TRC BPBD Inhil Gali Sumur Kering untuk Dapatkan Air Memadamkan Karhutla
TRC BPBD Inhil menggali sumur di lokasi karhutla dalam upaya mencari sumber air. Minimnya air jadi kendala utama dalam mengatasi karhutla.
Penulis: T. Muhammad Fadhli | Editor: rinaldi
tribunpekanbaru.com - Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) masih saja terjadi di beberapa wilayah kecamatan di Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil). Pemadaman dan pendinginan lahan juga masih terus dilakukan oleh Satgas Karhutla.
Namun pemadaman ini kerap terkendala pasokan air yang minim di lokasi karhutla. Padahal, ketersediaan air merupakan hal terpenting untuk memadamkan api dan mendinginkan lahan yang dilanda karhutla.
Berbagai cara dilakukan petugas gabungan untuk menyiasati jauhnya sumber air dari lokasi karhutla, mulai dari membuat embung (penampung air) hingga menyambung selang dari sumber air ke lokasi karhutla.
Kondisi seperti inilah yang dihadapi Tim Reaksi Cepat (TRC) Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) Inhil, saat memadamkan karhutla di Desa Mumpa, Kecamatan Tempuling, Inhil.
Salah satu cara yang tempuh TRC BPBD Inhil adalah dengan menggali sumur kering yang ada di sekitar kawasan itu, dan airnya digunakan untuk melakukan pemadaman karhutla yang terjadi di kebun warga. Beruntung, usaha TRC BPBD Inhil ini berhasil dan api bisa dipadamkan.
“Sumber air terbatas. Alhamdulillah di daerah Mumpa sudah dilakukan pendinginan,” ujar Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Inhil, Yuspik, kepada Tribun, Jumat (16/8).
Selama melakukan pemadaman dan pendinginan, Yuspik mengakui banyak kendala dan hambatan yang ditemui tim di lapangan. Kondisi geografis dan cuaca, membuat anggota TRC harus benar–benar dalam kondisi siap saat turun ke lokasi.
“Selain keterbatasan sumber air, angin juga bisa membuat api muncul lagi. Jadi kita dirikan posko di lokasi karhutla yang rawan,” tuturnya.
Sejak awal pekan ini, BPBD Inhil telah menurunkan TRC untuk menanggulangi karhutla di empat desa yang tersebar di dua kecamatan. Di antaranya adalah ke Desa Mumpa dan Harapan Jaya di Kecamatan Tempuling, serta ke Desa Sebatu dan Desa Junjangan di Kecamatan Batang Tuaka.
Sebanyak 39 orang personel dikerahkan dan disebar ke lokasi karhutla tersebut. Menurut Yuspik, banyak faktor yang membuat penanganan karhutla di beberapa lokasi di Inhil berlangsung cukup lama.
“Selain faktor air, angin yang kuat dan api yang berpindah–pindah membuat karhutla menjadi rawan. Selain itu faktor sumber air yang terbatas,” katanya menyebutkan salah satu kendala yang dihadapi. (odi)
