Datangkan Boneka Seks Anak Perempuan Dari China, Mahasiswa Asal Singapura Ditangkap Polisi Australia
Boneka seks berupa nak perempuan tersebut terbuat dari silikon. Mahasiswa asal Singapura itu mendatangkannya dari China
TRIBUNPEKANBARU.COM - Seorang mahasiswa Singapura di Australia ditangkap setelah dilaporkan mengimpir boneka seks mirip anak kecil.
Penyelidik dari Australian Border Force (ABF) menahan pria 26 tahun itu, setelah melakukan penggerebekan di rumah di Perth, Kamis (9/1/2020).
Investigasi disebut sudah dimulai sejak 24 Desember, ketika petugas pabean Australia menerima sebuah kotak kiriman dari China.
Dilaporkan ABC Jumat (10/1/2020), ketika paket dipindai, ditemukan boneka seks di dalamnya.
Terbuat dari silikon berbentuk anak kecil perempuan.
Mahasiswa Singapura itu dilaporkan sudah dibebaskan dengan jaminan, dan bakal dihadapkan pada pengadilan Perth, 17 Januari mendatang.
Dalam rilis yang dikeluarkan ABF, petugas pabean Negeri "Kanguru" makin sering menemukan boneka seks berbentuk anak-anak.
Pengiriman benda seperti itu dilarang.
Jika ketahuan, maka pelakunya bisa dipenjara hingga 10 tahun, dengan denda Rp 10 miliar.
"ABF berusaha keras mencegah pengiriman boneka tersebut, yang merupakan pornografi," kata komandan penyelidikan, Nicholas Walker.
Boneka yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan seksual dalam bentuk anak di bawah usia 18 tahun dilarang, dan tak diizinkan masuk.
Pada 21 September 2019 lalu, Canberra menerapkan aturan baru berkenaan dengan kepemilikan boneka seks, di mana si pemilik bisa dipenjara 15 tahun.
Termasuk di antaranya juga larangan memasang iklan, dan menggunakan jasa pengiriman boneka seks berbentuk anak-anak.
Beli boneka seks untuk gantikan sang anak
Ditempat lain, seorang pria Kanada didakwa melakukan pornografi anak setelah dia memesan boneka seks dari Jepang dan beralasan untuk menggantikan anaknya.
Kenneth Harrisson hadir di pengadilan kora St John dan menghadapi dakwaan pornografi anak, mengirim materi cabul, penyelundupan, dan kepemilikan barang terlarang.
Dilansir The Sun via New York Post Selasa (7/5/2019), Harrisson memesan boneka itu melalui sebuah situs di Jepang yang biasanya menjual boneka seks dewasa dan anak-anak.
Berdasarkan laporan media lokal, Harrisson membeli boneka seks yang mempunyai "wajah pria" pada 2013.
Namun, dia dilaporkan malah membeli boneka "Carol".
Dikutip The Independent, Harrisson punya alasan kuat melakukannya.
"Tujuan saya membeli boneka seks itu supaya menggantikan almarhum putra saya. Titik," katanya.
Putra Harrisson dilaporkan meninggal dunia 20 tahun silam ketika masih bayi.
Kepada CBC, dia membantah melakukan penyiksaan terhadap anak-anak.
Hakim Ketua Bill Howse menuturkan bahwa penjelasan Harrisson tentang tujuannya memesan boneka seks perempuan itu sangat tidak masuk akal, dan meminta dia menjabarkannya.
Kasus rumit itu sudah berjalan bertahun-tahun setelah kuasa hukum Harrisson mempertanyakan definisi "pornografi anak" karena tidak ada manusia asli yang dilibatkan.
Namun, psikolog forensik Peter Collins yang bersaksi di awal sidang menyatakan boneka yang dipesan Harrisson berukuran setara bayi tanpa karakteristik seksual.
Karena itu dalam pandangan Collins, boneka tersebut sudah masuk jika dikategorikan sebagai "pornografi anak" sesuai dengan undang-undang Kanada.
Boneka itu dicegat oleh Badan Perbatasan Kanada (CBSA) sebelum mencapai rumah pria 54 tahun itu karena produsen tersebut masuk ke dalam dafftar pengawasan.
(*)
