Ramalan Ekonomi Indonesia 2020, INDEF Sebut Indonesia Alami Hal Ini, Imbas Perang Dagang AS-China?
Berdasarkan ramalan ekonomi 2020, ada perbedaan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020 dibanding 2019.
Ramalan Ekonomi Indonesia 2020, INDEF Sebut Indonesia Alami Hal Ini, Imbas Perang Dagang AS-China?
===
TRIBUNPEKANBARU.COM - Berdasarkan ramalan ekonomi 2020, ada perbedaan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020 dibanding 2019.
Institute for Development of Economics and Finance ( Indef) memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2020 mencapai 4,8 persen, lebih rendah dibanding tahun ini.
Perlambatan ekonomi Indonesia ini masih dipengaruhi nilai ekspor dan investasi yang menurun. Selain itu, perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China yang terus berlanjut juga memicu lambatnya perekonomian.
"Kita melihat dari segi faktor ekspor yang menurun, kemudian dari segi jalur transmisi investasi yang sepertinya kita tidak menikmati kenaikan seperti 10 tahun lalu. Biasanya setelah Pemilu ada kenaikan investasi. Tetapi, karena masalah perang dagang dan geo politik sepertinya akan sulit buat kita alami di tahun depan," jelas Direktur Program Indef, Berly Martawardaya, dalam acara 'Proyeksi Ekonomi Indonesia 2020, di Jakarta, Selasa (26/11/2019).
Kekuatan ekonomi Tanah Air selama ini masih bertumpu terhadap konsumsi terutama konsumsi rumah tangga pada kuartal III-2019 menyumbang sebesar 5,01 persen.
Namun, angka ini lebih rendah dari kuartal sebelumnya yang mencapai 5,17 persen. Pendorong lainnya, yaitu berupa belanja pemerintah dari penggunaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).
"Dari segi konsumsi masih akan stabil, tidak banyak perubahan, dan APBN-nya tidak ekstra ekspansif. Prediksi kami tahun lalu cukup akurat, sampai tahun lalu prediksi 5,0 (persen) banyak yang bilang rendah. Nyatanya, 5,0 sampai plus minus 5,05 (persen) cukup akurat dan sepertinya akan menjadi nyata tahun ini. Ini membuktikan keakuratan proyeksi kami," ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Iskandar Simorangkir masih optimis bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan mencapai 5,3 persen.
"Kalau saya, saya optimis bisa 5,3 persen. Bahkan kalau omnibus law-nya selesai, itu bisa lebih tinggi dari 5,3 persen. Karena alasannya, ketegangan AS-China sudah mulai mereda. Sudah mulai ada titik temu," katanya.
Adanya kedua faktor, yakni omnibus law dan meredanya perang dagang tersebut, dipastikan permintaan secara global akan naik. Selain itu, nilai investasi ke Indonesia bakal meningkat.
"Investasi ke Indonesia akan meningkat dengan adanya omnibus law bisa ciptakan lapangan kerja dan perpajakan tadi," ucapnya.
Bank Dunia Prediksi Merosot
Bank Dunia memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia bakal merosot ke bawah 5 persen pada tahun 2020 mendatang.
Tidak hanya itu, Bank Dunia juga memperingatkan parahnya arus modal asing yang keluar dari Indonesia, sejalan dengan risiko-risiko global, termasuk memanasnya perang dagang AS dan China.
Dilansir dari Bloomberg, Selasa (10/9/2019), proyeksi tersebut dikabarkan telah disampaikan kepada Presiden Joko Widodo.
Presentasi tertanda bulan September 2019 dan menunjukkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya 4,9 persen tahun depan.
Angka itu jauh lebih rendah dibandingkan proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini yang mencapai 5,1 persen dan 5,2 persen pada tahun 2020 mendatang. Ini berdasarkan proyeksi Bank Dunia pada Juni 2019 lalu.
Adapun pemerintah mengekspektasikan pertumbuhan ekonomi mencapai 5,1 persen pada tahun ini dan 5,3 persen tahun depan.
Dalam presentasinya, Bank Dunia menyatakan perang dagang AS-China dan risiko-risiko geopolitik semakin memanas.
Risiko disebut terjadi di banyak titik, mulai dari Brexit di Inggris, aksi unjuk rasa di Hong Kong, hingga Pemilu AS tahun depan.
Risiko-risiko tersebut berpotensi menyebabkan guncangan ekonomi negatif dan parahnya arus modal keluar, begitu besarnya yang belum pernah terjadi dalam satu dekade terakhir.
Demikian diungkapkan Bank Dunia.
Presentasi yang tertanggal 5 September 2019 itu juga menyebut perlambatan ekonomi global akan menekan pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi hanya 4,6 persen pada 2022.
Bank Dunia menyatakan, penurunan pertumbuhan ekonomi China sebesar 0,1 persen akan berdampak pada penurunan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 0,3 persen.
Bank Dunia menyatakan, ketergantungan kepada investasi asing baik di pasar saham maupun obligasi membuat Indonesia sangat rentan terhadap arus modal keluar ketika risiko global meningkat.
Menurut Bank Dunia, pemerintah Indonesia harus fokus pada upaya menggenjot penanaman modal asing langsung ketimbang menurunkan defisit transaksi berjalan.
Bank Indonesia Optimistis
Bank Indonesia ( BI) optimistis ekonomi Indonesia di 2020 mendatang tumbuh positif atau lebih baik. Pertumbuhan ekonomin Indonesia tahun depan diprediksi berkisar antara 5,1-5,5 persen.
"Kami melihat prospek ekonomi pada 2020 itu sangat baik. Kami melakukan preemptive action (tindakan pencegahan) menurunkan suku bunga untuk mengantisipasi pertumbuhan," kata Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti di, Jakarta, Rabu (28/8/2019).
Destry menyampaikan, pada akhir 2019 nanti pertumbuhan ekonomi berkisar 5,0 persen sampai 5,4 persen.
Kondisi ini dinilai tetap bertahan pada angka 5 persen, di tengah ketegangan perang dagang antara Amerika Serikat dan China yang telah menyebabkan resesi.
"Untuk menghadapi kondisi ini kita akan mengoptimalkan domestik ekonomi yang kita miliki. Sebab, perang dagang akan terjadi berkepanjangan," tuturnya.
Dia menuturkan, saat ini BI juga telah mengeluarkan kebijakan pelonggaran moneter dengan menurunkan tingkat suku bunga.
Kebijakan ini bertujuan untuk memberikan ruang bagi perbankan untuk bisa menyalurkan kredit.
Sehingga, dengan likuiditas yang baik, maka perbankan bisa menekan suku bunga kredit.
Di samping itu, Destry juga memprediksi inflasi masih akan terjaga di angka 3 persen plus-minus 1 selama 2020.
Sebelumnya pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat mencapai 5,05 persen pada kuartal-II 2019.
Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang sebesar 5,27 persen.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal-II 2019 ini juga lebih rendah dibandingkan dengan kuartal-I 2019 yang sebesar 5,07 persen.
"Pertumbuhan ekonomi lebih lambat dibandingkan kuartal I 2019 yang sebesar 5,07 perse dan jauh lebih lambat dibanding kuartal II-2019 sebesar 5,27 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto di Jakarta, Senin (5/8/2019).
Ekonomi Indonesia pada kuartal II 2019 masih memperlihatkan tren pertumbuhan melambat. Ini adalah dampak dari memburuknya kinerja ekspor akibat dari perang dagang antara AS dan China.
Dikompilasi dari artikel Kompas.com berjudul "Indef Prediksi Ekonomi Indonesia Hanya Tumbuh 4,8 Persen pada 2020" "Bank Dunia Prediksi Pertumbuhan Ekonomi RI di Bawah 5 Persen pada 2020" "BI Prediksi Ekonomi RI Tumbuh Lebih Baik pada 2020"
