Dosen Muda Umri Ini Gabungkan Pengalaman Kerja dengan Teori di Kampus
Banyak orang berpendapat jika teori akademis tidak selalu dapat diterapkan dalam pekerjaan. Hal inilah yang dirasakan oleh Dewi Martina, dosen Umri.
Penulis: Fernando Sihombing | Editor: ihsan
TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Banyak orang berpendapat jika teori akademis tidak selalu dapat diterapkan dalam pekerjaan.
Bahkan terkadang teori yang didapat secara akademis itu tidak dapat menjadi acuan utama dalam dunia pekerjaan.
Hal inilah yang dirasakan oleh Dewi Martina, seorang dara dosen Hubungan Masyarakat di Universitas Muhammadiyah Riau (Umri).
Sebelum memutuskan berkarir sebagai akademisi, dia pernah bekerja di perusahaan media digital.
Pengalaman yang didapatnya tidak lagi teoritis. Apalagi dalam pekerjaan, ia mesti berhadapan dengan banyak orang. Memerlukan strategi tersendiri dalam mengerjakan tugas dari tempatnya bekerja.
Wanita 29 tahun ini mengisi mata kuliah bidang Komunikasi. Disiplin ilmu yang diajarkannya memang berkaitan dengan bidang pekerjaan yang digelutinya.
"Menyatukan antara teori dengan pengalaman kerja saya, bagi saya bukan hal yang gampang," ujarn, Rabu (23/1/2019).
Kebanyakan orang terjun ke dunia kerja setelah diwisuda. Namun Dewi bekerja dan menimba pengalaman non-akademis terlebih dahulu, kemudian menjadi akademisi.
Bagi Dewi, hal ini menjadi kelebihannya sebagai dosen ketika dapat mengkombinasikan materi perkuliahan dengan pengalaman kerja.
Oleh karenanya, ia tetap menggunakan pengetahuannya dari dunia pekerjaan setelah menjadi akademisi sejak 2017 silam.
Guna menyelaraskannya, perlu proses panjang dan tidak mudah.
"Ketika saya jadi dosen, saya harus memahami teori lagi mulai dari dasar," kata Dewi. Ia harus belajar keras untuk mendapatkan metode pengajaran yang diperkaya dengan pengalaman kerja.
Dewi terinspirasi dari seorang dosennya di Program Magister. Ia sangat mengidolakan dosen tersebut karena materi perkuliahan yang disampaikan dibumbui ilmu lapangan.
Sehingga mahasiswa, termasuk dirinya, lebih mudah memahami materi yang disajikan.
Dosen yang menginspirasi itu, telah melahirkan ketertarikannya untuk menjadi akademisi.
"Awalnya saya tak ada niat jadi dosen. Tapi karena mengajar dengan adanya pengalaman kerja, ternyata menyenangkan," kata Dewi.
Dewi berusaha menjadi dosen yang disenangi mahasiswanya. Ia ingin meyakinkan bahwa ilmu yang didapat dari bangku kuliah, sangat bermanfaat dalam dunia kerja.
Sehingga mahasiswa tersebut siap terjun ke dunia kerja setelah tamat kuliah.
Dewi memang masih tergolong muda. Namun di usianya sekarang, dia sudah termasuk wanita yang sudah sangat mapan untuk mengayuh bahtera rumah tangga.
Bicara soal sosok istri dan ibu, Dewi tidak setuju dengan orang yang berpendapat wanita tidak perlu sekolah tinggi. Sebab nantinya akan menjadi ibu rumah tangga juga.
"Ibu itu harus cerdas. Ibu dan istri itu harus berpengetahuan luas. Karena mereka orang pertama tempat anak belajar," ungkap Dewi.
Menurut dia, ibu merupakan tempat pertama anak belajar sebelum masuk ke bangku sekolah formal. Sehingga diperlukan ibu yang pintar dalam banyak hal agar anak dapat berkembang dan memiliki pengetahuan luas.
Dosen Termuda SENS 2019
Dewi Martina merupakan seorang wanita muda, cantik dan memiliki banyak pengalaman.
Tamat dari London School of Public Relation Jakarta, Jurusan Mass Communication, ia melanjutkan studi ke jenjang magister melalui program akselerasi di kampus yang sama.
Saat masih kuliah, ia bekerja selama empat tahun di berbagai perusahaan digital media. Mulai dari Yahoo, Youtube, Facebook dan Instagram.
Ia juga pernah magang sebagai asisten produksi di sebuah stasiun televisi swasta nasional.
Menjadi dosen, merupakan satu prestasi bagi Dewi. Salah satunya terpilih mewakili Indonesia mengikuti program short course di Institute for Transformative Learning of The International Network of Engaged Buddhists (INEB) di Thailand.
Program ini bertajuk School of English for Engaged Social Service (SENS) 2019. Dewi bersama dosen Humas dari perguruan tinggi di berbagai negara Asia dan Eropa dalam program ini.
Dewi sekaligus dosen termuda dalam program tersebut. Sebelumnya, Dewi mengikuti serangkaian seleksi terhadap dosen beberapa Perguruan Tinggi Muhammadiyah di Indonesia. (*)