Kampar
Nyaris Tiap Hari Ada Kecelakaan, Warga Tanam Pohon Pisang dan Kelapa di Jalan Subrantas Lipat Kain
Pedagang di Jalan Subrantas Lipat Kain, Effendi mengatakan, tiap hari ada pengendara yang kecelakaan. Apalagi hujan, lubang menganga dan jalan licin.
Penulis: Ikhwanul Rubby | Editor: Nurul Qomariah
TRIBUNPEKANBARU.COM, BANGKINANG - Muak dan marah jalan di daerah mereka tak kunjung diperbaiki, warga melakukan aksi protes.
Mereka menanam pohon pisang dan kelapa di lubang Jalan Subrantas Lipat Kain, Kampar Kiri, Kabupaten Kampar.
Jalan yang ditanami pohon oleh warga ini tepat berada di depan Pasar Lipat Kain yang merupakan daerah dengan aktivitas paling ramai.
Jalan yang rusak ini hampir setiap tahun diperbaiki, namun dua tiga bulan setelah pengerjaan langsung hancur.
Pedagang kedai harian di sekitar jalan rusak tersebut, Effendi, Minggu (27/01/2019) mengatakan, hampir tiap tahun jalan tersebut ditambal karena berlubang namun tambalan yang dilakukan rusak kembali.
Dituturkannya, warga sekitar daerah tersebut secara swadaya masyarakat membeli dan menimbun lubang jalan dengan tanah.
"Kami beli beberapa truk, satu truk Rp 200 ribu untuk nimbun lubang. Kalau tidak lubangnya dalam, tambah membahayakan warga yang melintas," paparnya
Ia mengatakan kini habis sudah kesabaran warga ditanam pohon jalan tersebut.
Kondisi jalan rusak Lipat Kain sangat parah, sekitar 80-90 meter yang rusak.
Ia mengatakan, titik jalan rusak tersebut memang setiap tahun diperbaiki dengan mengaspal tipis, namun terkesan asal-asalan.
Padahal jalan ini dilewati mobil tonase besar seperti truk kayu log, truk minyak sawit, truk batu bara dan lainnya.
"Jika jalannya hanya diaspal tipis, maka tidak lama umurnya. Kami sudah lapor ke RT, RW, lurah dan pihak lainnya tapi tak direspon. Rusak jalan ini sudah bertahun-tahun," ceritanya.
Effendi yang sudah berjualan sejak tahun 1994 lalu tersebut menuturkan, tiap hari pengendara ada saja yang kecelakaan.
Apalagi hujan, lubang menganga dan jalan licin.
"Tak terhitung lagi kalau tabrakan. Bahkan pernah ibu-ibu naik honda jatuh dan kepalanya terhempas di aspal, lalu meninggal di tempat. Makanya kami berharap agar pemerintah memperbaikinya," katanya.
Hal yang sama juga dituturkan pedagang martabak di Lipat Kain, Rian.
Ia mengatakan, pekerjaan perbaikan jalan ini dilakukan setiap tahun.
"Tapi hanya sekadar pelepas tanya saja perbaikan dilakukan. Sebab, tak pernah bagus hasilnya, hanya satu dua bulan rusak lagi," jelasnya.
Ia meminta pemerintah bisa segera merespon keluhan masyarakat ini.
Ia berkata harus menunggu berapa korban lagi baru diperbaiki.
Dia berharap perbaikan jalan bisa dilakukan secara serius.
Kalau perlu ganti perusahaan perbaikan jalan ini karena yang biasanya melakukan perbaikan tak pernah beres.
Ban Pecah Elak Lubang
Jalan lintas arah Lipat Kain, Kampar Kiri hingga perbatasan Kabupaten Kuansing kini kondisinya banyak lubang menganga dengan kedalaman yang membahayakan pengendara.
Para sopir travel juga banyak mengeluhkannya. Seperti dituturkan Toni.
Sopir travel Pekanbaru-Lipat Kain ini sudah seringkali ban mobil yang dikemudikannya pecah masuk lubang.
Tak jarang juga bersenggolan karena saling mengelak lubang.
"Kami minta perbaikilah segera jalan ini, jalan seperti ini buat pengeluaran makin banyak," ujarnya.
Lurah Lipat Kain, Mukhtaridi mengatakan jalan berlubang di daerah Lipat kain ini banyak yang membahayakan.
Lubang yang menganga besar ada empat titik, serta belasan titik lubang lainnya.
Khusus di wilayah Lipat Kain ini ada beberapa jalan rusak yang membahayakan warga.
Termasuk diantaranya jalan depan Pasar Lipat Kain, yang ditanam warga pohon pisang dan kelapa.
Jalan ini merupakan jalan nasional yang merupakan tanggung jawab Kementerian PUPR.
"Kita sudah melaporkan hal ini ke Dinas PU Riau melalui perwakilan Balai Kementerian. Mereka berjanji akan memperbaikinya lagi," tuturnya.
Berdasarkan plang pekerjaan perbaikan jalan lintas arah Lipat Kain, Kampar Kiri hingga perbatasan Kabupaten Kuansing tahun 2018 lalu, pengerjaan perbaikan jalan rusak di daetah tersebut dikerjakan PT Melayu Riau.
Perbaikan yang dilakukan sepanjang 74 kilometer dengan menyedot anggaran Rp 11 miliar dari APBN. (*)