Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Kisah Preman Tobat Setelah Mengenal Cinta, Benci Pria yang Suka Menyakiti Istri dan Anak

Dari semua sepak terjangnya di dunia kriminal, Man Rambo bersyukur tidak pernah menyakiti almarhumah istri dan anak tirinya.

Editor: Ariestia
TribunJakarta.com/Bima Putra
Man Rambo (57) saat beristirahat di Kramat Jati, Jakarta Timur, Jumat (7/6/2019). 

Man Rambo menyebut mantan narapidana hanya ada dua pilihan, yakni bertobat atau menjadi penjahat kambuhan dan kian bengis.

Beruntung pria yang sudah tiga kali berjalan kaki Surabaya-Jakarta demi memperingati hari kemerdekaan Indonesia dan menggaungkan bahaya narkoba tak jatuh di pilihan kedua.

“Saya fokus kampanye bahaya narkoba setelah melihat teman saya masuk penjara karena narkoba.”

“Anak pertamanya meninggal saat dia masih ditahan. Dari situ saya sadar bahaya narkoba,” sambung dia.

Rekaman Jadi Bukti Bahwa Pria Mabuk Ini Tewas Akibat Ditabrak Pengendara Mabuk di Tulungagung

Baca: Ramalan Zodiak Hari Ini Selasa 11 Juni 2019, Gemini Sibuk, Capricorn Dimanfaatkan

Dari semua jejak perjalanan kelam yang terukir di tubuhnya, Man Rambo merelakan bagian lengan kanannya dirajah sebagai bentuk cinta ke mendiang sang istri.

Meski akhirnya menyesal karena merajah tubuh, tato itu diakui sebagai bentuk cinta terhadap istrinya.

“Ini tulisannya 'Demi Tuhan ku mencintaimu Mama'. Saya menyesal bukan karena kalimat dan istri saya meninggal. Tapi karena tatonya itu sendiri, tapi sudah terlanjur. Tanpa tato ini saya tetap mencintai almarhum istri,” kenang dia.

Dari semua sepak terjangnya di dunia kriminal, Man Rambo bersyukur tidak pernah menyakiti almarhumah istri dan anak tirinya.

Man Rambo menyebut laki-laki yang menyakiti dan menelantarkan istri dan anaknya merupakan pria hina yang bahkan lebih rendah dari seorang kriminal.

“Seharusnya seorang laki-laki tidak menyakiti istri dan anaknya. Laki-laki yang menyakiti istri dan anaknya itu lebih hina dibanding pemakai narkoba, dibanding kriminal,” kata Man Rambo.

Dia menyebut seorang kriminal acap kali lahir dari keadaan yang memaksa sehingga nekat melawan hukum demi keluarganya sebelum akhirnya jadi penjahat kambuhan.

Sementara pria yang menyakiti istri dan anaknya mendasari perbuatannya hanya karena emosi dan ingin mendominasi dalam keluarga.

“Waktu di penjara, saya satu sel dengan pembunuh dan perampok.”

“Tapi banyak yang tetap ingat keluarga. Mereka mikir bagaimana nasib istri dan anaknya di rumah. Mereka menyesal dan akhirnya bertobat,” ujarnya.

Sumber: Surya Malang
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved