Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Hikmah Isra Miraj, Naiknya Nabi Muhammad SAW ke Langit ke-7

Isra Miraj pada tanggal 27 Rajab 1440 H bertepatan pada hari Rabu, 3 Maret 2019.

Editor: Sesri
TribunStyle.com Kolase/fingerspot.com
Isra Miraj 2019 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Isra Miraj pada tanggal 27 Rajab 1440 H bertepatan pada hari Rabu, 3 Maret 2019.

Diperingati setiap tahun, masih banyak yang belum mengetahui arti Isra Miraj sebenarnya.

Pengertian Isra Miraj, kisahnya, dan hikmah di balik peristiwa Isra Miraj sungguh luar biasa.

Arti Isra Miraj menurut Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam Tafsir Al Munir menjelaskan, isra (اسرى) atau sara (سرى) artinya adalah perjalanan di malam hari.

Secara istilah, Isra adalah perjalanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pada suatu malam dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsa di Palestina.

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آَيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS Al-Isra‘: 1)

Mi’raj secara bahasa artinya adalah naik.

Secara istilah adalah naiknya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ke sidratul muntaha.

Baca: Peringatan Isra Mikraj Dilakukan di 14 Kecamatan di Kabupaten Inhu

Baca: Peristiwa Istimewa yang Disaksikan Nabi Muhammad SAW saat Isra Miraj Dibeberkan Ustaz Abdul Somad

Baca: Amalan Isra Miraj 27 Rajab 1440 H, Ini Bacaan Zikir Beserta Keutamaannya Sesuai Ajaran Nabi Ibrahim

Baca: Mahathir Mohammad Ungkap Tidak Ada Negara yang Berhak Akui Yerusalem Ibu Kota Israel

Dalam Al Qur’an, mi’raj ini disinggung dalam surat An Najm.

وَلَقَدْ رَآَهُ نَزْلَةً أُخْرَى
عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى
عِنْدَهَا جَنَّةُ الْمَأْوَى
إِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغْشَى
مَا زَاغَ الْبَصَرُ وَمَا طَغَى
لَقَدْ رَأَى مِنْ آَيَاتِ رَبِّهِ الْكُبْرَى

“Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.” (QS An-Najm: 13-18)

Ketika menafsirkan ayat ini, Syaikh Wahbah Az Zuhaili menjelaskan bahwa sidratul muntaha adalah tempat tertinggi di langit yang menjadi batas ujung pengetahuan dan amal aktifitas para makhluk.

Tidak seorang makhluk pun mengetahui apa yang ada di belakangnya.

“Tempat ini diserupakan dengan as sidrah yang artinya pohon nabk karena mereka berkumpul di bawah teteduhannya. Di dekat sidratul muntaha ada surga Al Ma’wa yakni tempat tinggal arwah orang-orang mukmin yang bertaqwa,” kata Syaikh Wahbah Az Zuhaili.

Sumber: Tribun Timur
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved