STORY - TMC Hujan Buatan, Kapur dan Garam Disemai di Ketinggian Hingga 14 Ribu Kaki Langit Riau

Upaya untuk memancing turunnya hujan di daerah Provinsi Riau lewat operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC), dengan cara menyemai garam di langit.

Penulis: Rizky Armanda | Editor: Ariestia
Tribun Pekanbaru/Doddy Vladimir
Petugas sedang memasukkan garam kedalam konsul garam untuk melakukan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) di Pangakalan Udara Roesmin Nurjadin, Pekanbaru, Selasa (24/9/2019). (Tribunpekanbaru.com/Doddy Vladimir). 

STORY -  TMC Hujan Buatan, Kapur dan Garam Disemai di Ketinggian Hingga 14 Ribu Kaki Langit Riau

TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Upaya untuk memancing turunnya hujan di daerah Provinsi Riau lewat operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC), dengan cara menyemai garam di langit, hingga kini masih terus diupayakan oleh tim Satgas Karhutla.

Termasuk pada hari ini, Selasa (24/9/2019). Sebanyak 4 ton garam termasuk kapur, disemai di atas langit Riau.

Dari pantauan Tribun di Skadron Udara 12 Pangkalan Udara (Lanud) Roesmin Nurjadin Pekanbaru, terlihat satu unit pesawat Hercules milik TNI AU, disiapkan untuk keberangkatan sortie kedua.

Padahal beberapa jam lalu, pesawat Hercules ini baru saja mendarat, melaksanakan operasi TMC menyemai garam dan kapur.

Baca: Pancing Hujan Turun, Total Sudah 124 Ton Garam Disemai di Langit Riau

Terlihat sejumlah petugas, sedang melakukan proses memasukkan bahan garam dan kapur ke dalam tempat penampung khusus, untuk kemudian semai di udara.

"Penyemaian garam di udara sudah dilaksanakan dengan tempat dan lokasi di Riau area. Lanjut ke Jambi, kemudian ke bagian dekat Palembang," kata pilot pesawat Hercules, Kapten Pnb Riki Sihaloho.

Untuk sortie pertama disebutkan Riki, penyemaian dilakukan untuk 2 ton kapur dan 2 ton garam.

"Kapur untuk menghilangkan asap. Dengan hilangnya asap, maka akan menimbulkan radiasi sehingga cepat menimbulkan pertumbuhan awan," katanya.

Selanjutnya dibeberkan Kapten Riki, barulah garam disemai di awan yang berpotensi akan menghasilkan hujan.

"Karena garam bersifat mengikat air, sehingga awan mengikat air dan menimbulkan hujan," tuturnya.

Dia menjabarkan, adapun kesulitan dalam operasi ini, adalah mencari awan potensi hujan, yang tidak setiap tempat dan waktu ada keberadaannya.

Baca: Artis Ini Bagi Pengalamannya Soal Kabut Asap di Riau, Sempat Sok Tanpa Masker: Seperti Difogging!

Untuk itu kata Riki, tim penerbangan akan berkoordinasi dengan BMKG dan BPPT, guna mencari awal potensi hujan. Agar rute penerbangan lebih terukur dan efisien.

"Untuk hari Selasa ini, kita ada 2 sortie. Bahan semainya kapur 2 ton sisanya 2 ton lagi garam.

Sementara itu disinggung soal teknis penyemaian, Riki memaparkan sejauh ini tidak ada masalah.

"Kalau untuk prosesnya, kita terbang mencari awan berpotensi hujan. Lalu mendekat ke awan, kemudian di sekitar awan setelah dekat kita tabur garam, lewat console (kendali) yang kita buka dari belakang," urai Riki.

Dalam hal penyemaian garam ini dia menambahkan, ketinggian terbang sekitar 10 ribu sampai 14 ribu kaki.(Tribunpekanbaru.com/Rizky Armanda)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved