Pelaku Pemutilasi Guru Honorer Sempat Minta Maaf, Koper Untuk Buang Mayat Ternyata Milik Ibu
AJ diketahui menggunakan koper milik ibunya, N (55), untuk membungkus mayat Budi Hartanto dan membuangnya di pinggir sungai
TRIBUNPEKANBARU.COM - Fakta-fakta baru pembunuhan Budi Hartanto guru honorer asal Kediri yang mayatnya ditemukan dalam koper tanpa kepala mulai terkuak.
AS alias AJ (34), satu di antara pembunuh Budi Hartanto sempat meminta maaf ke ibunya di hari penemuan mayat tanpa kepala dalam koper sang guru honorer, Rabu (3/4/2019).
AJ diketahui menggunakan koper milik ibunya, N (55), untuk membungkus mayat Budi Hartanto dan membuangnya di pinggir sungai Desa Karanggondang, Kecamatan Udanawu, Kabupaten Blitar.
AS tercatat sebagai warga Dusun/Desa Mangunan, Kecamatan Udanawu, Kabupaten Blitar.
Hal itu disampaikan ibu AS, N usai diperiksa di Mapolres Blitar Kota, Jumat (12/4/2019).
N mengatakan, AS sempat meminta maaf kepadanya soal koper itu.
Awalnya, AS mengaku koper miliknya telah dijual.
Baca: Pengakuan Pelaku Mutilasi Budi Hartanto, Ceritakan Kronologi Saat Dirinya Potong Kepala Korban
Baca: 9 Hari Potongan Kepala Guru Horoner Disimpan Pelaku di Lokasi Ini, Badan Dimasukkan Dalam Koper
Baca: Akhirnya Potongan Kepala Guru Honorer Korban Mutilasi Ditemukan, Dibungkus Plastik dan Karung
Itu diungkapkan AS ke N pada Rabu (3/4/2019) pagi, bertepatan dengan penemuan mayat tanpa kepala dalam koper si korban.
"Waktu itu, saya baru pulang salat Subuh dari masjid. Dia tiba-tiba langsung minta maaf ke saya. Dia bilang 'mak, saya minta maaf, koper e kulo sade, payu Rp 200.000' (bu, saya minta maaf, kopernya saya jual, laku Rp 200.000. (Uangnya) 'Saya buat tambahan modal,'" kata N menirukan ucapan AS.
Pada hari itu juga, sekitar pukul 07.00 WIB, N juga melihat AS membakar pakaian di depan rumah.
Tetapi, N tidak tahu pakaian siapa yang dibakar anaknya di depan rumah.
Ada dugaan, pakaian yang dibakar AS di depan rumah merupakan pakaian korban.
Dua hari setelah itu, N baru mendengar kabar ada penemuan mayat tanpa kepala dalam koper di pinggir sungai Desa Karanggondang, Kecamatan Udanawu, Kabupaten Blitar.
Warga di desanya ikut ramai membicarakan kasus tersebut.
Saat itulah, N merasakan 'firasat' tak enak di dalam hatinya.
N sempat diperlihatkan foto koper berisi mayat yang ditemukan di pinggir sungai.
"Ketika ditunjukkan foto koper, dalam hati saya bilang, itu koper milik saya. Tapi saya belum sadar soal itu, karena anak saya bilang kopernya dijual," ujarnya.
AS Sering Berkata Kasar
Dikatakan N, belakangan AS juga sering berkata-kata kasar, termasuk kepada dirinya.
AS juga sering mengumpulkan teman-teman prianya di rumah.
"Kalau kumpul di rumah, tertawanya keras-keras," katanya
Jarang Bergaul dan Tertutup
Dikesehariannya, AS dikenal jarang bergaul dan tertutup
"Dia orangnya tertutup, jarang bergaul. Saya tidak pernah ngobrol sama dia, kalau sama ibunya sering," kata Nur Kholik, tetangga pelaku, Jumat (12/4/2019).
Rumah Nur Kholik berjarak sekitar 50 meter dari rumah orang tua pelaku.
Di rumah itu, pelaku tinggal bersama ibunya.
Rumah orang tua pelaku berada di tengah-tengah tegalan jauh dari permukiman warga.
Di kanan kiri rumah orang tua pelaku berupa lahan tegalan.
Sedangkan di depan rumah orang tua pelaku merupakan areal persawahan.
Rumah orang tua pelaku masih belum sempurna jadi.
Dinding rumah belum disemen.
Nur Kholik merupakan tetangga paling dekat dengan rumah orang tua pelaku.
"Saya juga kaget ada polisi datang ke rumah itu menjelang subuh tadi. Saya mau mendekat tapi dilarang polisi," ujarnya.
Nur Kholik tidak begitu tahu dengan kehidupan AS.
Dia hanya tahu AS berjualan nasi goreng di wilayah Sambi, Kabupaten Kediri.
Tapi, Nur Kholik masih sering melihat AS pulang ke rumah orangtuanya di Desa Mangunan, Kecamatan Udanawu, Kabupaten Blitar.
"Dia sering mengumpulkan saudara-saudaranya di rumah itu. Kadang acara bakar-bakar dengan saudaranya," katanya.
Dikatakan Nur Kholik, perilaku AS memang berbeda dengan lelaki normal.
Tingkah lakunya seperti perempuan. Terutama caranya berjalan mirip dengan perempuan.
"Orangnya memang mbanceni (seperti perempuan), terutama kelihatan dari caranya berjalan," ujarnya.
Hal yang sama dikatakan warga lain yang juga tetangga jauh pelaku, Nawaru.
Dia juga kaget kalau AS merupakan salah satu pelaku mutilasi guru honorer asal Kota Kediri yang jasadnya dibuang di pinggir sungai Desa Karanggondang, Kecamatan Udanawu, Kabupaten Blitar.
Menurutnya, AS memang jarang bergaul dengan warga di lingkungannya.
AS juga terkenal sebagai laki-laki yang berperilaku seperti perempuan.
Diberitakan sebelumnya, polisi menangkap dua pelaku pembunuhan terhadap Budi Hartanto, guru honorer asal Mojoroto, Kota Kediri, yang jasadnya ditemukan dalam koper di pinggir sungai Desa Karanggondang, Kecamatan Udanawu, Kabupaten Blitar.
Mereka adalah AP dan AJ alias AS.
Satu dari dua pelaku, AS alias AJ yang ditangkap polisi merupakan warga Kabupaten Blitar.
"Satu pelaku asal Kabupaten Blitar, tapi yang bersangkutan domisili di Kediri," tulis Kabid Humas Polda Jatim, Kombespol Frans Barung Mangera saat dikonfirmasi melalui pesan WhatsApp (WA), Jumat (12/4/2019).
AS tercatat sebagai warga Dusun/Desa Mangunan, Kecamatan Udanawu, Kabupaten Blitar.
Jarak rumah AS dengan lokasi penemuan jasad korban sekitar 1,5 kilometer. (Samsul Hadi)
Artikel ini telah tayang di Tribunjatim.com dengan judul TERKUAK Pemutilasi Guru Honorer Sempat Minta Maaf ke Ibu, 'Firasat' Sang Ibu Muncul Lihat Foto Koper
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/pekanbaru/foto/bank/originals/potongan-kepala-budi-hartanto-guru-honorer-kediri-ditemukan.jpg)