Mahasiswi UIN Suska Riau Ini Sukses Geluti Bisnis Sari Lemon
Kondisi kehidupan yang serba pas-pasan membentuk sosok Tamara Pratiwi menjadi wanita tangguh. Dia berjuang sendiri menggapai masa depan yang cerah.
Penulis: Fernando Sihombing | Editor: ihsan
TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Kondisi kehidupan yang serba pas-pasan membentuk sosok Tamara Pratiwi menjadi wanita tangguh.
Dia berjuang sendiri menggapai masa depan yang cerah. Dia membiayai kuliah dan kebutuhan hidup sehari-hari dari banyak kegiatan yang digeluti.
Tamara merupakan seorang putri semata wayang dari keluarga sederhana. Dia dibesarkan oleh ibunya yang tinggal di Kampar.
Wanita yang tinggal di rumah kontrakan Perumahan Graha Athaya 2 Jalan HR Soebrantas ini tidak pernah bertemu dengan ayahnya sejak lahir.
Meski kondisi ekonomi yang serba terbatas, Tamara tidak lantas pasrah. Kini dara berparas ayu ini sebentar lagi akan menamatkan studi di Jurusan Ilmu Komunikasi Konsentrasi Public Relation Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Suska.
Selama kuliah, ia disibukkan dengan banyak kegiatan. Organisasi, penyiar radio, pembawa acara dan lain sebagainya. Dia juga tengah mengembangkan bisnis Sari Lemon.
"Semuanya saya sendiri. Belanja lemon, memeras, mengemas, menjualnya saya sendiri," kata Tamara ketika berbincang dengan tribun, Selasa (12/3).
Modal awal usahanya tersebut dari tabungan. Yakni penghasilan dari bekerja freelance disisihkan untuk ditabung. Ia berpikir harus mulai berbisnis walau hanya dengan modal sedikit.
Tamara menjual dagangan Sari Lemon secara daring atau online. Diawali dengan menawarkan Sari Lemon kepada teman-teman di kampus dan teman sepermainan di luar kampus.
Bisnis ini baru tiga bulan dia jalankan. Namun hasilnya cukup menggembirakan dan berpotensi kian pesat.
Bisnis ini didorong dari alasan yang sangat sederhana. "Awalnya itu, banyak teman-teman suka lemon. Daripada mereka capek-capek nyari, terus memerasnya lagi, saya pikir bagus juga kalau saya yang sediakan," jelasnya.
Sari Lemon mungkin bukanlah produk minuman yang baru dikenal. Cara pembuatannya mungkin sama dengan kebanyakan di pasaran.
"Tapi Sari Lemon saya murni tanpa ada campuran air," kata Tamara.
Tamara menghabiskan 2 kg hingga 2,5 kilogram buah lemon untuk satu kemasan berisi 250 mililiter.
Lemon diperolehnya dari petani lokal dengan harga Rp 15.000 hingga Rp. 20.000 per kg. "Kalau yang impor, mahal. Sekalian bantu petani lokal juga," imbuhnya.
Bedanya dengan produk lain, terletak pada proses pengemasan. Ia menggunakan botol plastik yang dapat dipakai berulang-ulang.
"Jadi nggak sekali pakai, langsung buang. Ramah lingkungan juga," katanya.
Tamara harus belajar dari beberapa referensi tentang pengemasan produk minuman agar beda dari yang lain.
Ia akhirnya menemukan teknik sterilisasi kemasan yang jarang diterapkan. Namun ia masih merahasiakan teknik ini.
Dara kelahiran Muara Mahat Baru, Tapung, Kampar ini memberi sedikit bocoran.
"Sterilisasinya dari luar kemasan. Ada perendaman dengan suhu tertentu. Terlalu panas malah berbahaya, terlalu dingin juga kurang baik. Rahasianya campuran dalam air perendaman itu. Tanpa bahan kimia," jelasnya.
Sari Lemon produk Tamara bisa bertahan lebih lama. Jika disimpan dalam freezer, bisa bertahan hingga sebulan. Sedangkan di suhu ruangan, sekitar dua minggu.
Tiap kemasannya, dia jual paling tinggi Rp. 45.000.
"Saya sudah survei ke beberapa produsen Sari Lemon. Jarang yang pakai metode ini. Bahkan belum ada yang jual di bawah 50 ribu," ujar Tamara.
Sari Lemon buatannya bisa dimanfaatkan untuk minuman kesehatan dengan dicampur air putih.
Dapat dicampur madu untuk penyegar. "Bagi yang diet, boleh juga untuk menurunkan berat badan. Jadi bisa dikonsumsi sedikit demi sedikit," kata Tamara. (*)