Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

VIRAL Langit di Jambi Berubah Oranye hingga Merah karena Kabut Asap, Ini Penjelasannya

Kondisi kabut asap di wilayah Kota Jambi dan sekitarnya semakin pekat, Jumat (21/9/2019) pukul 13.00 WIB. Sejak malam kemarin hingga siang ini, kabut

Tangkapan layar video
VIRAL Langit Muaro Jambi Berwarna Merah 

Lantas, apa sebenarnya yang menjadi penyebab perubahan warna langit ini?

Plt Kepala Pusat Data dan Informasi (Kapusdatin) Badan Nasional Penanggulangan Bencana ( BNPB) Agus Wibowo Soetarno mengungkapkan bahwa warna merah terjadi karena pergerakan kabut asap dari titik api atau hotspot.

"Warna merah tersebut merupakan kabut asap yang bergerak dari hotspot yang ada di provinsi bagian selatan Provinsi Riau," ujar Agus saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (21/9/2019) malam.

Menurutnya, titik api ini sudah ada sejak pertengahan Agustus 2019.

Baca: Download Lagu Didi Kempot MP3 Full Album: Lagu Campursari Sewu Kutho Hingga Lilo (VIDEO)

Baca: Langit Muaro Jambi Bikin Warga Takut Keluar Rumah: Warga: Kemarin Kuning, Sekarang Langit Merah

Kondisi Muaro Jambi langit berwarna merah pada siang hari.
Kondisi Muaro Jambi langit berwarna merah pada siang hari. (Facebook: Qha Caslley)

Hamburan Rayleigh
Di sisi lain, astronom amatir Indonesia, Marufin Sudibyo menjelaskan bahwa fenomena langit berwarna merah bukanlah disebabkan tingginya suhu atau pengaruh api.

"Ini nampaknya fenomena Hamburan Rayleigh. Hamburan Rayleigh itu hamburan elastis pada cahaya oleh partikel-partikel mikro/nano di udara yang ukurannya lebih kecil dari panjang gelombang cahaya tampak," ujar Marufin saat dikonfirmasi terpisah Kompas.com, Sabtu (21/9/2019).

Pencemaran udara di Tanjab Timur akibat kahutla masuk level berbahaya. Tribunjambi/Abdullah Usman
Pencemaran udara di Tanjab Timur akibat kahutla masuk level berbahaya. Tribunjambi/Abdullah Usman (Tribunjambi/Abdullah Usman)

Marufin mengungkapkan bahwa fenomena ini umum dijumpai. Pasalnya, fenomena Rayleigh ini menjadi penyebab langit berwarna biru pada siang hari dan memerah kala senja atau fajar.

"Dalam kasus Jambi ini, kepadatan partikel-partikel mikro/nano di udara nampaknya cukup besar sehingga lebih padat ketimbang konsentrasi partikel pada udara normal," ujar Marufin.

"Karena lebih padat maka berkas cahaya Matahari yang melewatinya akan dihamburkan khususnya pada panjang gelombang pendek (spektrum biru dan sekitarnya) hingga medium (spektrum hijau dan sekitarnya)," kata dia.

Illustrasi
Illustrasi (Istimewa)

Kesehatan mata
Sehingga, hanya menyisakan panjang gelombang panjang (spektrum merah dan sekitarnya) yang dapat menerus sampai ke permukaan bumi.

Hal itulah yang membuat langit tampak berwarna kemerahan yang terlihat seperti di Muaro Jambi.

Selain itu, Marufin menyampaikan bahwa mekanisme serupa dengan langit memerah yang cukup lama (dan tidak umum) dengan lama waktu berjam-jam sebelum terbenam matahari.

Misalnya, pasca terjadi letusan dahsyat gunung berapi seperti teramati pada kejadian pasca-letusan Krakatau pada tahun 1883 maupun Pinatubo pada tahun 1991.

Adapun, Marufin menyampaikan, adanya kejadian langit merah ini juga tidak berdampak gangguan kesehatan mata.

"Menurut saya enggak sampai pada gangguan mata. Karena ini hanya hamburan cahaya biasa. Sakit mata berpeluang terjadi lebih karena partikel-partikel mikro/nano itu. Bukan karena cahayanya," ujar Marufin.

Sumber: Tribunnews
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved