi Penyelamat di Kandang Lawan
Selat Sunda
Letusan Krakatau menyebabkan perubahan iklim global.
Dunia sempat gelap selama dua setengah hari akibat debu vulkanis yang menutupi atmosfer.
Matahari bersinar redup sampai setahun berikutnya. Hamburan debu tampak di langit Norwegia hingga New York.
Ledakan Krakatau ini sebenarnya masih kalah dibandingkan dengan letusan Gunung Toba dan Gunung Tambora di Indonesia, Gunung Tanpo di Selandia Baru dan Gunung Katmal di Alaska.
Namun gunung-gunung tersebut meletus jauh pada masa ketika populasi manusia masih sangat sedikit.
Sementara ketika Gunung Krakatau meletus, populasi manusia sudah cukup padat, sains dan teknologi telah berkembang, telegraf sudah ditemukan, dan kabel bawah laut sudah dipasang.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa saat itu teknologi informasi sedang tumbuh dan berkembang pesat.
Tercatat bahwa letusan Gunung Krakatau adalah bencana besar pertama di dunia setelah penemuan telegraf bawah laut.
Kemajuan tersebut, sayangnya belum diimbangi dengan kemajuan di bidang geologi.
Para ahli geologi saat itu bahkan belum mampu memberikan penjelasan mengenai letusan tersebut. Gunung Krakatau yang meletus, getarannya terasa sampai Eropa.
Gunung Krakatau Purba
Melihat kawasan Gunung Krakatau di Selat Sunda, para ahli memperkirakan bahwa pada masa purba terdapat gunung yang sangat besar di Selat Sunda yang akhirnya meletus dahsyat yang menyisakan sebuah kaldera (kawah besar) yang disebut Gunung Krakatau Purba, yang merupakan induk dari Gunung Krakatau yang meletus pada 1883.
Gunung ini disusun dari bebatuan andesitik.