Bertanya 'Kapan Nikah' Saat Lebaran, Ternyata Ini Akibat Buruknya: Berikut Cara Menjawabnya
Pasalnya, pertanyaan “kapan nikah?” yang dilontarkan hanya sebagai basa-basi bisa berdampak buruk bila dilontarkan ke orang yang salah.
Bertanya 'Kapan Nikah' Saat Lebaran, Ternyata Ini Akibat Buruknya: Berikut Cara Menjawabnya
TRIBUNPEKANBARU.COM - Dari zaman ke zaman, pertanyaan yang paling sering bikin muda-mudi Indonesia berkeringat dingin dan menjauh pelan-pelan adalah “kapan nikah?”.
Pertanyaan ini paling sering didengar ketika mudik lebaranatau kondangan.
Walau terdengar sepele, sebaiknya pertanyaan sepersonal ini hanya dilontarkan setelah melalui pertimbangan matang saja.
Pasalnya, pertanyaan “kapan nikah?” yang dilontarkan hanya sebagai basa-basi bisa berdampak buruk bila dilontarkan ke orang yang salah.
Seseorang yang mengalami depresi, misalnya, bisa bertambah buruk kondisinya bila mendapatkan pertanyaan seperti itu.
Bahkan, menurut Rizqy Amelia Zein yang mengajar Social and Personality Psychology dari Universitas Airlangga, pertanyaan ini bisa memicu orang yang suicidal untuk benar-benar bunuh diri.
Perlu untuk Anda ingat, sering kali orang-orang yang mengalami depresi tidak secara eksplisit menampakkannya sehingga ada baiknya untuk menahan pertanyaan yang sifatnya terlalu personal seperti itu.
Lebih lanjut, Astrid Wen selaku psikolog anak dan keluarga, serta theraplay practitioner dari Pion Clinician, berkata bahwa terpapar pertanyaan “kapan nikah?” berulang-ulang dapat membuat seseorang menjadikan pernikahan sebagai tujuan hidup.
Baca: Perkosa Kedua Anaknya Hingga Hamil, Ayah Ini Salahkan Istrinya yang Tak Mau Berhubungan Intim
Baca: VIDEO STREAMING Final Liga Eropa Chelsea Vs Arsenal Dinihari Nanti, Berikut Prediksinya
Baca: LIVE INDOSIAR, Streaming Semen Padang Vs Persib Bandung Liga 1 2019, Ini Susunan Pemain (Video)
Akibatnya, orang tersebut bisa merasa gagal bila belum menikah dan rentan terjerumus dalam pernikahan ketika sebetulnya belum siap dan belum benar-benar mengenal orang yang dinikahinya.
Selain itu, pertanyaan “kapan nikah?” yang berulang-ulang juga dapat membentuk pola pikir seseorang sehingga menjadikan pernikahan sebagai tujuan hidup.
Terpapar berulang kali pertanyaan "kapan nikah", seseorang yang belum menikah bisa jadi merasa gagal atau belum lengkap.
Mereka pun rentan terjerumus dalam pernikahan hanya karena tuntutan keluarga, padahal belum siap dan tak benar-benar mengenal orang yang dinikahinya.

Etika bertanya “kapan nikah?”
Memang, pertanyaan “kapan nikah?” tidak sepenuhnya buruk.
Astrid mengakui bahwa pertanyaan ini dapat mengingatkan orang-orang yang merasa terpanggil untuk menikah agar tidak terlalu asyik dengan kehidupan lajangnya.
Selain itu, pertanyaan ini juga dapat membuka komunikasi yang cukup penting di antara pasangan dan mempererat hubungan mereka.
Akan tetapi, bertanya “kapan nikah?” juga ada etikanya yang perlu diikuti.
Pertama, jangan menggunakannya hanya sebagai bahan basa-basi.
Baca: Diduga Ini Penyebab Wiranto, Luhut, Budi Gunawan dan Gories Mere Jadi Sasaran Pembunuhan
Baca: Bule Cantik Polly Alexandria Balik ke Indonesia Bukan Karena Kangen Suami, Tapi Karena Ini
Baca: Zodiak Hari Ini Rabu 29 Mei 2019: Socrpio Diramalkan Liar, Pisces Punya Agenda Penting
Astrid berkata bahwa masih ada banyak pertanyaan lain yang tidak personal untuk berbasa-basi.
Pertanyaan ini baru boleh dilontarkan bila hubungan atau relasi Anda memang cukup dekat dengan orang tersebut.
“Tanya saja dulu kabarnya lalu ikuti ceritanya. Kalau orang itu tidak cerita soal relasinya, berarti orang itu tidak terbuka (untuk membicarakannya),” ujarnya.
Kedua, pertimbangkan kesiapan individu yang ditanya untuk menikah.
Astrid mengatakan, memang benar negara sudah memberikan usia yang baik untuk menikah itu kapan, tetapi perlu diberikan edukasi psikologis atau kampanye nasional mengenai usia menikah yang baik.
“Lalu, kalau bisa diadakan diskusi-diskusi dengan para pemuka agama untuk benar-benar menyiapkan para perempuan agar menikah dengan kesiapan rahim, kesiapan gizi, dan kesiapan mental,” katanya.
Terakhir, Astrid berpesan agar orangtua sendiri juga tidak buru-buru menikahkan anaknya atau mendesak sang anak untuk menikah.
“Yang membuat seorang dewasa muda sehat mentalnya bukanlah sudah menikah atau tidak, melainkan ketika dia bisa menemukan orang yang dia cintai dan dia bisa lekat dengan orang tersebut.
Lalu, tidak hanya (lekat) pada orang tersebut, dia juga bisa berkontribusi pada lingkungannya,” ujar Astrid. (Kompas.com/ S. Wangsa Wibawa)
Diolah dari sumber: https://sains.kompas.com/read/2019/05/29/035000523/om-dan-tante-ketahui-etika-tanya-kapan-nikah-untuk-lebaran?page=all
Baca: SBY Curhat Soal Demokrat & AHY yang Kena Bully Usai Jumpa Jokowi, Fadli Zon: Nggak Usah Baper
Baca: Zodiak Hari Ini Rabu 29 Mei 2019: Socrpio Diramalkan Liar, Pisces Punya Agenda Penting
6 Pertanyaan Menyebalkan yang Sering Mengganggu Suasana Lebaran, Ini Cara Menjawabnya
Tak terasa Idul Fitri tinggal beberapa hari lagi nih.
Saat lebaran, sanak saudara yang merantau akan berkumpul menjadi satu.
Lebaran merupakan momen yang tepat untuk berkumpul dengan sanak saudara dan kerabat yang jauh.
Namun, tidak sekedar menjadi momen berkumpul, saat Lebaran juga menjadi momen dimana kamu akan menghadapi banyak pertanyaan dari para kerabat dan keluarga.
Pertanyaan-pertanyaan yang mungkin sangat menjenuhkan dan malas untuk kamu jawab akan terlontar saat Lebaran nanti.
Dirangkum dari beberapa sumber, berikut ini adalah enam pertanyaan khas saat lebaran yang akan kamu hadapi:
1. Kuliah di mana?

Pertanyaan khas Lebaan pertama adalah "sekolah di mana?" atau "kuliah di mana sekarang?".
Pertanyaan ini mungkin bagi sebagaian orang tidak terlalu menjengkelkan, namun yang membuat semakin menjengkelkan karena kamu harus menjawab pertanyaan yang sama dari sekian banyak orang.
Kamu bisa menjawab pertanyaan ini dengan menyebutkan sekolah atau universitasnya saja.
2. Kapan lulus?

Pertanyaan khas lebaran berikutnya adalah, “kapan lulus?”.
Tentunya hal ini cukup menjengkelkan terutama bagi orang yang kuliahnya tidak lancar.
Untuk menjawab pertanyaan khas lebaran ini, kamu cukup bilang, “secepatnya tante, doain aja ya”.
3. Kerja di mana?

Pertanyaan berikutnya yang akan kamu hadapi saat lebaran nanti adalah "Kerja di mana?".
Ya, tentunya ini menjadi pertanyaan yang menyebalkan jika kamu memang sampai saat ini belum mendapatkan pekerjaan.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, jawablah dengan "Doain ya tante, ini juga baru usaha".
Atau kamu bisa menjawabnya dengan kesibukan postif yang sedang kamu jalani.
4. Mana pasangannya?

Untuk kamu pria ataupun wanita lajang pasti kesal jika mendengar pertanyaan khas lebaran ini.
Bagaimana tidak? mencari jodoh saja sudah sulit, apalagi membawanya saat mudik? Untuk menjawab pertanyaan khas lebaran ini, kamu bisa bilang, “masih disimpan Tuhan tante”.
5. Kapan nikah?

“Kapan nikah?” adalah salah satu pertanyaan khas mudik yang pastinya akan terus-menerus ditanyakan terutama jika kamu sudah dirasa cukup umur untuk menikah.
Tidak usah jengkel untuk menanggapi pertanyaan khas lebaran tersebut, cukup dengan menjawab, “ditunggu aja undangannya ya om”.
6. Kapan punya anak?

Pertanyaan khas mudik ini sebenarnya sangat sensitif bagi pasangan suami-istri.
Bagaimana tidak? Pasalnya mempunyai anak itu bukanlah sesuatu yang bisa kita atur.
Untuk menjawab pertanyaan khas lebaran ini, kamu bisa menjawab dengan, “doain yang terbaik aja ya Bu”.
(TribunTravel.com/ Ratna Widyawati)