Pantun Melayu
Kumpulan Pantun-Pantun Melayu, Cocok Sebagai Pantun Penutup dan Pembuka Pidato, Pantun Nasihat
Kumpulan Pantun-Pantun Melayu, Cocok Sebagai Pantun Penutup dan Pembuka Pidato, Pantun Nasihat ada dalam artikel ini.
Penulis: M Iqbal | Editor: Ilham Yafiz
Kumpulan Pantun-Pantun Melayu, Cocok Sebagai Pantun Penutup dan Pembuka Pidato, Pantun Nasihat
TRIBUNPEKANBARU.COM - Kumpulan Pantun-Pantun Melayu, Cocok Sebagai Pantun Penutup dan Pembuka Pidato, Pantun Nasihat ada dalam artikel ini.
Pantun Melayu banyak juga digunakan sebagai Pantun Nasehat. Tak hanya itu Pantun Melayu itu berkembang dari mulut ke mulut. Dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Pantun Melayu adalah salah satu bentuk dari kesusatraan lisan masyarakat Melayu, hingga banyak dipakai untuk kegiatan sebagai Pantun Penutup Pidato dan Pantun Pembuka Pidato.
Bagi Anda yang mencari Pantun Melayu Sebagai Pantun Penutup Pidato atau Pantu Pembuka Pidato, kami rasa anda berkunjung ke website yang tepat.
Karena kami selain menyediakan pantun nasehat untuk berbakti kepada orangtu, juga melampirkan Kumpulan Pantun Melayu untuk digunakan sebagai Pantun Pembuka Pidato dan Pantun Penutup Pidato.
Hingga saat ini, Pantun Melayu masih terus bertahan di tengah pesatnya perkembangan zaman.
Bahkan, di Riau, Pantun Melayu kerap digunakan sebagai materi sambutan, pidato atau pun ceramah. Biasanya, pemakaian pantun digunakan di pembuka kata atau pun di penutup.
Namun tak jarang juga, Pantun Melayu dipakai di isi pidato, sambutan atau ceramah itu sendiri.
Manfaat dari Pantun Melayu ini sangat banyak. Selain, sebagai bagian dari estetika dalam berkomunikasi.
Pantun Melayu juga berguna sebagai alat pemelihara bahasa, dan penjaga fungsi kata.
Selain itu, Pantun Melayu juga berguna untuk melatih seseorang berpikir tentang makna kata sebelum berujar.
Pantun juga melatih orang berpikir asosiatif, bahwa suatu kata bisa memiliki kaitan dengan kata yang lain.
Pantun Melayu sendiri pada umumnya terdiri atas dua bagian yakni bagian sampiran dan bagian isi.
Sampiran adalah dua baris pertama, kerap kali berkaitan dengan alam atau kehidupan (sering mencirikan budaya agraris masyarakat penggubahnya).
Sedangkan dua baris terakhir merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut.