Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Berita Riau

Kronologi Kematian Harimau Sumatera Inung Rio Saat Perawatan, Alami Kerontokan Rambut dan Kejang

Kronologi lengkap kematian harimau Inung Rio Saat jalani perawatan, usai kena jerat pemburu di Pelalawan Riau.

Penulis: Rizky Armanda | Editor: Ariestia
BBKSDA Riau
Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau bersama pihak terkait lainnya berhasil menyelamatkan satwa Harimau Sumatera di Desa Sangar, Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, berdasarkan keterangan pers yang disuarkan BBKSDA Riau. 

Terjadi peningkatan frekuensi nafas mulai pukul 16.00 WIB hingga pukul 24.00 WIB.

Keesokannya, pada 15 April 2019 sekitar pukul 02.00 WIB, terdapat lendir dalam rongga hidung dan terlihat adanya refleks batuk dengan rata-rata frekuensi nafas 48 kali per menit.

Lalu pukul 08.00 WIB terlihat adanya lendir kental. Inung Rio terbaring lemah dengan frekuensi nafas 62 kali per menit.

Berlanjut sekitar pukul 10.00 WIB, berdasarkan observasi, terjadi peningkatan frekuensi nafas menjadi 70 kali per menit disertai hipersalivasi dan refleks batuk yang meningkat.

Pukul 16.42 WIB Inung Rio mengalami kejang-kejang dengan durasi sekitar 2 menit.

Setelah itu, tim langsung melakukan prosedur tindak darurat pacu jantung (PCR). Pada pukul 16.53 WIB Inung Rio dinyatakan meninggal setelah percobaan tindak darurat CPR dilakukan dan gagal.

“Berdasarkan gejala klinis yang terlihat berupa hilangnya nafsu makan, hipersalivasi, hiperlakrimasi, kerontokan rambut, muntah, batuk dan kejang, maka harimau Inung Rio diduga mengalami gangguan pernafasan yang disebabkan infeksi sistemik,” kata Dirjen KSDAE, Ir. Wiratno, Kamis (4/7/2019) pagi.

Lanjut dia, pada 16 April 2019 pukul 14.00 WIB sampai dengan 18.30 WIB, tim melakukan pemeriksaan kematian, atau nekropsi/autopsi terhadap bangkai Inung Rio, sebelum akhirnya dikubur.

Adapun hasil diagnosa sementara, Inung Rio mengalami gangguan sistem pernafasan (pneumonia) dengan suspect infeksi jamur dan bakteri Clostridium tetani, kegagalan sirkulasi darah, gangguan fungsi saraf ringan dan distemper.

Pada saat proses nekropsi ini, dilakukan juga pengambilan sampel organ, untuk kemudian dikirim pada 18 April 2019 guna dilakukan pemeriksaan laboratorium di Balai Veteriner Bukittinggi dan PSSP IPB Bogor.

Pada 29 Mei 2019, pemeriksaan patologi baru selesai.

Adapun hasilnya, terjadi perubahan pada organ utama terutama paru-paru berkontribusi besar terhadap kematian dan infeksi yang terjadi secara menyeluruh (sistemik) namun belum dapat ditentukan agen patogennya (bakteri atau virus).

Inung Rio mengalami ketidakseimbangan elektrolit dalam tubuh sehingga terjadi hypopolemic shock.

Baca: Kisah Viral, Digigit Serangga Saat Naik Motor, Bibir Wanita Ini Gatal-gatal Sampai Bengkak

Kemudian, infeksi fungal (jamur) diduga infeksi sekunder, berkontribusi besar terhadap kasus pneumonia pada Inung Rio.

Hal ini juga dipicu oleh kondisi stres sejak harimau malang ini terjerat serta mengakibatkan penurunan daya tahan tubuh.

Kondisi ini diperburuk oleh terjadinya gastroenteritis parah akibat infestasi parasit Trycostrongilus sp.

“Sehingga disimpulkan penyebab utama kematian adalah pneumonia oleh infeksi yang sistemik,” ujar Ir. Wiratno.(Tribunpekanbaru.com/Rizky Armanda)

Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved