Kisah Effendi Bocah 12 Tahun yang Dikurung di Kandang Ayam Tanpa Busana, Ini Pengakuan Orangtua

Di bekas kandang ayam yang terbuat dari bambu itu dan kayu papan, Efendi menghabiskan waktu sehari-harinya.

Editor: Sesri
KOMPAS.COM/TAUFIQURRAHMAN
Moh. Efendi (20) dikurung di dalam bekas kandang ayam oleh orang tuanya karena memiliki kelainan sifat sejak lahir. Efendi dikurung karena sering merangkak hingga pernah ditemukan di hutan dan pinggir sungai. 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Tak lagi diisi dengan ternak, bekas kandang ayam berukuran 1x0,5 meter milik Hamzah (40) sudah berubah fungsi menjadi tempat mengurung anaknya, Moh. Efendi (12).

Efendi dikurung lantaran memiliki kelainan sifat dibandingkan dengan bocah seusianya.

Di bekas kandang ayam yang terbuat dari bambu itu dan kayu papan, Efendi menghabiskan waktu sehari-harinya.

Tanpa selembar kain menutupi sekujur tubuhnya.

Di dalam kurungan itu, Efendi makan, minum, buang air besar dan kecil, serta tidur.

M Efendi saat dikurung dibekas kandang ayam di Dusun Bringin, Desa Angsanah, Kecamatan Palengaan, Kabupaten Pamekasan, Jumat (4/9/2019)
M Efendi saat dikurung dibekas kandang ayam di Dusun Bringin, Desa Angsanah, Kecamatan Palengaan, Kabupaten Pamekasan, Jumat (4/9/2019) (TribunMadura.com/Kuswanto Ferdian)

Orangtua M Efendi, Latifah (33) dan Hamza (40) menceritakan alasan mengurung anaknya di bekas kandang ayam.

M Efendi harus diletakan di tempat yang berukuran kurang lebih empat meter kali tiga meter tersebut dengan dinding dari anyaman bambu.

Hal ini dikarenakan, anak bungsu dari empat bersaudara pasangan dari Latifah (33) dan Hamza (40) ini mengalami gangguan jiwa sejak kecil.

Letak bekas kandang ayam itu sendiri ada di belakang rumah orang tuanya dan bersebelahan dengan kamar mandi.

Pantauan TribunMadura.com, rumah orang tuanya sendiri memang jauh dari kata layak.

Sebab dinding dan penyangga atap rumahnya hanya memakai anyaman bambu.

Girang Saat Ada Tamu

Moh. Efendi (20) dikurung di dalam bekas kandang ayam oleh orang tuanya karena memiliki kelainan sifat sejak lahir. Efendi dikurung karena sering merangkak hingga pernah ditemukan di hutan dan pinggir sungai.
Moh. Efendi (20) dikurung di dalam bekas kandang ayam oleh orang tuanya karena memiliki kelainan sifat sejak lahir. Efendi dikurung karena sering merangkak hingga pernah ditemukan di hutan dan pinggir sungai. (KOMPAS.COM/TAUFIQURRAHMAN)

Sesekali, para tetangga datang untuk memberikan makanan kepada M Efendi.

Ia pun girang dan mengambil makanan dari balik kandang yang mengekang kebebasannya itu.

Lebih-lebih saat ada tamu datang untuk melihat kondisi M Efendi.

Ia pun langsung menyapanya dengan berteriak kegirangan.

Tak hanya itu, Efendi sapaan akrab M Efendi gemar menarik benda apa saja yang melekat pada orang yang melihatnya.

Seperti yang diceritakan Maryam, salah satu tetangganya.

Katanya, Efendi senang ketika ada tamu yang menyambanginya, dengan sendirinya ia akan berteriak kegirangan.

Selain itu, Maryam mengaku setiap hari selalu datang ke tempat Efendi dikurung untuk memberikan makanan, dan itu dia lakukan saat kedua orang tuanya belum datang dari sawah.

Saat siang hari, diceritakan Maryam, ibunya ketika datang dari sawah, selalu memberi Efendi makan dan minum, sesekali orang tuanya juga mengajak Efendi bercanda.

Orangtua Kesulitan Jaga Sang Bocah

Sementara, orang tua perempuan Efendi, Latifah mengatakan, sejak kecil anaknya sudah menderita sakit jiwa.

Karena alasan kesulitan untuk menjaga Efendi, dengan berat hati dia harus memasukkan anaknya ke dalam kandang, apalagi saat dirinya sedang mencari nafkah.

Diakui Latifah, tempat tersebut bukanlah tempat permanen untuk Efendi, melainkan hanya di waktu tertentu saja.

"Saya taruh di situ hanya di waktu tertentu saja, ya ketika saya sedang bekerja pergi ke sawah. Karena di rumah tidak ada siapa-siapa untuk menjaga Efendi. Kalau saya pulang kerja, baru saya keluarkan," katanya.

Latifah juga menjelaskan apabila anaknya tidak dimasukkan ke dalam tempat tersebut saat dirinya sedang bekerja, dimungkinkan anaknya akan bertindak di luar batas.

Seperti halnya akan melakukan perbuatan di luar batas kewajaran yang bisa membahayakan dirinya.

Pernah suatu waktu Latifah mencoba tidak mengurung Efendi dan ternyata anak bungsunya itu keluyuran, bahkan sering menghilang dari rumahnya.

Selain itu kata Latifah, anaknya jika dilepas, suka memakan apa saja yang ada di sekitarnya dan bisa membahayakan.

"Pernah sekali Efendi luput dari perhatian kami, dia justru hilang dan baru ditemukan di kuburan belakang rumah," ujar Latifah sembari matanya berkaca-kaca.

Tidak hanya itu, Latifah mengutarakan, anaknya diletakkan di tempat tersebut sejak berusia empat tahun ketika Efendi baru belajar merangkak.

Artinya sudah sembilan tahun Efendi merasakan dikurung di tempat tersebut ketika Latifah hendak pergi ke sawah.

Baca: Budi Anak Rimba Jambi Jadi TNI, Video Prada Budi Viral Saat Pulang Ke Rimba Jenguk Keluarganya

Baca: Inilah Potret Nuraaen, Wanita Viral Karena Lari Saat Ibu Suaminya Datang di Pesta Pernikahan Mereka

Hingga saat ini Latifah mengaku masih belum ada perhatian dari pemerintah setempat.

Ia berharap ada bantuan yang peduli terhadap kondisi anaknya tersebut.

"Karena kami keterbatasan ekonomi, kami tidak mampu untuk membawa anak kami berobat secara terus menerus," ucapnya.

"Kami berharap ada relawan yang peduli terhadap anak saya untuk berobat. Biar anak saya bisa sembuh total. Semoga ada keajaiban," tutupnya sembari mengusap air mata.

Tak Bisa Jalan dan Bicara

Efendi (12), bocah asal Dusun Bringin, Desa Angsana, Kecamatan Palengaan, Pamekasan, dikurung orangtuanya di dalam bekas ayam agar tak pergi dari rumah.

Latifah (36), ibu kandung Efendi menceritakan, sejak masih bayi, Efendi tumbuh seperti bayi pada umumnya.

Namun, ketika usianya menginjak tiga tahun, Efendi tidak kunjung bisa berjalan dan tidak bisa bicara.

"Dia hanya merangkak kemana-mana, bicaranya tidak dimengerti karena tidak ada bahasa yang bisa diucapkan," ujar Latifa, saat ditemui Kompas.com di kediamannya, Jumat (4/10/2019).

Sebagai anak ketiga, Efendi paling banyak mendapat penjagaan dari kedua orangtuanya.

Sebelum dikurung di dalam bekas kandang ayam, Efendi ditempatkan di dalam surau.

Namun, masih bisa keluar dan merangkak ke luar halaman rumah.

Ketika lepas dari pengawasan orangtuanya, banyak makanan yang tidak layak dimakan.

Pernah Hilang dari Rumah

Yang membulatkan tekad kedua orangtua mengurung Efendi, karena Efendi pernah hilang dari rumahnya saat kedua orangtuanya pergi bekerja di sawah sampai sore.

Efendi dicari sampai malam tiba.

Bocah berkulit kuning langsat ini ditemukan di pinggir sungai.

Beruntung di sungai itu tidak sedang banjir.

Baik Hamzah ataupun Latifah, awalnya mengaku tidak tega mengurung anaknya.

Namun, mereka berpikir dengan cara mengurung lebih banyak dampak positifnya dibanding mudaratnya.

Hamzah dan Latifah mengaku bisa tenang mencari nafkah untuk membiayai hidup ketiga anaknya yang lain.

"Kalau bicara perasaan, perasaan kami iba dan kasihan. Tapi bagaimana lagi, ini sudah nasib keluarga kami. Kami harus hidup, harus bekerja. Kalau tidak bekerja, keluarga kami mau dapat dari mana biayanya," ungkap Hamzah. 


Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved