Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Indragiri Hilir

HM Wardan Pakaikan Tanjak Hitam kepada Luhut Binsar Panjaitan Saat ke Riau, Ini Nama Tanjaknya

Bupati Indragiri Hilir, HM Wardan pakaikan tanjak warna hitam kepada Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman (Menko Kemaritiman) Luhut Binsar Panjaitan

Penulis: T. Muhammad Fadhli | Editor: Nolpitos Hendri
Tribun Pekanbaru/T Muhammad Fadli
HM Wardan Pakaikan Tanjak Hitam kepada Luhut Binsar Panjaitan Saat ke Riau, Ini Nama Tanjaknya 

Kreasi yang muncul pada awalnya diberi nama tebing runtuh, belalai gajah, pial ayam, elang menyongsong angin dan lain sebagainya.

Penamaan itu juga menyesuaikan bentuk tanjak yang dibuat, sehingga sangat populer di dunia Melayu.

"Sayangnya sekarang, tanjak atau disebut juga dengan ikat, yang dibuat pada zaman kerajaan memang sangat sulit ditemukan," kata dia.

Sedangkan bentuknya, ada juga disebut dengan ikat sabelit. 

Di lingkungan Kerajaan Siak, dulu, yang cukup terkenal  adalah ikat Pial Ayam.

Ini biasa dipakai para panglima.

Sedangkan ikat Elang Menyongsong Angin biasa dipakai oleh Datuk Limapuluh.

Khusus untuk Datuk Pesisir, ciri khasnya adalah ikat Hangtuah.

"Ikat Elang Menyongsong Angin ini melambangkan kebijaksanaan dan kecermatan elang dalam memainkan gerak angin. Sementara ikat Hang Tuah melambangkan ketegasan," kata dia.

Baca: KISAH Cewek Cantik Berdarah Minang Jadi Selebgram dan Ketemu Jodoh melalui Bisnis Online

Baca: KISAH Cewek Cantik Asal Pekanbaru Hidup Mandiri, Geluti Beberapa Pekerjaan

Baca: KISAH Cewek Cantik Asal Cirebon Merantau di Pekanbaru, Pilih Fashion Designer dan Ikuti Intermodel

Selain bentuk, warna juga sangat beragam.

Zulkifli menjelaskan, tanjak adat biasanya berwarna hitam, sedangkan untuk pengantin disesuaikan dengan pakaian.

"Biasanya ikat pengantin itu ikat Hangtuah, namun sekarang banyak yang meniru ikat Dendam Tak Sudah yang populer di Malaysia," kata Sang Datuk.

Meski demikian, kaum adat mendukung penuh kebijakan Bupati Siak Syamsuar yang menerapkan pemakaian tanjak di lingkungan pemerintahan, minimal 3 kali seminggu.

Kata dia, pada dasarnya pemakaian tanjak dan baju Melayu akan memberikan kewibawaan dan dampak psikologis bagi pemakainya.

Namun, ia mengingatkan agar pemakaian tanjak di lingkungan pemerintahan tersebut tetap disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan adat berlaku.

"Saya mendukung kebijakan bupati Siak sebagai pioner menggalakkan kembali budaya bertanjak di Provinsi Riau. Sebab kita sudah punya Grand Design Kebudayaan Melayu," kata dia.

Untuk ASN ia menyarankan agar tidak memakai tanjak yang  terlampau tinggi. Supaya dapat dibedakan mana yang tanjak adat dengan pakaian harian mana tanjak adat yang dipakai pada hari-hari tertentu.

"Ikatnya bisa ikat Pial Ayam atau Elang Menyongsong Angin yang disederhanakan," sebutnya.

Ini nama dan jenis tanjak di Melayu Riau:

1. Belalai Gajah

2. Dandam Tak Sudah

3. Tebing Runtuh

4. Anak Gajah Manyusu

5. Elang Melayang

6. Elang Menyongsong Angin

7. Pucuk Pisang

8. Ayam Patah Kepak

9. Pari Mudek

10. Sering

11. Buana

12. Balung Ayam

13. Cogan Daun Kopi

14. Sekelongsang Bunga

15. Mumbang Belah Dua

16. Solok Timba

17. Kacang Dua Helai Daun

18. Ketam Budu

19. Sarang Kerangga

20. Setanjak Balung Raja. (Tribuntembilahan.com/T. Muhammad Fadhli)

Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved