HIV AIDS di Riau
HIV AIDS di Riau Tidak Pandang Bulu, Tenaga Profesional Medis pun Ikut Terjangkit
Yang tidak kalah mengejutkan lagi, kasus HIV AIDS di Riau ternyata tidak pandang bulu.
Penulis: Syaiful Misgio | Editor: Ariestia
HIV AIDS di Riau Tidak Pandang Bulu, Tenaga Profesional Medis pun Ikut Terjangkit
TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Kasus HIV AIDS di Riau semakin mengkhawatirkan dan tidak pandang bulu.
Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Provinsi Riau, Mimi Yuliani Nazir, menyebutkan faktor penularan HIV AIDS di Riau paling banyak disebabkan akibat dari aktivitas heteroseksual, untuk rentang waktu dari 2011 sampai dengan Agus 2019.
Selanjutnya diikuti perilaku homoseksual, penggunaan narkotika alat suntik, ibu ke anak serta melalui transfusi darah.
Penderita HIV AIDS di Riau paling banyak ditemukan di Kota Pekanbaru, menyusul kemudian Dumai.
"Sedangkan dari sisi wilayah yang paling banyak itu di Kota Pekanbaru dan Dumai," ujarnya.
Mimi mengungkapkan, dari sisi pekerjaan, ibu rumah tangga menempati posisi ketiga penderita HIV Aids.
Sedangkan yang terbanyak adalah karyawan kemudian wiraswasta, serta PNS, Petani dan Peternak.
Yang tidak kalah mengejutkan lagi, Mimi mengungkapkan, kasus HIV Aids ternyata tidak pandang bulu.
Penyakit ini bahkan sudah menjangkiti tenaga profesional medis.
"Iya, yang tenaga profesional medis pun ada yang terpapar HIV Aids, ini tentu sesuai hal yang sangat miris bagi kita semua sampai terjadi kasus seperi ini," katanya. (Smg)
Secara nasional bahkan Riau berada diposisi ke 11 kasus HIV Aids dari 34 provinsi di Indonesia.
Melihat tingginya kasus HIV AIDS di Riau, Wakil Gubernur Riau Edy Natar Nasution meminta semua pihak untuk peduli dan bisa bersama-sama untuk mencegahnya.
Sebab persoalan HIV Aids tidak akan bisa dikurangi kasusnya jika hanya mengandalkan dinas kesehatan atau rumah sakit saja.
Semua pihak harus ikut berpartisipasi aktif untuk mencegah terjadinya penularan penyakit ini.
"Semua stake holder harus bersama-sama memerangi HIV Aids. Tidak bisa kita serahkan semuanya ke Dinas Kesehatan atau pelayanan kesehatan saja. Harus bersama-sama kita menanggulanginya," kata Edi, Jumat (29/11/2019).
Bukan tanpa alasan, keterlibatan semua pihak memang sangat dibutuhkan untuk menekan angka kasus HIV AIDS di Riau. Karena kasus ini dipengaruhi oleh perilaku budaya sosial dan lingkungan.
Edy yang juga ketua Komisi Perlindungan HIV Aids Provinsi Riau ini meminta semua pihak berjuang bersama untuk menangani kasus ini agar dapat menurun. Sebab ada banyak jalan penyebaran HIV/Aids.
"HIV/AIDS merupakan masalah sosial kemasyarakatan dan pembangunan. Oleh karena itu upaya penanggulangan harus diintegrasikan ke dalam program pembangunan nasional, program pembangunan provinsi maupun program pembangunan kabupaten dan kota," sebutnya. (*).
			