1 Tewas 1 Kritis dan 1 Lolos dari Maut, Kisah Berbeda 3 WNI Korban Penembakan di Selandia baru
Hingga kini, baru 3 WNI yang identitasnya dapat dikenali sehubungan aksi teror penembakan di dalam masjid di Selandia baru
TRIBUNPEKANBARU.COM-Sejauh ini, baru tiga orang WNI pluas seorang balita, korban penembakan di Selandia yang identitasnya berhasil dikenali. Seorang WNI bernama Muhammad Abdul Hamid alias Lilik Abdul Hamid dipastikan meninggal dunia.
Sementara 2 lainnya, yakni Zulfirmansyah bersama putranya masuh balita, meski selamat mengalami luka-luka yang cukup serius.
Zulfirmansyah sendiri kabarnya mengalami kritis dan belum bisa dijenguk oleh keluarga terdekatnya, seperti isterinya WN Amerika Serikat.
Sementara putra Zulfirmansyah, yang mengalami luka tembak di kaki dan punggung sudah bisa ditemui dan dijaga oleh isterinya.
Zulfirmansyah bersama isteri dan anaknya diketahui menetap di Selandia Baru.
Baca: Berpose Pegang Pistol Sambil Kutuk Penembak Masjid Selandia Baru, Atta Halilintar Malah Tuai Kecaman
Dan terakhir WNI terakhir yang selamat dari aksi aksi penembakan di Christchurch, Selandia Baru yakni Seorang mahasiswa doktoral asal Indonesia bernama Irfan Yunianto.
Berikut rangkuman berita-berita bagaimana WNI Korban penembakan di Selandia Baru tersebut.
Warga Negara Indonesia ( WNI) korban aksi penembakan di Christchurch, Selandia Baru, Muhammad Abdul Hamid alias Lilik Abdul Hamid, dipastikan meninggal dunia. Kabar ini datang dari pengurus Masjid Al Noor, Christchurch, Sabtu (16/3/2019) sore.
Atas informasi ini, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi langsung menghubungi Nina, istri almarhum, melalui telepon. Retno menyampaikan ucapan duka cita yang mendalam atas nama pemerintah Indonesia.
Retno juga menyampaikan bahwa pemerintah, melalui Duta Besar RI, akan memberikan pendampingan dan bantuan yang diperlukan.
Duta Besar RI untuk Selandia Baru, Tanthowi Yahya, sudah bertolak ke kediaman korban di Christchruch, Sabtu malam.
Selain Tanthowi, masyarakat Indonesia di Chritchruch juga berencana untuk mendatangi kediaman korban, untuk memberikan dukungan kepada keluarga yang ditinggalkan.
Baca: 11 Orang Masih Kritis, Korban Tewas Serangan Teror di Masjid Selandia Baru Jadi 50 Orang
Sejauh ini dilaporkan terdapat sekitar 7 WNI yang berada di Masjid Al-Noor dan Lindwood di Christchurch, ketika peristiwa penembakan terjadi.
Empat orang telah dinyatakan selamat, dua orang luka dan saat ini masih dalam perawatan di rumah sakit. Sementara satu orang meninggal dunia.
Sebelumnya diberitakan, Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern mengatakan, 40 orang tewas dan 20 lainnya luka parah dalam serangan teror di masjid Al Noor di kota Christchurch.
Informasi terakhir, 49 orang meninggal dunia terkait insiden ini. "Amat jelas insiden ini adalah sebuah serangan teroris. Dari apa yang kami tahu, serangan ini telah direncanakan dengan baik," kata Ardern.
"Dua bahan peledak dipasang di kendaraan milik tersangka. Keduanya sudah ditemukan dan dijinakkan," tambah Ardern.
Sementara itu, WNI yang lain yakni Zulfirmansyah atau sering disapa Zul dan anaknya mengalami luka tembak masing-masing di dada dan kaki.
Ketua Sakato Art Community, Erizal As, mengatakan, Zul dan anaknya sedang jalani operasi di rumah sakit setempat di Selandia Baru.
"Info terakhir sekarang dirawat di Rumah Sakit dan sedang dioperasi. Istrinya dapat info dari pihak medis kalau Zul terkena (tembak) paru, anaknya terkena di kakinya," kata Erizal.
Erizal mengatakan, pihaknya mendapat informasi terkait kondisi Zul berawal dari dari akun Facebook istri Zul.
"Kami teman-teman di sini mendapatka informasi dari akun Facebook istrinya, dan di kolom komentar ada saudara Zul meninggalkan nomor telepon," ucapnya.
Seperti diketahui, Zul adalah seorang pelukis asal Minang yang sering bergabung dalam acara kesenian di Yogyakarta.
Handra, kakak Zulfirman, mengatakan, dirinya sempat tidak langsung memberitahu tentang kondisi Zulfirman karena mengingat usia kedua orangtuanya.
Nasrul (78) dan Yusni (72), syok dan menangis hampir 1,5 jam setelah mendengarkan informasi dari salah satu anaknya, Handra.
"Awalnya sempat saya rahasiakan. Namun, setelah melihat kondisi orangtua saya sudah siap, akhirnya tadi malam saya sampaikan juga informasi soal Zul," kata kakak korban, Handra, yang dihubungi Sabtu (16/3/2019).
Handra mengatakan, kondisi orangtuanya yang sudah uzur dan sakit membuat dirinya belum tega menyampaikan informasi tentang Zulfirman atau sering disapa Zul secepatnya.
"Ayah saya pernah menderita stroke ringan dan ibu sudah tua. Makanya sempat saya rahasiakan. Setelah saya katakan, mereka syok dan menangis. Syukur mereka sekarang masih kuat kendati kadang-kadang sempat juga menitikkan air mata," ujarnya.
WNI yang lainnya yang selamat menuturkan kisahnya kepada media saat terjadi serangan teror pada Jumat itu.
Seorang mahasiswa doktoral asal Indonesia bernama Irfan Yunianto lolos dari maut dalam serangan teror di Masjid Al Noor, Kota Christchurch, Selandia Baru, pada Jumat (15/3/2019).
Saat dihubungi pada Sabtu (16/3/2019) siang, Irfan mengaku tengah berada di rumah salah seorang rekannya di Christchurch untuk memulihkan trauma.
Kondisi mentalnya sempat terguncang, apalagi ketika menyaksikan video penembakan yang banyak beredar.
Baca: Tetangga Ungkap Sosok Teroris di Selandia Baru Brenton Tarrant, Orang Aneh
Baca: VIDEO Remaja Ini Lemparkan Telur ke Kepala Senator yang Salahkan Muslim Atas Insiden Selandia Baru
Dengan penuturan yang tenang dan teratur, pria yang menekuni bidang onkologi molekuler ini memaparkan kepada BBC News Indonesia kisahnya menyelamatkan diri.
Berikut penuturan Irfan.
Saya datang shalat Jumat kira-kira pukul 13.30 (atau) 13.35. Saya lihat di ruang shalat utama, agak lengang.
Mungkin karena sebelumnya hujan deras, jemaah telat datang.
Biasanya kalau saya melihat lengang, ya sudah shalat saja di situ.
Tapi ini, somehow, Alhamdulillah, Allah mengarahkan saya untuk belok kanan ke ruang kecil.
Ruang itu biasanya dipakai untuk seminar, pertemuan.
Karena saya datang naik sepeda, pakai jaket, saya bisa menaruh jaket di situ tanpa mengganggu orang.
Baca: Jika Tak Ditangkap, Teroris Penembak Masjid Selandia Baru Bakal Terus Melanjutkan Aksinya
Baca: Selain Nyengir, Teroris Penembakan Masjid di Selandia Baru Ini Bikin Gestur Supremasi Kulit Putih
Di ruang itu juga ada pintu emergency exit. Lalu saya shalat tahiyatul masjid dan mendengar khotbah sedikit, tidak sampai lima menit dari pertama masuk masjid, saya mendengar suara letusan duar...duar.
Saat itu insting saya mengatakan mungkin ada trafo meledak. Tapi ada suara tembakan beruntun dor dor dor dor, orang-orang mulai panik.
Karena posisi saya persis berada di depan pintu emergency exit, saya langsung buka tanpa halangan.
Orang-orang pada keluar, saya ikut lari. Kami ke luar, lari ke parkiran mobil di belakang, luas. Semua orang panik, kemudian memanjat pagar.
Di situ ada teman saya yang sekolah penerbangan, 'ke sini, ke sini'. Ditolong saya memanjat pagar. Lalu kami sembunyi di rumah penduduk yang pagarnya menempel dengan pagar masjid.
Ada sekitar 15 orang, kami melihat dua orang korban. Satu luka tembak di bahu kanan. Wah itu parah.
Saya sempat khawatir, bagaimana bila beliau meninggal? Dia sudah mengucap syahadat dan seterusnya.
Tapi ada orang lain yang menolong, menghentikan pendarahan. Terus ada satu korban, remaja berusia 15 tahun.
Baca: Mengungkap Simbol & Makna Teks (Warna Putih) di Senjata Teroris Selandia Baru, Ternyata. . .
Baca: Sebelum Penembakan di Masjid Selandia Baru Terjadi, Zulfirman Syah Sempat Komunikasi dengan Kakak
Kakinya bercucuran darah. Termasuk saya, ada tiga warga Indonesia di rumah warga tersebut.
Kami menghubungi paramedis yang datang menjemput dua korban tadi. Kami enggak berani lihat ke luar karena kami takut terkena peluru nyasar atau kalau pelakunya mengejar sampai ke parkiran belakang.
Kami hanya mendengar polisi menyisir, di parkiran belakang. Mereka melihat kami kemudian berteriak 'Get into the house!' Saya menghubungi supervisor dan KBRI.
Di dalam rumah kami saling menguatkan. Sekitar lima jam kami ada di rumah warga tersebut.
Dia pria pensiunan dokter mata berusia 60-an tahun.
Selama sembunyi di rumah itu, tuan rumahnya menyalakan televisi. Kami melihat laporan berita. Wah sudah.
Baca: Paru-paru Seniman Asal Padang Zulfirman Syah Bocor Usai Jadi Korban Tembak Teroris di Selandia Baru
Baca: Tokoh Muslim Serukan Tak Sebarkan Video Pembantaian Selandia Baru yang Drekam Pelaku, Ini Alasannya
Memang terguncang karena teringat ada kerabat, keluarga yang jadi korban, Ada yang meninggal di dalam.
Kami coba saling support. Sekitar jam 19.00 baru kami dievakuasi sama polisi.
Saksikan juga berita video menarik dengan subscribe ke channel YouTube Tribunpekanbaru.com:
Saya diantarkan ke rumah, sampai di rumah jam 19.30 waktu setempat.(KOMPAS*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/pekanbaru/foto/bank/originals/wni-korban-penembakan-di-selandia-baru.jpg)